Min Jimin

82 26 2
                                    

Ada yang mengatakan keindahan suatu tempat tergantung suasana hati dan orang yang menemanimu. Awalnya yoongi tidak percaya hal-hal remeh seperti itu. Hidup dalam segala kemewahan bertabur emas berlian membuat segalanya menjadi tampak biasa. Tak ada yang istimewa sampai usianya yang sekarang. Tak ada yang menurutnya benar-benar indah dalam kehidupan yang sudah dia lalui. Bukankah itu adalah hal yang biasa? Istana yang megah, pakaian yang bertabur batu permata, dan pelayanan yang tiada duanya. Dia selalu mendapatkan apa yang dia mau.

Apakah yoongi tipe orang yang akan memperhatikan pemandangan? Lalu memujinya dengan mata berbinar? Itu tidaklah mungkin sampai dia bertemu dengan orang yang mencampakkan dirinya padanya ini dan menikahinya. Park Jimin, atau min Jimin lebih tepatnya.

"Yakk....kakek tua..!!! Kenapa kau hanya bengong disana??? Ayo kesini...!!! Lihat aku menangkap anak kepiting! Dia lucu sekali...!!"

Suara Jimin yang menggema dari tepian deburan ombak membuat yoongi terbangun dari keindahan yang sempat dia nikmati. Senyum bulan sabit yang merekah, bibir yang kemudian mempout karena dirinya tak kunjung datang, tangan mungil yang berusaha memperangkap anak kepiting kecil di tangannya. Dan kibaran rambutnya yang di tiup angin laut terlihat berkilauan.

Bukan malah menghampiri, yoongi malah semakin tenggelam tanpa dia sadari. Dia seperti menyaksikan seorang malaikat tersesat yang sedang bermain-main di tepi pantai. Oh apa ini? Yoongi memukul kepalanya pelan. Apa-apaan ini? Bukankah yoongi sudah sering melihat wanita cantik? Bahkan tidak pernah dia lirik sekalipun? Tapi kenapa dia bisa sampai menikmati keindahan Jimin sampai seperti ini?

"Ini tidak benar yoongi", gumamnya pelan.

"Awww....sakit Jimin..!!!!" Yoongi tersentak dari rasa sakit di kepalanya. Wah, baru kali ada orang yang berani memukul kepalanya!

"Apa kau baru saja memukulku?" Tanya yoongi masih dalam keadaan terkejut.

"Iya memangnya kenapa!! Itu salahmu! Aku sudah memanggilmu berkali-kali tapi kau hanya melamun seperti orang bodoh!"

Yoongi semakin ternganga, apa barusan Jimin mengatainya bodoh? Setelah kepalanya ikut di pukul?

"Oh tuan muda, kau benar-benar seperti orang tua...!" Jimin menjularkan lidahnya dan berlari dengan senyum indah di wajahnya.

"Awas kau Jimin....!!! Berani sekali kau memukulku...!!!"

Pada akhirnya mereka asyik berlarian di sepanjang pantai dengan yoongi yang mengejarnya diiringi tawa riang oleh jimin. Ah, langit biru terasa lebih biru bagi yoongi, pasir pantai seolah di taburi bunga-bunga beterbangan. Yoongi ingin menyangkal, ya dia akan menyangkal dan memastikan lagi perasaannya. Meski sebenarnya dia tau dengan pasti jawabannya.

"Hah....sudah yoongi! Aku lelah. Ayo kita kembali. Kita juga Sudah basah kuyup begini." Salahkan yoongi yang mengejarnya hingga masuk kedalam air dan berakhir jatuh bersama.

"Apa kau tidak mau melihat matahari terbenam?" Sebenarnya ide ini bukan yoongi sekali.

"Hm, benar. Pasti sayang kalau di lewatkan! Tapi ..." Jimin menatap baju keduanya kemudian sama-sama berpaling dengan wajah memerah padam. Baju mereka basah kuyup dan transparan.

"A...aku akan mencari baju ganti! Tunggu disini!" Sambil mengutuk dirinya yoongi berlari dari sana dengan wajah merah padam.

Sial, dia seperti anak remaja yang baru kenal akan cinta. Apa ini cinta? Sial yoongi semakin mengutuk dirinya.

....
"Apa rencanamu setelah ini?" Bisik halus yoongi yang timbul tenggelam di debur ombak. Mereka sedang berbaring di atas sebuah tikar lengkap dengan makanan dan minuman setelah berganti pakaian. Menatap langit yang kian memerah dengan perlahan.

Rain for Dead Trees Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang