mau berteman?

162 25 6
                                    

"aku berubah pikiran!" Ucap Jimin begitu pintu kamarnya terbuka.

Jimin duduk dengan tenang sambil bersandar pada punggung tempat tidur. Cahaya remang dengan rambut terurai lembut dan piyama yang berbentuk beruang yang lucu lengkap dengan bulu-bulu yang menggemaskan.

"Kenapa? Apa alasanmu!" Yoongi duduk di sebuah sofa sambil menatap mata Jimin lamat. Dia hanya memakai piyama satin dengan sebuah tali di pinggangnya. Kalau boleh jujur, Jimin adalah gadis tercantik yang tidak membosankan yang pernah dia temui dalam hidupnya. Maksudnya, banyak gadis yang lebih cantik mungkin. Tapi cantik Jimin itu tidak akan membuatmu bosan meski menatapnya setiap detik. Yoongi mengakuinya.

"Kau bisa membaca surat kontrak kita yang baru saja aku perbaharui" nada Jimin yang tenang sungguh membuat yoongi mengakui Jimin begitu pandai dalam menjaga ekspresinya.

"Kau tidak mau disentuh sampai kita bercerai, dan tidak akan menyentuhku juga. Tapi, selama kita menikah meski hanya kontrak kau tidak boleh terkena skandal atau bermain dengan wanita manapun. Aku tidak mau dikenal sebagai istri yang di campakkan oleh suaminya demi seorang jalang murahan! Dan satu hal yang perlu kau ingat min yoongi, hubungan kita ini adalah hubungan mutualisme."

Jimin berhenti sejenak, menatap raut yoongi yang membaca surat itu tanpa ekspresi yang berarti. Namun dia kemudian tersenyum miring.

"Aku tau kita dalam hubungan saling menguntungkan park Jimin. Tapi, kalau aku tidak menyentuh siapapun selama dua tahun bukankah itu terlalu kejam!?" Yoongi menatap Jimin menyeringai.

"Oh, apakah tuan min yang ada di depanku ini begitu murahan? Menjajakan kelaminnya pada lubang-lubang haus belaian?" Jimin sekarang ikut tersenyum miring melihat yoongi semakin mengerinyit.

"Jaga ucapanmu park Jimin, aku bukanlah orang seperti itu. Bahkan aku tidak pernah menyentuh siapapun selama hidup ku!" Yoongi mendesis, dia jelas-jelas dihina disini. Oh ayolah, dirinya tidak semurah itu untuk di gapai.

"Berarti tidak masalah bukan? Karena aku ingin saat kita bercerai nanti aku masih suci. Oke, berarti selesai bukan? Silahkan keluar, aku ingin tidur!" Jimin merebahkan tubuhnya dengan santai dan tidak mempedulikan yoongi lagi. Seolah disini tidak ada yoongi sama sekali.

Yoongi terkekeh samar, dalam hidupnya yang sudah bertemu banyak jenis orang dia tidak pernah menyangka akan bertemu orang sejenis park Jimin. Selama ini selalu ada wanita yang rela memberikan apa saja demi bisa menjilat telapak kakinya. Ah tidak, bukan hanya Jimin. Orang itu juga tidak peduli padanya seperti Jimin sekarang. Entah kenapa yoongi menjadi geram merasa di perlakukan sama untuk kedua kalinya.

"Baiklah, tidak masalah min Yoongi."

Yoongi bergumam sendiri dengan kepala menunduk. Benar, lagipula dia juga tidak berharap apa-apa dari pernikahan ini. Lagipula dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan. Tidak akan ada lagi yang akan mengatur hidupnya ini itu.

"Kenapa kau memeluk ku? Ini kamarku!" Jimin berbicara tanpa membuka matanya saat merasakan tangan besar itu menjalar di perut nya dan mendekapnya erat. Bahkan bau mint parfum pria yang berstatus suaminya itu tercium begitu lekat.

"Aku Lelah Jimin, bagaimana pun kau istriku. Dan permintaanku tadi siang, itu memang benar hanya tidur dalam artian yang sebenarnya. Kamu mungkin tidak tau, tapi aku melihat kamera kecil di tengkuk salah satu maid yang melayani kita tadi siang. Aku tau, itu pasti pekerjaan appa. Makanya aku bilang begitu!" Yoongi menghirup aroma Jimin yang manis diam-diam. Matanya memberat.

"Kau ternyata cerewet sekali yoongi!" Jimin sempat membuka matanya sekilas kemudian ikut memejamkan nya kembali dalam diam. Tidak, jantung Jimin bahkan tidak berdebar sama sekali. Perasaannya terlampau tenggelam dalam pekatnya luka yang dimiliknya. Luka, yang tidak akan pernah dia bagi dengan siapapun.


.......
"Wahhh....ini indah sekali yoongi...!!!" Jimin berteriak di antara bangunan indah berwarna putih gading yang cantik. Rumah-rumah penduduk yang berjejer indah dengan pemandangan laut yang biru. Terlihat begitu cantik terletak di sebuah lereng yang menghadap langsung ke laut. Desa ini adalah salah satu desa terindah yang menurut Jimin harus ia kunjungi. Sebuah villa berwarna putih gading yang serupa sudah mereka pesan jauh-jauh hari.

"Kau seperti anak kecil Jimin. Kenapa kau selalu bersikap angkuh dan elegan selama ini jika pada dasarnya kau hanyalah anak kecil yang tidak bisa bermain?" Yoongi meletakkan barang-barang bawaan mereka di dalam kamar.

Sebuah kamar dengan balkon kecil dan langsung di suguhkan dengan laut yang berkilauan di timpa cahaya matahari. Seperti sebuah kaca yang memantulkan warna langit. Seperti yang Jimin bayangkan.

"Yoongi, ayo berteman!" Jimin mengulurkan tangannya pada yoongi yang mengerinyit bingung.

"Untuk?" Tanyanya penasaran.

"Oh ayolah, itu agar kita bisa lebih santai untuk menghabiskan satu Minggu di tempat ini. Dengar yoongi, jika kita terpaku pada hubungan palsu ini maka suasana yang kita miliki mungkin saja akan canggung. Tapi, jika kau menganggap ku temanmu, maka ayo kita habiskan liburan ini dengan bersenang-senang sepuasnya. Layaknya dua orang teman yang menghabiskan waktu bersama di sebuah tempat wisata yang menenangkan!" Ucap Jimin berapi-api hingga yoongi makin terdiam.

"Ck, dasar min siput! Kau lama sekali memutuskan!" Jimin mengambil tangan yoongi dan menjabatnya dengan semangat.

"Dengar Jimin...!" Suara Yoongi tiba-tiba sudah berada di dekat telinganya. Bahkan Jimin tersentak saat tangan berurat itu sudah mengalungi pinggangnya dengan erat.

"Kau pikir apa rencana appa mengirim kita bulan madu hm? Kau tidak sebodoh itu untuk menyimpulkan kenapa tua Bangka itu tiba-tiba ikut campur bukan?" Posisinya yang masih sama. Tidak ada yang bergeser sedikitpun meski deru nafas masing-masing bisa mereka rasakan dengan baik.

"Dia menginginkan cucu Jimin, dan kau malah ingin aku jadi sahabatmu disini?" Yoongi melepaskan Jimin yang hanya diam.

"Lalu? Jangan mengujiku min yoongi. Itu tidak akan mempan untukku! Kau pikir aku bodoh dan tiba-tiba idiot? Kita sudah merancang ini dari awal, kalau kita sudah bilang di keluarga besarmu itu akan menunda kehamilanku selama dua tahun kedepan. Karena kita masih ingin menikmati waktu berdua! Bukankah alasan yang kau ucapkan dengan santai dan percaya diri di depan keluarga mu itu sudah di setujui oleh keluargamu dan keluarga ku? Kau tidak mungkin tiba-tiba amnesia kan?" Jimin menatap Yoongi datar.

"Hahahaha...ternyata kau benar-benar tidak bisa aku tebak park jimin!" Tawa yoongi lepas begitu saja. Tawa yang tak pernah Jimin lihat sebelumnya. Tapi jelas, tawa itu adalah tawa yang mengejek bukan tawa ketulusan. Meski menyebalkan, Tawa gusi itu cukup menawan.

"Berhentilah bermain-main min Yoongi. Dan jangan coba-coba melewati batasmu atau kau akan menyesal. Aku akan mandi dulu, setelah itu temani aku ke pantai. Aku sudah tidak sabar!" Jimin bergegas memasuki kamar mandinya dengan sedikit iringan kaki yang riang.

Hei, kau tau tempat yang sangat ingin kau kunjungi ternyata sama dengan tempat yang dipilih gadis aneh yang ku temui. Seharusnya aku bersamamu disini bukan?

Angin laut yang asin, mengantarkan yoongi pada kilasan rasa sakit yang membuat dadanya berdenyut.


TBC

Rain for Dead Trees Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang