09 › gak apa-apa.

617 90 9
                                    

"Kenapa kamu lihatin aku segitunya?"

Hardan mengrejap berulang kali setelah mendapatkan pertanyaan dari kekasih tercintanya, sekilas ia mengalihkan pandangan pada makan siang kekasihnya yang masih sedikit tapi tampaknya tidak akan dilanjut makan.

"Aku gak ngapa-ngapain, kamu gak perlu lihatin aku segitunya."

Ujaran kekasihnya, membuat Hardan melihat pergelangan tangan sang kekasih yang dipenuhi bekas sayatanㅡMungkin untuk detik ini darahnya sudah berhenti keluar, lukanya sudah kering dan hanya meninggalkan bekas yang entah akan hilang kapan.

"Aku nanti dijemput.. kamu gak perlu antar aku," Lanjut kekasih Hardan setelah meminum segelas teh hangat pesanannya, Rasi menatap Hardan dengan lengkungan senyum tipis, "Maaf ya.. semalam aku gak sempat balas chat kamu, aku gak masalah kalau hari ini kamu ada kegiatan OSIS."

"Hm?" Hardan berpikir sejenak atas perubahan sikap RasiㅡLebih lembut dari sebelum kejadian masuk rumah sakit, "Kamu dijemput karena kamu izinin aku dateng kegiatan OSIS? Gak lah, ay, aku antar kamu pulang dulu."

Rasi menggeleng, "Gak juga, aku dijemput karena ada urusan lain, Hardan,  gak apa-apa."

"Urusan apa?" Tanya Hardan.

"Ke Makam.." Ya, Rasi mengiyakan ajakan Samuel semalam.

Hardan speechless, "Makam siapa? Sama siapa ke makam?" Ia tidak tahu, belum tahu mungkin? Makam siapa yang ingin diziarahi Rasi? Saudaranya? Keluarganya?

"Ada.. makam seseorang," Rasi pikir dirinya tidak seharusnya menyebutkan siapa pemilik makam yang akan ia kunjungi pada Hardan.

Rasi memang menutup diri, tertutup, Hardan tidak banyak tahu dan tidak ingin terlalu mengusik ruang yang kekasihnya jaga dan batasi darinya, mungkin juga nanti Rasi akan memberitahunya jika sudah menemukan waktu yang tepat.

"Ya sudah, nanti telpon aku kalau sudah sampai rumah ya?" Pinta Hardan sembari mengelus punggung telapak tangan Rasi yang ada di atas meja kantin.

"Huum, kamu jangan kesorean kumpulan OSIS-nya." Rasi akan mencoba memberikan sedikit ruang longgar untuk Hardan, "Kalau pulang hati-hati, jangan ngebut."

"Iya, sayang." Berulangkali sudah Rasi mengatakan hal itu, tentunya Hardan tidak akan lupa.

"Eh, HardanㅡOh, sekalian ada Rasi ya?"

Rasi dan Hardan menoleh ke sumber suara, Mavel dengan membawa lembaran surat datang menghampiri meja kantin yang mereka duduki.

"Kenapa?" Hardan tahu kalau rekan OSIS-nya itu baru saja merampungkan surat untuk sponsor.

"Udah izin sama Rasi?" Tanya Mavel terus terang membuat Hardan melotot sesaat sebelum ekspresi kembali biasa saja.

"Udah, Vel." Bukan Hardan melainkan Rasi yang menjawab pertanyaan Mavel, "Hari ini OSIS ada kumpulan kan? Gue udah kasih izin asal pulangnya jangan kesorean." Rasi bahkan menatap Mavel tanpa enggan.

"Baguslah kalau gitu." Syukur, Mavel tidak perlu kelimpungan mengurus OSIS tanpa Hardan, "Kalau gitu ntar bell pulang langsung ke ruang OSIS atau mungkin setelah lo anter Rasi pulang juga bisa, Dan." Kelonggaran yang jarang sekali diberikan Mavel pada anggota OSIS lainnya.

"Gak perlu," Tukas Rasi meskipun tahu pembicaraan Mavel tertuju pada Hardan, "Hardan nanti langsung ke ruang OSIS setelah bell, lo tenang aja."

"Loh.. lo ikut kumpul, Ra?" Tebak Mavel karena biasanya Hardan datang kumpulan OSIS dengan membawa Rasi.

Rasi menggeleng, "Gue pulang."

"Hah?" Melongo, Mavel melirik Hardan yang diam sejak Rasi menjawab pertanyaannya, "Kalau gitu berarti lo pulang sendiri..?"

Thantophobia (onhold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang