2.Where us?

11 3 2
                                        

Chapter 2

Cahaya telah melahap semua yang ada di ruangan itu dan membawa mereka ke dimensi ruang dimana Zineu dan Zefrand Rhys berada. Dunia itu bernama Goldregion.

Dan tibalah saatnya mereka beraksi

"Engh, eh kok gw bisa tiduran di tanah? Bukannya tadi gw di base' dan terus ada cahaya yang.. aaaaaaa! ! Gw dimana iniiii" teriak seorang perempuan yang tak lain dan tak bukan adalah Livia

"Diam!" seseorang menjawab dari belakang Livia yang membuat bocah bar bar satu ini diam, Fasia tentu saja.

"Eh Fasia! Ternyata gw nggak sendirian! kaget gw tiba-tiba di sini" Livia kaget karena ternyata dia tidak sendirian dan memulai tangisan buayanya

"Berisik!" jawab Fasia dengan sedikit kasar karena kepalanya masih pusing setelah terlempar ke dunia itu

tiba-tiba mata Fasia tertuju pada sebuah kotak yang tergeletak disamping Livia yang terlihat seperti kotak istimewa.

"eh kotak apa itu? apa itu sebuah peti? " gumam Fasia didalam hati
tetapi sebelum Fasia berbicara tentang kotak itu kepada Livia, Livia sudah menyadarinya
lebih dulu dan membukanya.

"Eh ini kotak apa?
Klak (membuka)
"Eh Fas sini! ada kertas gosong" ujar Livia yang kebingungan karena ia hanya melihat sebuah kertas tergulung didalamnya

"Itu bukan gosong bodoh! " Fasia menjitak kepala Livia karena temannya ini terlalu bodoh, walaupun memang benar gulungan kertas tersebut nampak sudah usang. Fasia pun langsung merebut gulungan kertas yang ada ditangan Livia.

"kok tempat ini rasanya asing banget ya Fas, aneh banget ga si masa tiba tiba kita di hutan gini..mana disini udah hampir gelap lagi, tadi masih siang deh perasaan?" tanya Livia sambil memperhatikan sekelilingnya yang sejauh mana mata memandang hanya terdapat hutan belantara.
"Kayaknya kita kelempar ke suatu tempat pas ada cahaya kuning sama angin besar itu ga si!? ke dunia lain misalnya? kan pas ada cahaya kuning tadi mata kita ga bisa lihat apa apa terus kepala pusing banget ya kan! udah gitu tiba tiba pingsan dan terus bangun bangun kita disini! masa si kita kelempar dari belakang sekolah langsung ke dalam hutan gini?!" cerocos Livia tanpa henti yang membuat Fasia jengkel karena dari tadi ia hanya bisa menebak nebak.

"Emm kayaknya lu bener deh, tapi bisa ga si lu gausah ngoceh terus daritadi?! berisik tau ga, jadi susah deh mau mikir kalo lu nya aja nyerocos terus!" cibir Fasia yang jengkel.
"hih yaudah iya! " Livia pun memilih untuk mengalah.

Lalu Fasia pun membuka gulungan kertas tersebut dan ia menemukan ada secarik kertas lagi yang terikat di gulungan tersebut, secarik kertas itu berisi petunjuk mengenai tempat keberadaan mereka saat ini

Ternyata benar dugaan Livia bahwa mereka saat ini tengah terlempar ke dimensi lain, dan gulungan kertas satunya ternyata berisi sebuah peta yang akan menjadi petunjuk untuk mereka.

"Berarti sekarang kita ada di Vast Forest kan Fas?" tanya Livia, penasaran.

"iya, kemungkinan sampai ke wilayah bukit Everest sih bisa sampai seminggu lebih deh Liv, belum lagi kita harus naik ke puncaknya.. pasti makan waktu lebih lama lagi" sahut Fasia, sambil memperhatikan peta tersebut.

"Apaaa?!!" pekik Livia, karena terkejut bahwa mereka akan sampai sekitar seminggu bahkan lebih.
"Kenapa?"  jawab Fasia, santai.
"Gausah bercanda deh! kita mau kesana naik apaan?" tanya Livia, kikuk.
"dih, ya jalan kaki lah ogep! emang harapan lu mau naik lamborghini?" cibir Fasia, ia menganggap bahwa pertanyaan Livia terlalu konyol.
Livia yang terkejut dan tidak terima akan pernyataan itu langsung menjawabnya dengan kesal.

"Yakali gw disuruh jalan kaki selama seminggu lebih, gila kali ya! jalan kaki beberapa jam aja udah hampir sengklek ni kaki, apalagi sampai seminggu?! gausah gila deh lu Fas, ga lucu bercanda lu!"

"dih siapa yang bercanda sih! orang betulan kok, kalo ga percaya nih lihat sendiri! " ketus Fasia, tanpa dosa.
Karena geram Livia pun langsung merebut peta yang ada di genggaman Fasia dan mengamatinya dengan seksama, ia pun berdecak kesal karena pernyataan Fasia itu memang benar adanya, dan ia pun hanya bisa pasrah.

Setelah perdebatan singkat mereka berdua tidak ingin mengulur waktu dan kemudian mulai berjalan menyusuri hutan belantara tersebut dengan bantuan peta itu tentu saja.
Bahkan saat sudah berjalan pun Livia masih sibuk mencari kesibukan.

"Wah lihat ada bunga yang cantik sekali" ucap Livia ceroboh hampir saja dia memegang bunga itu tetapi di cegah oleh Fasia

"Jangan! ini bukan tempat kita hey! jadi lu gausah asal ngapa ngapain deh, emang si tampang bunganya emang cakep, tapi kita gatau kan kalo semisal itu racun atau apalah!" ketus Fasia, dengan dengan raut datar tetapi di hatinya sebenarnya masih mengkhawatirkan saudaranya itu.
"lah iya juga ya, hehe" sahut Livia, tanpa dosa.

Dan tibalah mereka menemukan sebuah rumah yang agak kecil dan ladang kecil. Mereka sangat bahagia jikalau didalam sana ada seseorang yang berkenan untuk memberi mereka tumpangan malam itu, karena hari itu sudah mulai gelap.

Dan tiba-tiba muncul seorang wanita paruh baya yang sepertinya pemilik rumah ini.
"Eh kalian ini dari mana?" tanya nenek itu sambil mengamati mereka berdua yang sepertinya sangat asing dimata nya, namun ia tidak takut dengan mereka berdua dan malah tersenyum.

"Halo nek kita dari kota yang jauh, kita adalah seorang pengembara" sahut Fasia dan Livia bersamaan sambil tersenyum mengangguk kan kepalanya.
"Apakah kalian mau bermalam dulu dirumah nenek? hari sudah petang, hutan ini berbahaya dan banyak binatang buas, dan tidak ada desa yang dekat dari sini" ujar nenek itu, memberikan tawaran pada mereka berdua.

Mau tak mau mereka pun menerima tawaran itu, karena memang perkataan nenek itu ada benarnya, ditambah mereka pun lelah dan ingin segera beristirahat.
"kalian bisa bersih bersih dulu di kamar mandi sana ya, nenek akan siapkan makan malam untuk kalian" ujar nenek itu.  Mereka pun tidak berpikir macam macam dan langsung mengiyakannya karena kelihatannya nenek ini memang orang baik.

"Untung tas lu terbawa sampai sini Fas, kalau enggak kita pasti bingung mau pakai apa, ternyata ada gunanya juga lu bawa tas kemana mana, untung baju cadangan gw juga gw titipin di tas lu, padahal tas mah bisa aja lu taruh kelas" cibir Livia, sembari mengenakan pakaiannya.

"bersyukur lu, dari kemarin kemarin aja lu nyinyirin gw gegara tas gw dibawa kemana mana dan ga ditinggal aja di kelas, kalo aja ini tas gw tinggal dan ga ikut kelempar kesini sekarang, meringis lu Liv!" ketus Fasia, sambil menyunggingkan sebelah bibirnya.

Setelah makan malam akhirnya mereka berdua pun diarahkan untuk tidur di sebuah kamar kosong yang ada di rumah itu.

"Kalian bisa tidur disini ya, disini ada dua kasur" ucap nenek itu, kemudian berlalu meninggalkan mereka berdua setelah Fasia dan Livia berterimakasih.

Mereka sedang didalam kamar dan mengobrol karena merasa belum mengantuk dan masih ingin menikmati angin malam, ditambah jendela dikamar itu tidak tertutup seperti balkon, sehingga mereka dapat memandangi keindahan langit malam yang dihiasi bulan dan bintang dari dalam kamar.

"Fas, mereka bertiga apa kabar ya.. apa mereka kelempar kesini juga sama kaya kita?" Ucap Livia dengan raut wajah sedih.

"Mereka pasti ada disini juga Liv, hanya saja mereka terlempar ditempat yang berbeda dengan kita, aku yakin mereka pasti dapat petunjuk juga dan kita pasti akan bertemu di bukit Evelerst lalu pulang bersama sama" sahut Fasia menyemangati Livia agar tidak sedih walaupun wajahnya tidak bisa berkompromi karena sebenarnya dalam hatinya ia juga mencemaskan ketiga teman lainnya.

Disisi lain terdapat sebuah sekolah yang sangat luas dengan gedung yang tinggi.
"Arghh,kepalaku sakit..." ujar seorang perempuan bersurai pink yang tak lain dan tak bukan adalah Elania.
"lah ini dimana? sekolah? tapi kok beda ya, ini bukan sekolah ku deh perasaan?" gerutu Elania, bingung karena merasa sekolah yang saat ini ia berada bukanlah sekolahnya, namun saat sedang mengamati sekitar tiba tiba..

"Huaaaaaa!!!!!!!" pekik seorang perempuan yang berada tepat disamping Elania yang membuat gadis itu terkejut.

"lah elo Ziee?!.. "

"ehh lo juga??!.. "

.
.
.
.
.
.


Bersambung...

Travel In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang