TUJUHBELAS [Revisi]

2.7K 240 60
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

(Allahumma sholli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad)

🦋🦋🦋🦋

Meera berkali kali mengusap air matanya yang jatuh begitu saja, usaha dia yang begitu mati-matian menahan tangis di depan Azzam gagal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meera berkali kali mengusap air matanya yang jatuh begitu saja, usaha dia yang begitu mati-matian menahan tangis di depan Azzam gagal. Sewaktu di Flores tadi, Meera meminta Azzam untuk mengantarkan Kaatiya terlebih dahulu, meski sakit baginya, tapi Meera melihat kaki perempuan itu benar benar terkilir dan tidak mungkin akan pulang sendirian

“Temui aku setelah selesai dengan perempuan itu”

Itu, kalimat terakhir Meera sebelum ia memasuki mobilnya dan berakhir menerjunkan bulir bening dari kedua matanya “Aku nggak apa-apa kan?” tanya nya pada diri sendiri sembari mengusap air matanya

Di sisi lain, Azzam sedari tadi hanya diam di dalam mobil saat mengantar Kaatiya pulang, ia langsung tahu, ternyata, penyebab Meera marah adalah perempuan yang saat ini duduk di sebelahnya

“Zam, aku denger dari Iqbal, istri kamu pergi dari rumah ya? Sejak kapan?”

“Hm” hanya itu jawaban darinya, pikiran Azzam masih tertuju pada Meera, pelukan hangat tadi masih bisa ia rasakan, bahkan wangi khas perempuan itu masih melekat pada jas nya

Rasanya ingin sekali ia putar balik kesana, tempat dimana tadi saya berpisah dengan Meera yang berakhir menyuruh saya mengantar Kaatiya pulang

“Aku nyusahin kamu, ya?”

Hening beberapa saat, kemudian ia menggeleng “Nggak, kamu gak perlu mikir seperti itu” Azzam masih pokus melihat ke depan dengan mengemudi kecepatan tinggi demi bisa kembali putar balik dan menemui Meera

“Padahal tadi kalo aku ngerepotin kamu, kamu gak usah nganterin aku pulang kaya gini, kamu bisa ikut Meera di sana untuk melepas rasa kangen kalian, kayaknya aku ganggu kalian banget”

Suara perempuan itu terdengar bergetar, rasa bersalah kini menghukumnya, kepalan di kedua tangannya jelas menandakan bahwa ia benar-benar takut.

Azzam menghela napas nya “Kamu gak usah merasa bersalah, ini semua memang ujian rumah tangga saya dengan Meera, ini semua salah saya. Maaf kalo kamu merasa terlibat dari permasalahan saya”

“Kamu.. Mencintai istri kamu?”

Laki-laki itu sempat mengernyit bingung, untuk apa dia menanyakan hal itu? Azzam segera mengangguk “Tentu, Meera istri saya, saya sangat mencintai nya” jawab Azzam dengan penuh keyakinan

ZAMEERA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang