Hari Jum'at biasanya Ary libur jualan. Ia memang sengaja menetapkan hari Jum'at sebagai hari liburnya karena biasanya pasar akan sangat ramai di hari Sabtu dan Minggu, dan tentu saja pembelinya akan meningkat dari hari-hari biasa.
Jum'at pagi Ary habiskan waktunya dengan berolahraga. Ia melakukan jogging keliling komplek perumahannya yang sangat sepi. Hanya ada beberapa pembantu rumah tangga yang sedang membersihkan halaman depan rumah majikannya.
Berlari keluar area perumahan, ia berlari pelan menyusuri trotoar sambil menikmati pemandangan Jum'at pagi yang sibuk. Orang-orang yang bekerja kantoran sudah sibuk dalam perjalanan mereka, dan anak-anak sekolah pun sudah berdatangan dan meramaikan sekolah mereka.
Ary memelankan langkah kakinya saat ia hampir tiba di depan sebuah SMA. Bukan sekolahnya yang menarik perhatiannya, namun kedatangan sosok yang kemarin memenuhi isi kepalanya lah yang menjadi pusat pandangannya.
Kupluk hoodie hitam yang Ary kenakan sedikit ia singkap agar matanya bisa melihat lebih jelas sosok itu. Remaja yang menggunakan seragam putih lengan panjang dan celana berwarna biru tua itu juga melihat ke arahnya, berdiam sejenak membalas tatapan matanya sebelum kemudian bergegas masuk ke dalam sekolah setelah ia membayar tukang Ojol yang mengantarnya.
Ary menoleh ke arah bangunan sekolah. Gerbang bertuliskan SMAN Kebangsaan 02 itu menjadi nama tempat yang akan di ingatnya. Sebuah senyuman yang menyimpan arti terpatri di wajahnya sebelum kemudian Ary kembali melanjutkan acara lari paginya.
Sementara itu, di dalam ruang kelas XI IPS 3, Saka menaruh tasya di atas meja dan langsung duduk. Obrolan santai teman-temannya ia abaikan, karena dirinya malah menatap lurus ke arah papan tulis.
Aji, teman sebangkunya, menyadari bahwa pagi ini temanmu bersikap aneh.
"Kenapa lu? Pagi-pagi udah bengong aja." tegurnya sambil menepuk bahu Saka untuk menyadarkan pemuda berwajah manis itu.
Saka menghembuskan napasnya sebelum memutar tubuhnya menghadap Aji. "Tadi gue ketemu sama orang aneh," ujarnya menggantung.
"Orang aneh gimana?" tanya Rudi, yang duduk di belakang bangkunya Aji.
"Gue inget, dia itu tukang daging di pasar Cengkayu soalnya kemaren gue nemenin nyokap gue belanja ke sana. Dia ada di depan sekolah, kayaknya lagi jogging, tapi dia diem sambil ngeliatin gue."
"Emang dia beneran ngeliatin lu? Siapa tau dia ngeliatin siswa lain?" sahut Dimas.
"Eh tapi ngapain juga tukang daging ngeliatin anak sekolahan? Serem anjir! Udah kayak psikopat ngincer mangsa buat di jagal aja." ujar Aji sedikit bercanda.
"Gak tau lah. Gue juga sempet ngeri tadi. Malah gue juga ngeliatin dia sebelum masuk lagi." balas Saka.
"Hiiii~ jangan-jangan dia ngincer lu lagi, Sa? Tiati lu nanti di culik terus di mutilasi sama dia."
Saka memukul kepala Aji dengan cukup keras saat bercandaan anak itu dirasa terlalu berlebihan. Ia hanya takut omongan Aji malah jadi doa, mengingat lelaki berhoodie hitam tadi adalah seorang tukang daging yang pastinya sudah sangat biasa dengan benda tajam dan darah.
******
Pukul 12 siang para siswa sudah berhamburan keluar kelas dan bersiap pulang. Sekolah Saka memang memiliki jumlah murid yang cukup banyak, namun gedung sekolah yang tidak mencukupi kapasitas membuat sistem.belajar di bagi ke dalam 2 jadwal yaitu pagi dan siang.
"Nongkrong dulu lah yuk. Hari terakhir sebelum minggu depan ujian nih." ajak Rudi pada ketiga temannya.
"Weekend nanti 'kan bisa, Rud." balas Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UP
Ficção GeralMimpi buruk seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun bernama Saka adalah saat ia menemani Ibunya belanja di pasar dan bertemu dengan seorang tukang daging yang sangat tampan. Awalnya ia pikir itu adalah anugerah, namun ia tak pernah meyangka bahwa...