44.

3.7K 419 73
                                    

Tiga hari berlalu dan ujian pun akhirnya selesai. Para siswa yang telah menyelesaikan ujian tentu bisa bernapas lega untuk sementara waktu, setidaknya sampai hari penerimaan rapor dan juga hari kelulusan nanti.

Namun sepertinya, hal itu tidak berlaku untuk Saka. Ia yang memang sudah menghitung waktu justru malah merasa gugup bukan main. Ia sudah selesai ujian terakhir sejak beberapa jam yang lalu, bahkan sekolah sudah mulai sepi karena anak-anak yang lain memilih untuk membubarkan diri lebih cepat.

"Sa,"

Saka yang sedang duduk di kursi dekat ruangan lab komputer menoleh ke arah Zakri yang mendatanginya.

"Zak, rencana lo ... Bakal lo mulai sekarang?" tanya Saka yang terdengar ketakutan.

Zakri tersenyum lalu duduk di sebelah Saka. "Tugas lo cuma bantu gue buat nemuin markas utamanya si Ary, Sa. Nih, gue pake gelang yang udah ada GPSnya. Gue juga bawain buat lo kok, jadi kita bakal aman. GPS di gelang ini udah kesambung sama kepolisian, jadi mereka bakal langsung nyari kita kalo kita kedeteksi pergi ke tempat asing."

Saka hanya diam saat Zakri memakaikan gelang karet berwarna hitam di tangan kirinya. Ia memperhatikan gelang itu yang memang nampak ada sebuah stiker hologram di bagian dalamnya dan terasa keras.

"Saka,"

Suara yang datang dari sebelah kiri Zakri menarik atensi keduanya untuk menoleh. Dari arah sana Rendi berjalan ke arah mereka dengan raut muka yang nampak dingin.

"Belum balik, Ren?" tanya Saka basa-basi saat temannya itu sudah berdiri di dekat dirinya dan Zakri.

"Belum, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Ikut gue sebentar bisa?"

Saka mengangguk lalu pergi mengikuti Rendi yang membawanya ke gudang sekolah yang berada di belakang.

"Kenapa Ren?" tanya Saka membuka pembicaraan.

"Akhir-akhir ini lo makin deket ya sama si Zakri?"

Saka yang ditanyai seperti itu jelas gelagapan. Setelah dirinya mengetahui sesuatu tentang Rendi dan Zakri dari Dimas, ia pikir Rendi sedang "melabrak"nya karena cemburu.

"Ren, sorry banget lo jadi salah paham, tapi gue sama Zakri gak ada hubungan apa-apa kok, kita cuma temenan."

Rendi mengerutkan dahinya. "Ya kalo pun lo ada hubungan sama dia gue juga gak peduli. Gue cuma tanya lo makin ke sini makin deket sama si Zakri?"

Saka menggaruk belakang lehernya. "Emm ... Yaa, deket sih deket, tapi gak yang kayak orang lagi pdkt atau apa kok Ren. Kita biasa aja."

Rendi menghembuskan napasnya. Ia bingung harus bertindak bagaimana agar temannya ini bisa aman dari situasi yang memanas. Dengan kondisi Zakri dan Saka yang cukup dekat, ia sudah bisa menebak kalau Saka sudah masuk terlalu jauh.

"Sa, mungkin lo bakal bingung sama apa yang gue omongin, tapi gue minta banget sama lo buat dengerin kata-kata gue." ujarnya memohon namun dengan wajah kaku yang serius.

"Ngomong apa, Ren?"

"Jauhin Zakri. Jangan lo lanjutin lagi kedeketan lo sama Zakri, semua yang lo lakuin cukup sampe di sini aja."

"Ren, sorry kalo lo cemburu tapi--"

"Ini bukan soal perasaan Saka!" sentak Rendi dengan nada marah yang membuat Saka terkejut.

Rendi mengusap wajahnya kasar. Terlihat jelas kalau dia tengah frustrasi akan sesuatu.

"Sa, denger, ini sama sekali gak ada urusannya sama perasaan siapapun, ini soal keselamatan lo. Gue temen lo, gue gak mau lo kenapa-napa kalo sampe terlibat terlalu jauh sama Zakri."

Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || FINISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang