3.Petunjuk untuk Ziena & Elania

5 3 0
                                    


"Arghh,kepalaku sakit..." ujar seorang perempuan bersurai pink yang tak lain dan tak bukan adalah Elania.
"lah ini dimana? sekolah? tapi kok beda ya, ini bukan sekolah ku deh perasaan?" gerutu Elania, bingung karena merasa sekolah yang saat ini ia berada bukanlah sekolahnya, namun saat sedang mengamati sekitar tiba tiba..

"Huaaaaaa!!!!!!!" pekik seorang perempuan yang berada tepat disamping Elania yang membuat gadis itu terkejut.

"lah elo Ziee?!.. " Elania terkejut ketika mendapati bahwa gadis yang disamping nya ternyata adalah temannya, Ziena.

"ehh lo juga??!.. " sahut Ziena, lega karena mendapati Elania juga ada disana.

"OMG! Lo disiniii Ziee?!" teriak Elania, saking senangnya.
"Kenapa lo pake teriak teriak sih ya ampun! bikin orang kaget aja! " lanjutnya.

"Huaaaaaa,bajukuuuuu" tangis Ziena, kala mendapati kondisinya yang tidak pantas.

"Lu knp nangis sih?" sahut Elania, bingung.

"ba-baju gue...."

"Baju lu knp? ngomong tu jangan ngang ngong ngang ngong napa sih! " cibir Elania, kesal karena temannya ini tidak jelas.

Deg....

"Ba-baju lu kok..." Elania kaget kala mendapati kondisi Ziena saat ini.

Bagaimana bisa baju yang di pakai Ziena hanya menyisakan baju dan rok yang sobek sobek dan tidak pantas untuk dipakai. Lagi penampakan Ziena lebih kotor dari Elania,  padahal mereka terlempar di tempat yang sama. Dan beruntung nya Ziena ketika mendapati bahwa jaket nya ikut terlempar kesini, jadi ia bisa menggunakannya.

"Siapa di sana?" panggil seseorang, yang sepertinya penjaga di academic ini.

"Eh!? El siapa itu?" tanya Ziena, ketakutan karena ini merupakan tempat asing bagi mereka.

"Ya gatau lah orang gw aja gatau ini dimana, gila kali ya! duh siapa ya? itu orang bukan ya?" ketus Elania, yang sama-sama ketakutan, kemudian munculah dua perempuan yang sepertinya usianya beda tipis dengan mereka, lalu mendatangi mereka berdua, tampaknya dua perempuan ini adalah anak kembar.

"Hai? dari mana asal kalian, dan bagaimana kalian berdua bisa berada disini dengan keadaan yang sepertinya tidak dalam keadaan yang baik?" tanya salah satu dari mereka.

"E-ee gu-eh aku dan temanku berasal dari kota Niglen , dan kami tidak tau tiba-tiba saja ada di sini bersamanya " jawab Ziena, asal, yang membuat dua orang itu kebingungan karena Niglen bukanlah bagian dari dunia itu.

"Hmm kalian sepertinya orang jauh ya? soalnya saya tidak pernah mendengar nama itu maaf ya, oh iya nama Kaka Gloria dan yang disebelah Kaka namanya Neuron, kebetulan hari ini adalah jadwal piket kami di academia ini.. itulah mengapa kami bisa menemukan kalian" ucap Gloria memperkenalkan diri dan diangguki oleh Neuron.

"Namanya kok aneh ya.. apa itu tadi neutron/netron" gumam Elania, lirih sambil bisik-bisik kepada Ziena, namun kedua perempuan itu masih bisa mendengar samar samar suara mereka.
"Shut ga boleh gitu El tapi bener juga ya" sahut Ziena, juga ikut berbisik-bisik.

"Emm apa yang kalian bicarakan sampai harus bisik bisik seperti itu?" tanya Neuron, karena merasa ada yang aneh dari mereka.

"eh engga, namaku Ziena umurku 17 tahun dan yang disebelah ku ini.." sahut Ziena, gugup.

"Halo selamat sore, namaku Elaina g-aku juga berumur 17 tahun" selah Elaina, menyelah ucapan Ziena dengan semangat dan memperkenalkan dirinya juga.

"Sepertinya kalian bisa ikut dengan kami terlebih dahulu karena ini sudah petang" ucap Neuron, menawarkan Ziena dan Elania untuk ikut kerumah mereka karena mereka merasa kasihan jika harus meninggalkan mereka dalam keadaan seperti itu. Dan mereka berdua pun mengiyakan nya karena merasa tidak punya pilihan.


"Co gua nggak ada baju ini gimana! cuma ada jaket yang tadi, gimana nih masa aku harus pake jaket doang" keluh Ziena, tanpa dosa.

Setelah  mereka sampai di rumah Gloria dan Neuron, mereka pun langsung membersihkan diri di kamar mandi yang ada dirumah itu, namun mereka baru menyadari bahwa mereka tidak mempunyai selembar kain pun untuk pakaian ganti.

"Masih mending elu co ada jaket, lah gue?" balas Elaina, tak terima karena Ziena tidak melihat kalau dirinya lebih menyedihkan karena tidak mempunyai apa apa untuk dipakai sekarang.

Mereka berdua sekarang hanya memakai handuk dan diam saja karena kebingungan, namun kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu dan berbicara kepada mereka.

Tok tok tok

"Ini kak Gloria" ucap Gloria, dibalik pintu.

"Iya ada apa kak?" sahut Ziena, dari dalam kamar mandi.

"Kakak lihat kalian tidak membawa baju ya, jadi kakak membawakan kalian berdua baju yang sudah tidak dipakai oleh kakak, tetapi ini masih layak dipakai kok..semoga pas ya" sahut Gloria lagi, kemudian ia meletakkan pakaian itu di sebuah meja persis disamping pintu kamar mandi.

"Kakak taruh bajunya di meja sini ya, kalian bisa langsung pakai agar tidak kedinginan" lanjut Gloria.

Ziena dan Elania pun mengiyakannya dan langsung segera memakai pakaian itu, kemudian bergegas keluar dari kamar mandi untuk menuju ruang makan, karena Gloria dan Neuron sudah menunggu mereka untuk makan malam bersama.

"Eh kalian berdua, ayo sini duduk kita makan malam bersama" ucap Neuron.

Mereka pun duduk untuk makan bersama dua saudara kembar itu, tak bisa dipungkiri bahwa mereka memang kelaparan saat ini.

"T-trimakasih ya kak! maaf kalau kita merepotkan kakak" ujar Ziena, kikuk.

"Tidak apa kakak tidak repot kok" jawab Gloria, sambil tersenyum dan sepertinya mereka memang orang baik.

"Tapi.. bukannya kakak terlalu baik kepada kita yang hanya orang asing?" sahut Elaina, gugup dan agak canggung.

"Hm.. dulu kaka juga seperti kalian yang tersesat, tapi kakak di tolong oleh kepala academic ini" jawab Gloria, sendu dan tersenyum tulus, yang kemudian dianggukkan oleh Neuron.

"Oh.. maaf ya kak kami tidak tau" sahut Ziena, canggung.

Setelah makan malam, Ziena dah Elania dipersilahkan untuk beristirahat di kamar tamu yang ada di lantai atas, dan kamar itu merupakan kamar outdoor yang sekaligus balkon dan hanya ada gorden untuk menutupi sebagian ruangan itu. Namun Ziena dan Elania tidak menutupnya karena merasa lebih nyaman jika ruangan tersebut terbuka sambil memandangi keindahan langit malam yang dihiasi oleh cahaya rembulan dan bintang.

"Lu kangen mereka ga? " tanya Ziena, sambil memandangi langit malam.

"Hah? siapa?" tanya balik Elania, tanpa dosa, ia sedang berbaring dikasur sambil memandangi langit malam juga. Sementara Ziena berdiri di ujung kamar membelakangi nya.

"buset bener lu ya, bisa bisanya lupa ama temen sendiri!" sindir Ziena.

"Oalah, ohh.. iya juga ya! mereka gimana ya? apa iya mereka juga terlempar kesini? tapi mereka dimana ya kira kira.. " sahut Elania, yang kini mulai memikirkan ketiga temannya.

"Ini handphone kita kenapa gaada yang ikut kebawa kesini sih ya!" ketus Elania, kesal.

"Lah iya! baru nyadar gw co kalo daritadi gaada handphone! padahal tadi pas masih di sekolah perasaan gw kantongin deh hp nya.. hmm apa jatuh ya..? " pikir Ziena.

Tiba tiba ada sebuah bulatan cahaya yang melayang persis didepan Ziena dan sinar dari cahaya tersebut langsung memenuhi seluruh ruangan yang menyilaukan mata mereka.

"Arghhhhhh! mataa gw!! " pekik Elania.

"Apaan lagi sih ini?! " sentak Ziena, secara perlahan bulatan cahaya tersebut mulai redup dan sebuah benda yang melayang tadi pun langsung menjatuhkan diri secara perlahan ke tangan Ziena.

"Hah?? ini apaan? jam?" tanya Ziena, saat melihat benda yang ada di tangannya.

"Itu bukan jam, paok!" umpat Elania.

Ziena langsung berbalik dan segera menghampiri temannya itu untuk menunjukkan benda tersebut.

"Ini tuh kompas!" jelas Elania.

"kompas??! "

.
.
.
.
.
.
Bersambung...

Travel In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang