4. Hilang Tak Kembali

14 3 4
                                    

Hari yang cerah itu diisi oleh tangisan menyedihkan dari orang-orang yang merasa kehilangan. Tatapan Lembah terasa kosong menatap kearah seorang anak kecil didepan gundukan tanah yang sama kehilangannya dengan dirinya.

Lembah perlahan mendekat dan memeluk anak itu. Air matanya kembali mengalir tanpa bisa ditahannya. "Kak Lembah, kak Gave udah gak ada kak! hiks.. nanti Rawa sama siapa?" pilunya.

Lembah terdiam, ia bingung ingin menjawab apa karena dirinya pun tidak bisa berjanji untuk terus berada disisi Rawa.

Lembah memperhatikan semua orang disana, tidak hanya Gave dan Rawa, disana ada Jenggala, Jumantara, Sagara, Hasta, para guru, ibu dan ayah panti, Ilgi, Araya, Luly, Dathan, teman sekelas lainnya, dokter Hirta, anak panti yang lain, hingga keluarganya yang baru Lembah ketahui pun turut menangisi kepergian nya.

Gave selalu mengira jika dirinya pergi maka tak akan ada yang menangisinya atau mengingatnya, nyatanya banyak orang yang menyayanginya dan merasa kehilangan atas kepergian sosoknya. Lembah adalah salah satunya.

Setelah dipikirkan lagi, ternyata selama ini Lembah hanya terus bercerita tanpa mendengar kisah hidup Gave. Setelah satu tahun berteman, Gave masihlah menjadi sosok abu-abu yang tidak pernah bisa Lembah mengerti. Dan saat ia ingin bertanya, waktu Gave sudah lebih dulu tuhan hentikan.

Kepergiannya menyisakan nama yang harum. Nama yang akan selalu dikenal orang sebagai anak berbakti yang sering membanggakan nama sekolah dengan segudang prestasi yang ia raih.

Perlahan pemakaman tersebut mulai sepi, setelah lama Lembah menatap keluarga Gave yang masih menangis sambil memeluki nisannya, ia rasa hari ini ia harus pulang dan mungkin akan datang lagi besok.

Lembah yang baru pulang pun langsung mendapatkan tamparan keras dari sang papa. "KEMANA AJA?! SAYA DAPAT LAPORAN KALAU KAMU MEMBOLOS LES!"

kalau biasanya ia takut, kali ini Lembah merasa ikut emosi mendengar bentakan sang papa, tidakkah sang papa melihat keadaannya yang kacau? tidakkah ia ingin bertanya apa yang ia alami?

"KAWAN AKU GAVE MENINGGAL HARI INI! AKU PERGI MENGANTAR IA KE PERISTIRAHATAN TERAKHINYA!"

"BERANI KAU MEMBENTAK PAPA HAH?! LAGIPULA TIDAK ADA GUNANYA, DENGAN KAU MENGANTAR KEPERGIANNYA TIDAK BERARTI IA AKAN KEMBALI HIDUP, DAN LAGI ITU MALAH MENGUNTUNGKANMU KAN?! KAMU JADI TIDAK MEMILIKI SAINGAN LAGI!"

Lembah menggeleng pelan tak percaya. Matanya berkaca-kaca sambil menatap penuh luka. "Apa papa gak punya sedikit aja rasa simpati? papa keterlaluan. Yang aku punya cuma Gave dan mama karena papa gak pernah ada untuk aku, dan sekarang salah satunya sudah pergi, wajar aku bersedih. Lagipun aku hanya membolos sekali pa"

"HANYA MEMBOLOS SEKALI KAU BILANG?! AKU SUDAH MEMBIAYAIMU LES DAN KAU MALAH MEMBOLOS?! DASAR ANAK TAK TAU DIUNTUNG!"

"AKU TAK PERNAH MEMINTA UNTUK LES!"

"TAPI JIKA TIDAK LES MAKA KAMU HANYALAH ANAK YANG BODOH! BAHKAN SETELAH LES PUN KAU TETAP MASIH MENJADI ANAK YANG BODOH! SEKARANG KAU HARUS KU HUKUM!"

Baru saja papa Lembah ingin menyiksanya, mama Lembah sudah lebih dulu menahan tangan sang suami. "Jangan! kamu udah janji untuk ngelampiasin semuanya sama aku dan gak akan main tangan sama Lembah kan?! kalo kamu mau pukul, pukul aku sekarang! jangan lampiasin marah kamu sama anak kita! dia juga udah berusaha selama ini untuk jadi anak yang kamu mau tapi kamu gak pernah merasa cukup mas!"

PLAKK.

"MAMA!" Lembah langsung memeluk sang mama erat saat sang papa menampar sang mama dihadapan nya hanya karena sang mama membela dirinya. Lembah merasa jadi anak tidak berguna.

"ANAK DAN ISTRI SAMA SAJA! SAMA-SAMA BODOH! TIDAK SEHARUSNYA SAAT ITU SAYA TETAP MENERIMA UNTUK MENIKAHIMU WALAU DIPAKSA SEKALIPUN!"

"UCAPKAN ITU DI DEPAN MAKAM ORANG TUAMU MAS! SAAT MEREKA MASIH ADA, YANG KAU LAKUKAN HANYA BISA MENURUT KARENA TAKUT DENGAN KEDUA ORANG TUAMU KAN?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[2] Usik Fikiran | Yang Jungwon √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang