EPS 27 : Hari Kamis yang Cerah

53 8 0
                                    

Telah direvisi pada 05 Mei 2024
Telah dipublikasikan pada 07 Mei 2024

"It's perfect right now, a rising teenage dream overflowing energy"
-New Kidz on the Block, ZEROBASEONE

『✎﹏ 』

ELINA tiduran di kasur sambil memasang telinga baik-baik untuk mendengar suara pecahan kaca dari dapur, menghirup napas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.

"Indahnya perseteruan ruang tangga," monolognya lalu berlagak seperti seorang dirigen yang sedang memimpin orkes.

"Nggak mau nikah gue, mending jadi wanita karir," tambahnya.

Dapat didengar suara ketukan pada jendela kamarnya, saat membuka tirai ia terkejut melihat Naren yang muncul seperti hantu. Saat membuka jendela, Naren tiba-tiba menarik tangannya untuk keluar dari rumah lewat jendela kamar.

Elina dan Naren berjalan di sekitar kompleks tak peduli dengan dinginnya kota pukul sembilan malam, saling kejar-mengejar dan tertawa. Menakut-nakuti kumpulan anak kecil yang sedang mabar di masjid, bermain peran jadi pangeran dan putri kerajaan dan berdansa di tengah jalan yang lengang.

"Udara waktu malam hari terasa segar banget!!" teriak Elina sambil menutup mata, tidak menghiraukan angin malam yang selalu membelai lembut rambutnya.

Naren yang berjalan di sebelahnya diam-diam tersenyum, senang melihat teman dekatnya itu merasa bebas dari suara percekcokan orang tuanya. Sesekali gadis itu menyapa orang-orang yang lewat. Kalau ditanya, bagaimana jika tiba-tiba ada hantu datang? Kata Naren, tidak perlu takut, karena dia dan Elina satu spesies.

Naren berlari kecil untuk menarik kerah baju Elina dari belakang. "Dilihat-lihat kalo jalan. Ada jalan berlubang di depan."

Elina langsung menunduk, lalu ia berjalan melewati jalan yang berlubang dan sambil melompat-lompat kecil.

"Lubang segede itu aja nggak kelihatan, apalagi effort gue," sindir Naren yang tidak sengaja didengar oleh sang sahabat.

Gadis itu menoleh ke belakang. "Sorry to say, Bro. Gue sukanya sama Ardika."

Naren menghentikan langkah kakinya usai mendengar balasan dari gadis itu. Elina berbalik badan memperhatikan teman dekatnya diam tak bergerak memandanginya.

"Woi, diem-diem bae. Ayo pulang."

『✎﹏ 』

Gavin membuka pagar rumahnya, Jovan sudah menunggu di depan rumah sambil mengendarai sepeda motor. Dua pemuda itu kerap berangkat ke sekolah bersama-sama, selama perjalanan mereka asyik berbincang-bincang sambil mengendarai sepeda motor masing-masing. Sampai saat hampir tiba ke sekolah, Gavin baru menyadari ada yang aneh.

Seingat Gavin, pelajaran hari Kamis tidak sedikit. Akan tetapi entah mengapa tasnya terasa lebih ringan dari biasanya. Pemuda itu membulatkan mata karena merasa seperti ada sesuatu yang tertinggal di rumah. Kemudian Gavin meminta Jovan untuk menepi, memeriksa isi tasnya namun baru menyadari jika "sesuatu yang tertinggal di rumah" itu adalah tasnya sendiri. Jadi selama dari rumah sampai hampir tiba ke sekolah, dia pergi tanpa membawa tas.

"Malah lupa bawa tas b*ngs*t," keluh Gavin lalu menepuk jidat.

"Gimana, sih, lu? Tas segede harapan keluarga aja masa lupa," cibir Jovan sambil berkacak pinggang.

Gavin langsung memukul kepala temannya yang dalam keadaan tertutup oleh helm. "Lo juga, kenapa nggak kasih tau gue, sih?! Balik lagi, kan, gue."

Excellent '05 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang