Bab 7

24 6 2
                                    

Leo kembali ke Dorm saat siang hari. Dia muncul dengan wajah cemberut.

Sejak awal Leo memasuki dorm, Zayyan sudah melihatnya. Dia beberapa kali menyapa, namun pria itu seolah hidup dengan dunianya sendiri. Zayyan memutuskan untuk diam, namun tetap mengikutinya.

Dia berjalan berdampingan, ketika Zayyan menoleh, jejak cabul terungkap di antara celah yang terbuka.

"Astagfirullah aladzim... " seruan Zayyan mengejutkan Leo, hingga pria itu melompat ke samping.

"Hyung! Kamu mengejutkan ku. " tegur Leo membelai dadanya.

Zayyan menarik kerah Leo, membawa bocah itu bersembunyi ke sudut yang tidak terlihat. "Kenapa begitu banyak cupang? Apakah kamu menyempurnakan pernikahan kalian? " tanya Zayyan sangat penasaran.

"Tidak. Hanya, istriku mabuk. Otaknya menjadi liar. Dia tidak hanya meraba-raba tubuhku, dia.... "

Sudut bibir Zayyan tertarik lebih tinggi. Kaki-kakinya bergerak dengan semangat. "Ya allah adikku sudah besar sekarang, eoh? Ini seperti drama-drama yang pernah kulihat tentang seorang idol. Bagaimana jika suatu saat nanti Dispatch menemukan kalian?" Zayyan semakin tidak terkendali. Ada binar di matanya yang terbuka.

Dia tidak berpikir bahwa itu akan pernah terjadi. Keduanya memiliki hubungan tidak Begitu akur, mungkin dalam waktu dekat keduanya akan berpisah.

"Hyung kamu berpikir terlalu banyak. Kami tidak sepopuler itu."

Mata Zayyan berkedip polos. Dia tidak memahami ucapan Leo pada detik pertama namun berikutnya, reaksi Zayyan begitu besar. Dia memukul lengan Leo lebih keras. "Kamu mengutuk team kami? Beraninya kamu.. "

Leo terlihat lebih lesu, menerawang kosong.

Ini tidak benar. Ada jejak ambigu tapi Leo tidak bahagia?

"Aku tidak akan menjadi orang yang usil tapi jika kamu menginginkan teman untuk berbicara, jangan sungkan untuk memikirkanku." Zayyan menepuk pundak Leo dan merematnya kuat.

Leo memeluk Zayyan, erat. Dia ingin mengutarakan semuanya kepadanya (Zayyan) agar hatiku merasa lega.

"Dia memiliki orang lain di hatinya, saudaraku.  Istriku mencintai pria lain. "

Zayyan membungkam mulutnya, terlalu terkejut. "Apa kamu bodoh? Dia mencintai orang lain dan kamu, suaminya. Dilihat dari sudut manapun jelas kamu yang unggul kan??? "

"Apa bagusnya menikahi gadis yang tidak mencintaimu? Pernikahan ini pasti tidak membuatnya bahagia." Keluh Leo semakin kesal saat mengingat ucapan Jinny tentang cinta pertama miliknya.

Zayyan hendak memberinya beberapa patah kata untuk menghibur tapi Leo menghentikannya. "Bahkan pagi ini, setelah apa yang dia lakukan, dia keluar dari rumah tanpa menyapaku sama sekali. Apakah terlalu menjijikan, untuk menciumku?"

Agh! Sulit untuk dipercaya. Dia menuntut Jinny, ini dan itu padahal dirinya sendiri zero pengetahuan?! "Hey! Kamu terlalu banyak berpikir. Hari ini Secret Number memiliki jadwal yang begitu padat. Dita noona membicarakan hal ini, denganku kemarin."

Tangis Leo terhenti. Dia menatap Zayyan sembari menyeka ingusnya. "Kamu tidak menipuku? "

"Sekalipun aku ingin, pernahkah aku melakukannya padamu? " sembur Zayyan menepis tangan Leo yang mencengkram ujung jaketnya, kemudian meninggalkannya berpikir di tempat.
.
.
.
.
.
Di tempat lain, Jinny memukul keras kepalanya. Membentur-benturkan ringan pada kepala kursi besi. "Aaggghhhh aku pasti sudah gila. " keluhnya bergelanyutan di kursi.

"Eonni, apa yang kamu lakukan, huh?! Orang akan pergi begitu melihatmu seperti itu! " tegur Zuu, sembari memperbaiki penampilannya.

Sejak Jinny datang, gadis itu sudah seperti itu. Mengeluh, menyebut dirinya sendiri sebagai kebodohan. "Aku tidak ingin berbicara dengamu. " sembur Jinny kesal.

"Dita eonni, lihatlah! Jinny eonni berteriak padaku. " teriak Zuu mengadukan perlakuan Jinny padanya (Dita).

Dita memutar matanya. "Kamu juga berteriak padaku, Zuu!" Dita kemudian mengambil tempat di samping Jinny. "Ada apa? Kamu bersikap aneh, hari ini. "

Jinny membuka sedikit pakaiannya dan menunjukan sesuatu yang mengejutkannya (Dita).

"Ya Tuhan! Kamu dan Leo....?! "

Jinny mengangguk.

"Make love? ".

Jinny tersedak air liurnya sendiri. " No! Aku tidak pergi sejauh itu. Aku hanya... Kami.. Aku mabuk dan Leo ada disana kemudian... Aku... Aku... "

Satu Alis Dita terangkat dengan penasaran. Dia menunggu Jinny menyelesaikan ucapannya. Sedangkan Jinny tidak yakin apakah dia mampu memberitahu temannya tentang apa yang dia lakukan kepada Leo.

"Aku... Aku menyerangnya. "

Tubuh Dita membeku. Otaknya bekerja dengan rute yang berbeda. "Kamu gila?! Lalu bagaimana kondisinya sekarang? Apakah dia akan menuntutmu?"

Jinny tidak mengerti. Kenapa Leo menuntutnya? Mereka suami dan istri bukankah menciumnya adalah wajar? Bahkan jika dia memaksakan hubungan intim, bukankah itu normal untuk mereka lakukan???

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang