EPILOG

2.5K 338 47
                                    

[ Australia, 1 tahun pasca kejadian ]

Suasana di salah satu rumah sakit besar itu nampak kondusif. Pada ruangan terapi fisik para perawat yang bertugas pun memandu para pasien yang berobat dengan baik.

Di salah satu sisi ruangan, Zakri nampak berusaha melatih kedua kakinya untuk bisa berjalan lagi menggunakan alat bantu sambil dibimbing oleh perawat.

Sejauh ini ia sudah menunjukan progres yang baik. Sejak kejadian itu, ia yang mendapat luka cukup parah mengharuskannya untuk dirawat cukup lama di rumah sakit dan tidak diizinkan untuk beraktivitas banyak sehingga membuat otot kakinya menjadi lemah dan persendiannya menjadi kaku.

Lalu atas ajakan Raka ia ikut pindah ke Australia untuk mendapat terapi yang lebih baik. Jika ditanya darimana ia mendapat biaya, ia tahu kalau kakaknya tewas dalam misi di markasnya Ary sehingga pemerintah memberikan semacam kompensasi atas tewasnya para anggota kepolisian.

"We are finish for today. Don't forget for rest well and practice your feet more often." ujar si perawat setelah sesi terapi Zakri selesai.

"Thank you."

Si prawat bergegas keluar dan bersamaan dengan itu Raka masuk ke dalam ruang terapi lalu menghampiri Zakri.

"Gimana? Udah lumayan kaki lo?" tanya Raka.

"Yaahh, udah lebih mending lah, cuma masih agak kaku. Eh, adek lo mana?" tanya Zakri.

"Gak mau masuk dia, jadi nunggu di luar."

Zakri menggelengkan kepalanya lalu bersiap untuk pergi. Dengan langkah yang masih tertatih, ia berjalan sambil di bantu oleh Raka keluar dari ruang terapi dan melihat Rendi yang berdiri di dekat pintu.

"Sayang, kok gak masuk?" tanya Zakri yang hanya dibalas lirikan oleh Rendi.

"Ih, malah diem aja. Kenapa? Kuliahnya lancar gak? Capek ya kuliah sambil nyambi kerja?" tanya Zakri berusaha pengertian.

"Bawel." balas Rendi jutek.

Zakri melirik ke arah Raka yang juga meliriknya. Biasanya kalau begini Rendi pasti sedang kesal pada kembarannya.

"Makanya masuk biar bukan gue yang pegang-pegang cowok lo." ujar Raka sambil melepaskan tangannya dari tangan Zakri.

Rendi mendelik tajam ke arah kembarannya lalu berjalan lebih dulu. Zakri hanya menggelengkan kepala lalu mereka bertiga bergegas pergi dari rumah sakit menggunakan taxi.

Sudah setahun berlalu dan kini mereka semua mulai menata hidup baru di Australia dengan hubungan yang berusaha diperbaiki. Kejadian mengenaskan waktu itu masih terekam jelas diingatan mereka, namun perlahan-lahan mereka juga berusaha menghapusnya.

"Si Saka udah balik belom ya? Gue sempet nitip beli makanan tadi." ujar Raka yang bertanya random.

"Paling lagi berduaan sama si Ary. Sukur-sukur kalo kita pulang mereka gak lagi begituan di sofa." sahut Zakri yang mendapat cubitan di tangannya dari Rendi.

"Aah! Babe, it hurt." desisnya main-main karena sebenarnya Rendi tak benar-benar mencubitnya namun sebuah pelototan tajam ia mengarah padanya.

Jarak rumah yang mereka tinggali tak begitu jauh dari rumah sakit. Setibanya di rumah, ketiganya tahu kalau di dalam pasti ada Saka dan Ary.

Zakri berjalan lebih dulu ke dalam, dan di saat itulah ia terdiam lalu menoleh ke arah si kembar yang juga menatapnya dengan tatapan datar.

"Masih untung pake baju, masih aman." ujar Zakri sambil menunjuk ke arah ruang dapur yang memang tidak disekat oleh apapun.

Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || FINISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang