5.Keberadaan Iora?

3 1 0
                                    

Di sebuah kastil yang letaknya berada di Snow mountain, tempat Zineu dan pamannya berada.

"Tubuhku! kembalikan tubuhku dasar sia*an" pekik sebuah boneka, yang ada disebuah ruangan gelap di kastil tersebut.

Ternyata boneka tempat jiwa Zineu tinggal selama 1000 tahun lamanya telah ditukar jiwanya dengan Jiwa Iora, teman dari Fasia, Livia, Ziena, dan Elania. Zineu telah mengambil alih tubuh Iora sebagai wadah barunya untuk balas dendam kepada Zefrand.

"Hahahahaha! maaf ya kakakku tercinta.. tapi aku akan meminjam tubuhmu sebentar!" cibir Zineu, sambil tertawa jahat.

"Apa katamu?! sebentar? bisa bisa selamanya tidak akan kembali" ketus Iora, dengan senyum sarkastis.

"Aku akan mengembalikan tubuhmu setelah tubuhku kembali! kau dengar itu!" sentak Zineu, kesal.

"Jadi maksudmu.." tanya Iora, menggantung agar Zineu yang melanjutkannya.

"Ya! aku akan balas dendam kepada Zefrand! aku akan membunuhnya dan kemudian mengambil kembali alih kekuasaan di kastil ini!" jelas Zineu

"Jangan mimpi! mana mungkin, masuk ke wilayahnya saja kau belum tentu sanggup, apalagi melawan bahkan membunuhnya?!" ketus Iora, seakan menganggap bahwa pernyataan Zineu itu sangat bodoh.

"Aku tahu ini gila! tapi aku tidak bisa terus terusan seperti ini, bayangkan jika kau diposisiku! lihat ini! lihat patung batu ini!" Zineu menunjukan sebuah patung batu kepada Iora.

"Ini adalah tubuhku! Zefrand mengubah semua orang di kastil ini menjadi batu, bahkan termasuk aku sendiri yang masih keluarganya! dan dia juga mengambil jiwa ibu untuk dijadikan sebagai kekuatannya! hanya untuk merebut kekuasaan ibu yang sekarang jatuh kepada genggamannya!" jelas Zineu, dan kemudian mengeluarkan batu amethyst dari saku jubahnya.

"Kau lihat ini?! Jiwa ibu terkurung didalam sini selama 1000 tahun lamanya! bagaimana dia bisa begitu kejam kepada kakaknya sendiri? dan juga aku? untung aku bisa merebut batu ini darinya, jadi aku bisa menggunakan ini sebagai senjataku! hanya ada satu cara untuk mematahkan semua mantranya! yaitu dengan membunuh Zefrand itu sendiri, itulah mengapa aku bertekad untuk membunuhnya! " tegasnya lagi.

"Aku tahu kau menyimpan dendam padanya, tapi Zineu kau tidak boleh terlalu gegabah! aku yakin itu pasti bukan satu satunga cara!" jawab Iora.

"Aku tidak peduli" ketus Zineu.

"Paman, ikat Iora, jangan biarkan dia kemana mana!" suruhnya, dengan sorot mata tajam ke arah Iora

Pria yang merupakan paman Zineu itu, mengikat tubuh boneka yang didalamnya berisi jiwa Iora itu dengan sebuah rantai.

"Tidak! aku harus pergi! bagaimana dengan teman temanku?!" pekik Iora, yang kini mulai memberontak.

"Sayang sekali ya kau mengkhawatirkan mereka? jangan khawatir, mereka juga ada disini! hahaha!" sahut Zineu, dengan tawa sarkastis.

"Tidak! kenapa mereka juga kalian lempar kemari?! mereka tidak punya masalah apapun dengan urusan kalian! " tegasIora, geram.

"Yah memang benar! tetapi saat kau hendak ditarik ke dunia ini, kau sedang bersama mereka semua kan? hmm, otomatis mereka akan ikut tertarik kedalam energi dari bulatan cahaya tersebut!" jelas Zineu.

.
.
.
.
.
.
.

"Terimakasih untuk semuanya ya, kak!" ucap Ziena dan Elania, serempak.

Ziena dan Elania sedang berpamitan kepada Gloria dan Neuron.

"Kakak tidak tahu seberapa panjang perjalanan kalian, yang pasti semoga uang ini cukup untuk mencukupi kebutuhan kalian selama di perjalanan yaa!" sahut Gloria, ia memberikan sejumlah uang dengan nominal yang cukup tinggi kepada mereka berdua.

"E-eh, kak apa ini tidak kebanyakan? selama ini kami sudah cukup merepotkan kakak.. " jawab Ziena, kikuk

"Betul itu kak.. maaf ya kaka jadi repot gara gara kami.. " sahut Elania, mereka merasa tidak enak hati kepada Gloria dan Neuron, karena sudah banyak membantu mereka, tetapi mereka tidak bisa memberikan imbalan apapaun.

"Tidak masalah! hati hati dijalan ya!" sahut Neuron, yang kemudian memeluk Ziena dam Elania secara bergantian.

Setelah berpamitan mereka pun beranjak pergi dari rumah Gloria dan Neuron, dengan mengikuti arahan dari kompas yang tujuannya bahkan mereka sendiri tak tahu entah kemana, namun mereka yakin bahwa kompas itu bukanlah barang sembarangan dan mereka yakin bahwa kompas itu tidak mungkin menyesatkan mereka.

Tak lupa juga mereka membeli persediaan makanan dan buah buahan untuk mereka di perjalanan dengan uang pemberian dari Gloria, kemudian mereka terus mengikuti rujukan arah yang ada pada kompas tersebut, sampai..

"Lah Zie kenapa kita malah ke laut?!" tanya Elania, kebingungan karena Ziena yang memimpin jalan malah pergi ke pantai.

"Lah iya juga ya! ngapain kita ke laut?" tanya Ziena, tanpa dosa.

"Lu sebenarnya pinter apa blo'on sih?" ketus Elania.

"Tapi kompasnya nunjuk ke tengah laut El!" sahut Ziena sambil mengamati kompas yang ada ditangannya.

"akh salah kali itu! masa ketengah laut, lu gimana si?" cibir Elania.

"Yee, orang betulan! lu liat aja sendiri kalo ga percaya! kayaknya sih ini kita harus ke pulau lain kali! " ketus Ziena.

"Yah, terus gimana dong cara kita kita kesananya?" keluh Elania.

Ziena kemudian memperhatikan sekitar pantai itu, lalu ia melihat dari jarak yang tidak terlalu jauh terdapat ada sebuah kapal dan beberapa perahu serta ada juga sampan yang berjejeran disana.

"Kita pakai itu aja yok!" ucap Ziena, sambil menunjuk ke arah beberapa transportasi laut tersebut.

"Pala kau lah! itu ada orang yang jaga paok, mau kaya mana kita ngambilnya" cibir Elania.

"Lah iya juga, gimana yaa.. "

Ditengah tengah kebingungan itu, tiba tiba Elania mendapatkan sebuah ide.

ting

"Nah! aku ada ide!" ujar Elania, dengan semangat.

.
.
.
.
.
.

"Permisi.." ucap Ziena, dengan wajah memelas.

Bersambung..

Travel In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang