CHAPTER 25

2.7K 238 54
                                    


Tandai typo


"Aku minta maaf."

Leonard menunduk, ia menggenggam tangan Ratih erat. Tubuhnya bergetar menahan sesuatu yang sesak di dadanya.

Ratih yang melihat itu terkejut, tapi setelahnya dia menghela nafas lelah. Menarik tangannya yang digenggam oleh Leonard, namun pria itu tidak membiarkannya, Leonard menggenggam erat tangan Ratih dengan kepala menggeleng.

"Aku minta maaf, Ratih. Maaf selama ini sudah menyakiti mu." Rasa bersalah itu sudah lama ada, cuma Leonard terlalu gengsi untuk meminta maat hingga pada akhirnya saat Minggu lalu ia melihat Ratih dengan teman prianya, Leonard merasa cemburu, ia tidak pernah membuat Ratih sebahagia itu, ia hanya bisa membuat luka, luka dan luka.

"Ratih.." Leonard kembali lirih saat Ratih menarik paksa tangannya dari genggaman Leonard, "aku tau selama ini kau tak pernah bahagia. Aku benar-benar menyesal Ratih, aku minta maaf."

"Tidak semudah itu." Kata Ratih dia beranjak, namun tangannya kembali di genggaman oleh Leonard.

"Jangan pergi dengarkan aku," Leonard menarik tangan itu hingga sang empu berbalik menatapnya. "Iya aku salah, dan aku tau tidak semudah itu memaafkan. Kesalahan ku terlalu besar untuk kau bisa menerima maaf ku. Tapi Ratih izinkan aku untuk menceritakan semuanya. Aku tak masalah jika kau membenciku, tapi tolong dengarkan aku."

Ratih menghela nafas panjang, ia menuruti perkataan Leonard untuk mendengar lelaki itu bercerita. Perempuan itu duduk di sofa dan Leonard duduk di samping nya sambil menggenggam tangan mungil miliknya.

"Aku tau awal pernikahan kita memang di dasari perjodohan. Jujur Ratih awal perjodohan itu aku sangat membencimu aku tidak ingin jika keluarga ku mengatur kehidupan ku, terutama mengenai pernikahan. Tapi, karena Oma memkasa akhirnya aku menuruti menikah dengannya, dengan niatan aku akan membuat mu tidak nyaman bersamaku dan pergi dari sini. Namun dengan berjalannya waktu aku melihat keteguhan dalam dirimu, dan aku baru sadar selama ini aku salah menilai mu. Kau tidak seburuk itu karena aku dulu mengira kau hanya ingin uangku saja. Maafkan aku sudah berprasangka seperti itu."

"-dan Ratih, pernikahan itu bukan semata-mata karena perjodohan Oma, tapi di sana ada rencana yang membuat aku harus tetap menikah dengan mu. Setelah kita menikah, mereka memberi tahuku jika kau hanyalah bahan memanas-manasi Zoe supaya memutuskan kerja sama perusahaan Daddy bersama orang tuanya."

Ratih terkejut bukan main ketika mendengar cerita Leonard di akhir. Ternyata keluarga ini tidak sebaik apa yang ia kira, terutama Oma, yang sudah lama merawat dan menyainginya-itu yang Ratih tau.

Namun ada sebuah tanda tanya besar, siapa Zoe? Kenapa dia menjadi bahan panasan untuk memutuskan kerjasama itu, kerjasama apa memangnya yang harus memutuskan dengan mengorbankan hati seseorang.

"Zoe?"

Leonard mengangguk, ia kembali menggenggam erat tangan Ratih. "Zoe adalah mantan kekasihku, ibu dari Kay."

"M-maksudnya?" Tanya Ratih terkejut. Gadis itu melepaskan genggaman Leonard.

"Jangan di lepas, aku akan menceritakannya." Ucap Leonard yakin, pria itu membenarkan posisi duduknya. Menarik dagu Ratih agar melihat netra hitamnya, dapat Leonard rasanya helaan nafas panjang Ratih yang seperti ingin mengeluarkan yang sesak di dada perempuan itu.

"Zoe adalah mantan kekasihku 5 tahun lalu. Memang benar, jika aku ini adalah pria bejat. Aku sering mabuk-mabukan dan bahkan sering tidur dengan banyak wanita." Kata Leonard dan Ratih hanya melihat netra itu dengan mata berkaca-kaca, dadanya sakit mendengarnya. "Aku dan Zoe menjalin hubungan dengan sikap ku yang nakal, begitupun dengan Zoe. Saat itu aku dan Zoe di pisahkan untuk waktu yang cukup lama karena Zoe ada urusan di luar negeri. Dan pada saat Zoe pulau kami menghapus rindu dengan pelukan, sampai... Sampai aku dan Zoe melakukannya. Aku sadar saat itu, begitupun dengan dia.."

"J-jadi.. k-kay.."

Leonard kembali mengangguk, "iya Kay anak kami berdua dan dia lahir dengan suci dengan kesalahan yang kami perbuat." Air mata Ratih tak bisa dikendalikan lagi, hatinya teriris mendengarnya. "Setelah melahirkan Kay, Zoe hilang entah kemana, dan kenapa kami ingin memutuskan kerjasama itu dengan memanas-manasi Zoe supaya dia bisa bicara pada sang ayah supaya memutuskan kerjasama itu karena semuanya ada di tangan ayah Zoe. Aku tidak tau awal mula kerjasama itu seperti apa karena Daddy dan ayahnya Zoe menyusun."

"Aku minta maaf Ratih, aku memang pria bejat, yang tak pantas untuk kau cintai, tapi Ratih entah kapan perasaan itu tiba yang pasti aku takut kehilanganmu." Kata Leonard yakin, menghapus air mata yang keluar begitu saja tanpa permisi dari pelupuk mata Ratih.

Lagi-lagi Ratih hanya menghela berat, ia lepaskan genggam itu. "Aku butuh waktu."

Leonard menatap Ratih sendu, "aku tau aku tidak pantas mendapatkan maaf."

"Bukan begitu, aku hanya butuh waktu untuk ini. Aku sudah memaafkan mu tuan, sebelum kau meminta maaf." Ratih beranjak dan keluar begitu saja, dan keluarga meninggal Leonard yang menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Laki-laki memang jarang menangis bahkan mungkin tidak, tapi percayalah hati mereka hancur hanya saja mereka tidak pernah memperlihatkan semua itu.

•••••••

S

etelah kejadian tadi malam, Ratih tidak hanya diam sepanjang hari ini. Bahkan sampai Leonard pulang kerja pun Ratih masih dengan sikapnya yang seperti itu. Sejujurnya Leonard bingung, dia harus berbuat apa supaya Ratih bisa berbicara lagi dengannya. Tidak masalah jika gadis itu ingin marah-marah padanya asal jangan mendiamkan seperti ini.

Setelah mandi sore Leonard turun dan ia masuk ke dapur, dapur yang tak pernah ia injak. Namun saat kedatangan Ratih, ia malah suka pergi ke dapur melihat istrinya yang sedang memasak ataupun mencuci piring. Leonard tersenyum melihat Ratih bersama para maid yang sedang memasak untuk makan malam mereka. Hatinya menghangat tatkala Kay yang berada disana, memeluk tubuh Ratih yang sedang duduk di lantai dengan memotong-motong bawang, sebenarnya Leonard tidak rela Ratih seperti itu, padahal bisa kan memotong nya dan meja? Kenapa harus di lantai, Leonard tidak ingin Ratih seperti pelayan di rumah nya sendiri.

"Ayah." Leonard terkejut melihat Kay, panggilan apa itu? Bukankah Leonard tidak pernah meminta Kay untuk memanggilnya ayah.

"Ayah?"

"Huum, ayah dan buna." Kata bocah itu memeluk Ratih dari samping.

"Kenapa panggil ayah."

"Saya yang minta." Kata Ratih tersenyum. Leonard yang melihat itu berbinar, pria itu langsung berjalan dan bergabung.

Para maid yang melihat itu tersenyum dan meninggalkan area dapur, biarlah mereka kumpul bersama.

Leonard memeluk tubuh istri dan anaknya. Kau tertawa lucu, sedangkan Ratih hanya tersenyum tipis. Jujur saja Ratih sebenarnya belum bisa menerima semua ini.

"Terimakasih Ratih.."

"Jangan terlalu percaya diri tuan, mungkin aku sudah memaafkan mu tapi jujur aku belum bisa menerima semuanya, terlebih masalah Zoe."

"Aku tau. Akun akan berusaha menjadi yang terbaik untuk mu dan Kay, dan aku akan menghapus kesalahan ku."

"Kesalahan tidak bisa di hapus ataupun di perbaiki tuan, tapi kesalahan bisa bisa di maafkan dan jangan pernah lagi mengulanginya." Ratih keluar dari pelukan Leonard, ia membawa hasil yang ia potong-potong ke meja, kemudian mencuci tangan.

"Kay, ayok mandi. Kau belum mandi sore." Kata Ratih berjalan meninggalkan mereka. Kay menyusul bersama Leonard yang tersenyum bahagia. Setidaknya ada kemajuan.

••• BERSAMBUNG •••



-Hujan hari ini, terimakasih untuk segalanya semoga hari selalu baik meski terkadang melelahkan.

Selasa
13 April 2024

Serayu | Berlanjut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang