Bab 6

80 14 11
                                    

Jinny melemparkan tubuhnya ke arah  Dita. Dia menyembunyikan wajahnya yang kuyu, dan menangis sesegukan.

"Hay! Ada apa dengan mu, hum? " tanya Dita khawatir.

"Dia bertemu dengan kekasihnya bahkan saat akan sibuk dengan debut, eonnie. Aku melihatnya. Ku kira aku akan baik-baik saja tapi ternyata hatiku terasa sakit. "

Dita tahu apa yang dia maksudkan. Leo, pria yang di sukainya (Jinny) sejak lama. "Tidak apa-apa... Tidak apa-apa.. Aku ada disini untukmu." Dita mendengus keras. Dia sedikit kesal. Jika saja bukan ibu Jinny yang menyuruh gadis itu pergi, dia pasti akan menghentikannya. Mereka sedang comeback, dengan kondisi seperti ini jelas Jinny tidak boleh di rangsang oleh keditak bahagiaan, bukan.

"Tidak perduli apa, Leo suamimu, kamu sudah memenangkannya."

"Tapi dia tidak melihatku seperti itu. Kami seperti orang asing bahkan hari ini dia mengusir ku dari dorm mereka. " adunya sambil terus menangis.

Dita sangat frustasi. Kecantikan Jinny terpengaruh sekarang. Mata kecilnya nyaris hilang karena menangis. "Berhenti menangis. Lihat apa yang kamu lakukan dengan penampilanmu. " tegurnya. "Jinny, kamu bahkan belum mengatakan isi hatimu padanya jadi kenapa kamu mudah di kalahkan? Dia suamimu. Kamu hanya perlu menahanya dengan pernikahanmu. Selama kamu tidak setuju untuk berpisah, hanya kamu yang akan menjadi nyonya rumah." dia sudah diambang kesabaran dan meledak saat disulut.

Betapa bodohnya gadis ini, yang memiliki kulit tipis (pemalu).  dia selalu menipu Leo dari waktu ke waktu hanya karena malu untuk mengatakan kebenaran. Dia menyukainya sejak kecil, kenapa harus membawa tokoh fiksi. Salahkan dirinya sendiri jika kemudian pria itu lari.

"Aku melihatnya. Dia bersama dengan gadis baru. Leo memperhatikannya dengan cermat. Jika aku mengatakan yang sebenarnya, bukankah aku membawa kehancuranku sendiri?. Tidak apa-apa. Aku akan membiarkannya tetap begini. Selama aku bisa berada di sisiNya. "

"Kamu mengatakan itu? Jadi kenapa kamu menangis sekarang? Untuk apa semua tangisanmu? "

Jinny tercengang. Dia tidak tahu bahwa Dita akan sangat marah padanya. "Eonnie! Aku patah hati. Kamu tahu itu dengan baik. "

Dia merotasi kan matanya. "Agh terserah. Aku akan tidur. Besok aku harus melakukan pemotretan. "

"Eonnie! Kamu benar-benar meninggalkan ku begitu saja? " agk ini membuka pengetahuan Jinny yang baru. Dita juga memiliki sisi seperti ini.

Dia siap pergi, bahkan sudah menyentuh gagang pintu, namun kemudian dia berbalik hanya untuk membuat Dita semakin meledak. "Ah eonnie, ngomong-ngomong Jin oppa ada dibawah menunggumu sejak tadi. " kemudian berlari membanting pintu kamarnya sendiri. Jinny bersembunyi dari serangan Dita yang akan terjadi.

"Park Jinny kamu brengsek!!!!!!! " teriaknya berlari buru-buru menuruni tangga hanya untuk menemukan kim Seokjin duduk nyaman sambil bermain ponsel, sendirian.

Dita merasa bersalah. Dia menyesal telah membuat Seokjin menunggu.
"Oppa, apakah kamu sudah lama menunggu? " tanyanya sendu.

Seokjin tersenyum lembut, dia memberi Dita uluran tangan agar duduk di sampingnya. "Tidak. Aku baru menyelesaikan shooting ku dan datang."

Dia masih merasa bersalah. "Kamu berbohong. Kamu pasti menipu ku agar merasa nyaman, bukan? "

Seokjin mengambil surai Dita, menyelipkannya di belakang telinga. "Sungguh, aku tidak menipumu. Aku benar-benar baru saja datang setelah Jinny. "

Dita menghela nafas panjang. Syukurlah jika memang seperti apa yang Seokjin katakan.

"Kenapa tidak memberitahuku lebih dulu? "

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang