"Apapun makanannya. Minumannya tetap ludah sendiri."
********
"Lo ngapain bawa Garvi ikut kita segala, sih?"
Amel berbisik ketika mereka berdua berjalan tepat di belalang Aizen, sedangkan Garvi berjalan sendirian di belakang dua perempuan itu.
"Dia lagi sogok gue," balas Sachi ikut berbisik. "Karena dia ninggalin gue di sekolah."
"Lo sihh, masih aja kecintaan dengan tuh cowok." Amel mendumel kesal. Karena sebagai teman, Amel sudah sering mendengar curhatan Sachi tentang Garvi. Betapa sukanya Sachi dengan Garvi, namun sampai saat ini Sachi masih tidak berani mengungkapkan perasaannya sendiri kepada Garvi.
"Husssh!" Sachi menaruh telunjuk di depan bibir. "Eh, bentar yaa. Gue mau pergi dulu beli sesuatu." Tiba-tiba saja Sachi pergi meninggalkan rombongan entah kemana.
"Eh, lo mau kemana, Chi?" Amel berteriak, tapi Sachi udah menghilang dari pandangan.
"Kemana dia?" Tanya Aizen bingung.
"Gak tahu, tuh." Amel mengangkat bahu.
Kemudian, mereka pun sampai di restaurant ramen yang baru buka di mall Ardana. Aizen langsung memilih tempat dan duduk di sana. Seorang pelayan datang sambil membawa buku menu.
"Mau pesan langsung, atau mau lihat-lihat menunya dulu, Mas?" Tanya pelayan itu.
"Lihat-lihat dulu aja, Mas. Sambil nunggu temen," jawab Amel. Kemudian duduk di sebelah bangku Aizen.
"Heh, kamu!" Aizen mengedik ke arah Garvi yang mengambil tempat di hadapan Aizen. "Kamu bawa duit sendiri, kan? Aku gak akan mentraktirmu." Aizen menekankan kalimatnya. "Karena kamu gak diundang."
Garvi menyipitkan mata tajam. "Gue bukan orang miskin, lo tenang aja. Lagian, gue ada di sini juga karena terpaksa. Dipaksa Sachi." Garvi mulai mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Ngomong-ngomong, dimana dia?"
"Nah, itu dia!" Amel menunjuk ke arah Sachi yang baru saja masuk ke dalam restaurant dengan napas ter-engag-engah.
"Hallooo, belum pada mesen, kan?" Sachi langsung duduk di kursi sebelah Garvi. "Pada nungguin aku yaaah," ucap Sachi percaya diri.
"Darimana kamu?" Tanya Aizen ketus, sambil melihat sengit sebuah paperbag yang ada di tangan Sachi.
"Habis beli ini." Sachi menunjuk paperbag-nya. Kemudian mengeluarkan isi dari dalam paperbag tersebut. Sebuah cake cokelat, topi ulangtahun, dan terompet kecil.
"Apaan nih, Chi? Siapa yang ulang tahun?" Tanya Amel penasaran. Bukan Sachi namanya kalau sehari aja gak jadi orang aneh.
"Mas Aizen pake ini yaaa." Sachi langsung memasangkan topi ulangtahun tersebut di kepala Aizen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Sachi
Ficção AdolescenteAizen pikir, kembali ke Indonesia adalah satu-satunya jalan terbaik untuk bisa move-on. Tapi ternyata, Aizen salah. Dia lupa Kalau Sachi masih tinggal di sebelah apartemennya. Sebagai tetangganya. Yap, bocah berisik dan menyebalkan yang selalu mengg...