01. PAGI YANG RUSUH

1.3K 143 46
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak
Vote di awal
Komen di akhir

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

“Dia yang paling usil, tapi dia juga yang paling mengerti.”

________________________________

Katanya kalau anak-anak sudah lulus sekolah rumah akan terasa lebih sepi, tapi sepertinya itu tak dirasakan Hana yang kini sibuk mengomeli Azka karena sejak tadi terus merecokinya di dapur. Cowok dengan celana kolor abu-abu dan baju merah tanpa lengan itu hanya cengengesan, tangannya akan kembali menyomot tempe goreng di piring setiap perhatian bundanya fokus pada sayur lodeh di panci.

Azka lagi-lagi melirik Hana, matanya berbinar sambil hendak bergerak menyomot makanan di piring, tapi sebelum itu sang bunda sudah lebih dulu menaboknya dengan spatula.

"Aduh! Sakit tau, Bun," protes Azka sembari mengusap-usap punggung tangannya.

Pelototan tajam diberikan Hana, membuat Azka mulai ketar-ketir. Maka sebelum Bundanya kembali mengamuk, Azka buru-buru kabur menaiki anak tangga.

"Adikmu sekalian dibangunin, Kai!" seru Hana yang diacungi jempol dari sang putra.

Satu ketukan, dua ketikan, hingga lima ketukan belum ada jawaban dari dalam, Azka perlahan membuka pintu yang setahun belakangan ini bertuliskan 'Kamar ini milik pacarnya Angkasa', membuat Azka memasang wajah sebal tiap kali membacanya.

Membuka pintu pelan, bibirnya seketika tertarik membentuk seringai usil. Azka mulai melangkah memasuki kamar bernuansa girly itu. Otaknya sudah dipenuhi rencana-rencana untuk membangunkan sang kembaran. Azka terlalu sibuk memikirkan ide usilnya, hingga tak menyadari jika kakinya menyentuh tali tipis. Buru-buru Azka berhenti dengan jantung berdebar, tapi melihat tak ada apapun yang terjadi ia baru bisa bernapas lega.

"Mau ngerjain gue lo, ya? Yah gak bis--ANJING!" Azka langsung melompat ke ranjang Starla. Dengan panik dia mengguncang bahu Starla, matanya terus menatap was-was ke lantai dimana tadi ka merasakan ada seekor tikus melintas di bawah kakinya.

"Kei! Bangun, Kei! Pindah cepet pindah! Di sini ada tikus, anjir!" Azka mengatur napasnya sambil mengusap-usap dada, merasakan jantungnya serasa copot beberapa detik lalu.

Sudah cukup! Starla tak dapat lagi menahan tawanya. Ia merubah posisinya menjadi duduk bersila sambil menabok-nabok lengan Azka, masih terpingkal-pingkal hingga ujung matanya mengeluarkan air.

"Tikus apaan? Mana ada tikus orang kamar gue wangi begini. Ngibul, ya?"

Azka menggeleng cepat. "Serius, anjir! Orang tadi beneran gua liat ada tikus! Geli banget dah asli!" Azka menatapnya serius.

Dengan sisa-sisa tawa yang ada, Starla turun dari ranjang, berjongkok sementara tangannya meraba-raba kolong ranjang, sepersekian detik kemudian ia berdiri dengan sebuah tikus mainan di tangannya.

"Ini tikusnya?" tanya Starla sambil tertawa.

Tanpa kata, Azka langsung mengambil selimut bergambar kelinci dan membungkus tubuh Starla yang kini terlihat seperti kepompong. Tawa Starla masih mengudara, seolah mengusili Azka adalah hal paling membahagiakan di dunia.

"Setan! Emang lo itu setan sesungguhnya, Kei!" amuk Azka sambil menggelitiki Starla.

"HAHAHA! UDAH, UDAH! HUAAAA, BUNDAAA!" teriak Starla meminta pertolongan.

Sementara di bawah sana anggota keluarga yang lain hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala karena sudah terbiasa dengan kelakuan si kembar. Justru akan aneh kalau mereka tak membuat rumah berisik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, Starla Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang