2. Kehangatan Sementara

46 2 0
                                    

Tak terasa satu tahun berlalu begitu cepat, sekarang sudah memasuki tahun 2018. Lembah dan Gave kini sudah menduduki bangku kelas tiga. Hari ini Lembah kembali melangkahkan kakinya menuju kelas. Tak seperti biasanya, kali ini ia terlihat sangat lesu, lemas, tak bersemangat, dan jangan lupakan wajahnya yang terlihat pucat dengan kantung mata menghitam.

Sang mama sudah menyuruhnya untuk meliburkan diri. Namun bukan Lembah namanya jika ia menurut begitu saja. Ia takut jika ia tak masuk sekolah, sang papa akan kembali murka.

Lembah memasuki kelas pelan. Padahal ia sudah berusaha datang sepagi mungkin, jadi ia kira bahwa dirinya yang akan berada di kelas paling awal. Namun ternyata fikirannya salah, Gave sudah ada dibangkunya sedang membaca buku dengan fokus. Bahkan ia tak melirik ataupun penasaran dengan siapa yang baru saja masuk kelas.

Lembah menghampiri Gave yang terdiam membuat si empu kaget bukan main ketika ada seseorang yang tiba-tiba saja duduk disampingnya.

Smartwatch Gave berbunyi nyaring membuat si empu mengusap dadanya pelan sambil mengatur nafas. Ketingat mulai bercucuran, matanya terpejam dengan kernyitan halus di dahinya.

"Gave maaf! Lembah gak bermaksud mau kagetin Gave!"

Tak ada siapapun dikelas ini. Lembah panik tentu saja, ia tak tahu harus bagaimana atau mrminta pertolongan pada siapa.

"Lembah cari orang dulu ya, Gave tahan sebentar!"

Baru saja Lembah beranjak dari tempat duduknya, Gave menahan pergerakannya membuat Lembah kembali menoleh pada Gave. dilihatnya Gave menggeleng pelan dengan wajah yang masih menahan sakit.

"Gak usah" Jawab nya dengan nada serak dan lirih.

"Tapi-"

"Sebentar lagi udah gak papa"

Lembah kembali mendudukkan dirinya disamping Gave sambil mengusap punggung Gave yang naik turun dengan tempo cepat. Ia memang sudah pernah melihat Gave kambuh saat olimpiade. namun ia tetap tak terbiasa.

Apalagi kali ini Gave kambuh sebab dirinya membuat ia makin merasa bersalah. Melihat Gave yang kesulitan mengambil nafas membuat Lembah seperti ikut merasakan sesak tersebut.

Lembah sudah tak tahan lagi melihatnya. "Obatnya mana?"

Gave menggeleng pelan sebagai jawaban. Namun jawabannya tak dimengerti oleh Lembah. Lembah akhirnya bertanya kembali. "Obatnya lupa bawa?"

Gave menggeleng kecil. "Terus?" Tanya Lembah lagi.

"Obatnya sudah habis" Lirihnya diselingi rintihan kecil.

"Kita ke UKS ya? Sebenernya gak tau udah ada pengawas atau enggak tapi kayaknya lebih baik kita kesana dulu"

"Enggak usah.. Sebentar lagi sakitnya pasti hilang"

Dan ternyata benar saja, tak lama dari itu, Gave terlihat mulai membaik. Kini Gave meletakkan kepalanya di atas meja menghadap Lembah.

Keringat sudah membasahi tubuhnya di pagi hari ini, wajah yang tadinya segar berubah pucat hanya dalam hitungan menit, Gave masih memejam dengan mulut yang sedikit terbuka. Tangannya pun masih setia mengurut dadanya pelan.

Nafasnya belum sepenuhnya membaik, tapi kernyitan di dahinya sudah menghilang, kini tubuhnya lemas luar biasa. Lembah mengelap keringat di dahi Gave dengan perlahan menggunakan tissue yang ia bawa.

"Maaf ya, karena Lembah.. Gave jadi sakit"

Lembah membuka matanya lalu tersenyum kecil. "Gave memang sudah sakit dari kecil, Lembah gak salah. Gave saja yang terlalu lemah"

[2] Usik Fikiran | Yang Jungwon √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang