Cukup mudah bagi Jung Yerin untuk menghancurkan keluarganya sendiri. Dia tidak perlu banyak kejahatan dan membayar sana-sini untuk meruntuhkan kekayaan keluraga Jung yang berakar. Yang dia butuhkan hanyalah satu: musuh Keluarga Jung.
Yerin memperhatikan teman-teman sekelasnya. Sejak kembalinya dia, tidak ada sama sekali yang membuka suara mengajaknya bicara. Tapi Yerin tak peduli.
Gadis itu mencari seseorang yang sedari tadi tak terlihat di kelas.
"Jung Yerin, how are you?" Yerin beralih, di sampingnya, Jennie dan Soojin menatapnya dengan senyuman manis.
"Fine. Thank you udah tanya kabar gue," balas Yerin seramah mungkin dan dengan cepat kembali menatap pintu, tanpa memikirkan niat Jennie dan Soojin menyapanya pagi-pagi.
"Eum ... jadi gini," akhirnya Jennie buka suara, tapi tak berhasil mengalihkan atensi Yerin, "soal janji lo yang bakal traktir kita ke Dubai–"
"Ah, ya, sorry, hampir lupa gue. Nanti gue beliin tiketnya online, ya. Kalian kasih tau aja kapan mau berangkat." Tanpa menunggu ucapan Jennie selesai, Yerin langsung menjawab asal. Bahkan tanpa menatap pada yang diajak bicara. Dia terlalu fokus pada dua orang gadis yang baru saja masuk ke dalam kelas.
"Ish! Bukan gitu! Dengerin dulu!" Soojin yang kesal pun berdiri berkacak pinggang di hadapan Yerin dan menghalangi arah pandang gadis itu.
"Terus, mau kalian gimana?" Yerin terpaksa harus mendongak menatap Soojin, sesekali mencuri pandang pada dua gadis yang sudah mendudukkan diri di bangku seberang sana.
"Kita itu mau supaya lo batalin aja janji lo. Karena kita mau ke jalan-jalan ke Jepang bareng Arin."
"Oh, gitu ..., bareng Arin, ya ... oke ... eh?!" Awalnya Yerin hanya mengangguk-angguk. Tapi setelah dia mencerna kembali ucapan Jennie baik-baik, Yerin sadar kalau selama dirinya absen, banyak hal telah berubah.
Jennie berdiri di sebelah Soojin. Pernyataan duo yang Yerin kenal cukup narsis dan ditakuti sekaligus dikagumi karena bakat dan paras idola yang mereka miliki itu tak gagal membuat Jung Yerin membuka mulutnya terkejut.
"Kalian mau jalan-jalan sama Arin ke Jepang? Bertiga?" tanyanya, diangguki bersamaan oleh kedua orang itu.
"O-oh ... oke ...." Meski ragu masih menyelimutinya, Yerin menanggapi dengan positif. Mungkin Arin telah membawa kebahagiaan yang tidak pernah kedua orang itu dapatkan. Kebahagiaan dari "Kelas Biasa".
Melihat Arin yang mampu mengubah Jennie dan Soojin hanya dalam seminggu membuat Yerin takut. Dia takut akan perubahan yang dibuat Eunha kepada Shinbi kelak. Di mata Yerin, Arin adalah Eunha yang memiliki pesona untuk mengubah seseorang. Entah itu menjadi lebih baik maupun sebaliknya.
Yerin segera menyingkirkan pikiran buruknya. Terlalu dini untuk Yerin yakin kalau Eunha telah merebut Shinbi darinya. Bagaimana pun dia juga tak akan mengizinkannya.
Tujuan Yerin adalah Shinbi. Dia kehilangan segalanya adalah karena dia menginginkan Hwang Shinbi. Karena bayarannya adalah kebahagiaannya, maka Yerin tak akan menyerah.
"Terima kasih udah janjiin kita hal yang luxurious, ya. Sekarang kita udah berubah. Gue suka nge-vlog di tempat-tempat sederhana. Contohnya ...." Jennie tampak berpikir, masih menghalangi arah pandang Yerin kepada orang yang dituju.
"Contohnya kayak rumah nenek Arin!"
"Ah! Yes! You're right! Bener banget. Rumah nenek Arin adalah rumah yang estetis, vintage, juga tempat paling berkesan yang pernah kita datangi. Benar bukan?" Soojin mengangguk-angguk antusias. Sebenarnya sejak tadi mereka berdua tampak antusias membicarakan Arin, Arin, dan Arin. Kalau Yerin tak menghentikannya segera, maka ukuran sepatu dan lingkar pinggang Arin pun akan mereka bicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth & Lies: War in Life (Ongoing)
Non-Fiction❝Dunia memang kejam, tapi aku percaya pada takdirku.❞ ❝Kalau kita hanya sebatas teman, lebih baik kita saling menjauh.❞ ❝Aku hanya takut kehilangan orang yang kusayang. Apa itu sebuah dosa besar?❞ ❝Menyesakkan rasanya, saat tahu bahwa orang terdekat...