[8] - Serta Mulia

61 8 12
                                    

Jaehyun

Jiho terbiasa dirayakan.

Dan sepertinya juga suka merayakan.

Karena entah kenapa, perempuan itu malah menangis ketika ia gagal memberi kejutan di hari ulang tahun gue.

Yang ulang tahun gue, yang menangis dia.

Suprise yang surprisingly hanya mengejutkan sekitar, ya, sepuluh persen. Itu pun datang dari kehadirannya yang tiba-tiba sudah ada di dalam apartemen gue.

Tetapi, waktu gue lihat dia di dapur, ia tak menoleh sama sekali ketika gue panggil, dan malah, menangis.

Gue yang baru datang bingung. Apa gue salah ya datang tiba-tiba ke apartemen gue? Gue pun langsung menghampirinya karena panik.

"Ji? Jiji? Jiho? Kamu kenapa? Hey." Ketika sampai di sampingnya, gue hanya terfokus pada wajah perempuan ini yang betulan menangis. Lugas dan menyedihkan. Bagaimana ya menjelaskannya.

Intinya, kala itu gue hanya terfokus wajahnya. Mulai panik sewaktu tangisnya mengeras.

"Jiho, kamu kenapa sih?"

Barulah ia menjawab. Tapi dengan menarik gue ke dalam pelukan. Dan benar, menangis dengan lebih keras.

Gue menyerah untuk mengetahui keadaan. Akhirnya gue hanya mengusap punggungnya dengan pelan sambil merapalkan kalimat-kalimat penenang di samping telinganya.

Ternyata bekerja. Lambat laun, tangisnya mereda, dan gue, dengan penuh tanda tanya, sekali lagi bertanya. "Kamu kenapa?"

"Itu..." cicitnya masih memeluk. "Itu liat di bawah.... Kuenya...."

Kue? Kue apa? Gue merasakan kepala gue ditarik pelan dan diarahkan ke lantai tepat di bawah kami berdiri. Ada apa sih?

Dan ternyata,

ada sebuah kue dengan keadaan yang sangat mengenaskan.

Yang bisa gue lihat dengan jelas adalah alas kotak kue tersebut yang menimpa sebuah kue yang entah gue juga sampai nggak bisa menebak apa bentuk aslinya, kotak atau lingkaran, entahlah, saking abstrak.

Gue diam-diam menoleh dan mendapati Jiho juga sedang mantap nanar kue di lantai. Sampai nggak enak hati gue lihatnya. Mungkin seberati itu kue ini.

"Itu kue kamu? Kamu buat sendiri?" tanya gue lembut. Jujur aja gue agak takut kalau ditanya perihal ini dia bisa nangis lagi.

"...iya."

"Bikin sendiri?"

"...iya."

"Buat siapa? Tumben banget bikin kue gini."

Kali ini nggak dijawab, gue jadi heran, tadi cepet-cepet aja. Maka dari itu gue menoleh.

Di samping gue, Jiho lagi menatap gue lurus. Terlihat matanya masih basah oleh air mata, ujung hidungnya yang memerah, dan rambut sekitar wajahnya yang lepek berantakan. Tapi gue merasanya dia menatap gue dengan iba. Kenapa?

"Ka—"

"Kamu kan ulang tahun hari ini.... Kok bisa nggak inget sih!" Dan lagi, menangis.

Ada apa Jiho dan hari ini.

Gue juga jadi ingat, iya, benar. Ini hari ulang tahun gue.

Setelah sekian lama, gue lebih sering mengingat hari ini sebagai hari Kasih Sayang, berhubungan banyak orang merayakannya. Tapi bagi gue ini rasanya sama seperti hari lainnya.

Tapi ujung bibir gue menaik sedikit mendengar ucapannya tadi.

Jiho mengingatnya. Jiho tahu ulang tahunnya. Jiho membuat kue untuknya di hari ulang tahunnya,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forever OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang