10 › takut.

607 75 4
                                    

"Selamat pagi, ay."

Rasi keluar dari gerbang rumah dengan menenteng kanvas pada tangan kanan dan juga ransel yang ia gendong asal pada lengan kirinya, "Pagi,"

"Udah sarapan?" Tanya Hardan membukakan pintu mobil untuk Rasi setelah mengambil alih kanvas Rasi untuk diletakkan di kursi penumpang belakang.

"Udah," Balas Rasi setelah itu masuk mobil disusul Hardan yang setelah menutup pintu segera masuk pada bagian kursi pengemudi dan melaju menuju sekolah.

"Kok bawa kanvas? Nanti ada kegiatan ya?"

"Nggak, aku cuma ngumpulin tugas yang seharusnya dikumpulin Minggu lalu." Rasi menatap lurus ke jalanan yang dilewati Hardan, "Kemarin kegiatanmu gimana?"

"Lancar," Hardan sebenarnya sudah menceritakan tentang kegiatannya kemarinㅡTanpa mengatakan bahwa ia seharusnya pergi bersama Alesa untuk mencari sponsorㅡHardan bercerita melalui chat, tapi sepertinya sampai detik ini chatnya yang semalam belum dibaca oleh Rasi sehingga kekasih manisnya itu mempertanyakan tentang kegiatannya.

"Baguslah, nanti ada kumpulan lagi?"

"Gak, ay, hari ini aku kosong." Jawab Hardan tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan yang lumayan ramai karena jam berangkat sekolah dan kerja, "Kenapa? Mau main sepulang sekolah?"

"Boleh?"

Sekilas Hardan melirik Rasi, "Kapan aku bilang gak boleh?"

"Aku takut kalau kamu kecapekan, ganggu waktu kamu istirahat." Ujar Rasi masuk akal mengingat kesibukan Hardan yang sudah kembali menjadi wakil OSIS.

"Gak lah, ay, kalau habisin waktu sama kamu tuh justru nambah energiku, gak bikin capek." Sanggah Hardan yang mengarah pada gombalan, "Gak apa-apa kalau kamu butuh aku, hubungi aku tiap saatㅡKamu perlu mikir aku sibuk apa gak, karena kamu itu prioritasku setelah keluargaku."

Rasi tersenyum tipis, "Terima kasih ya, Hardan, terima kasih karena kamu sabar menghadapi kemauan aku."

"Kamu pacarku, aku bakal ngelakuin apa pun buat kamu." Ujar Hardan sesekali melirik Rasi, "Aku cuma minta kamu buat gak self harm, ay, kamu bisa kan? Sayangi diri kamu seperti kamu menyayangi aku,"

Perlahan tatapan Rasi jatuh pada bekas luka pada pergelangan tangannya, suasana hatinya memburuk tiap kali mengingat dan membahas kegiatan menyakiti diriㅡ"Berisik, kepalaku berisik," Mereka mau aku mati, Hardan.

"Kamu bisa cerita ke aku," Hardan meraih tangan Rasi, mengusap pelan bekas sayatan cutter yang masih bisa dilihat, "Jangan lukai diri kamu demi aku, bisa?"

"Demi kamu?" Ulang Rasi yang kini menoleh sepenuhnya ke arah Hardan yang sedang menyetir, "Aku nyakitin diriku sendiri supaya kamu ngga nyakitin aku, supaya kamu ngga ninggalin aku.."

"Aku gak akan ninggalin kamu, ay."

Rasi membuang tatapannya dari HardanㅡIa beralih melihat jendela, "Kalau ternyata kamu ninggalin aku gimana?"

"Gak akan, percaya sama aku."

Thantophobia
what if you lose me?

Bunda memasuki kamar Rasi yang kebetulan tidak terkunci, niat beliau ingin mengambil pakaian kotor yang ada di dalam keranjang pakaian kotor milik Rasi yang ada di dalam kamar mandi kamar. Namun, atensi beliau teralihkan pada kotak kayu yang terbuka di atas meja riasㅡBeliau menghela nafas samar saat melihat patahan cutter di dalam kotak kayu tersebut, merasa sedih sekaligus miris akan apa yang dilakukan putra sulungnya sejauh ini; self harm.

"Sayang.. dunia udah berat buat kamu ya?" Bunda mengusap bekas darah yang tertinggal pada salah satu patahan cutter, "Maaf, bunda gagal jaga dan perhatiin kamu."

Thantophobia (onhold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang