Suara rintik hujan terdengar dari arah luar, dengan petir yang bersamaan suara teriakan dan cacian terdengar dari luar. Pandangannya tak luput memandang pintu, takut jika Ayahnya kembali melampiaskan semua emosi kepada dirinya.
Matanya melirik cermin yang menampilkan tubuhnya yang sudah babak belur, Seulas senyum kecut terbit di bibir pucat nya. "Sakit."
***
Matanya menatap cermin yang memperlihatkan dirinya, yang sudah siap dengan pakaian Sekolah dan rambut yang terurai bebas. Membuat penampilannya terlihat elegan dan tentunya cantik.
Kakinya melangkah keluar, menunggu supirnya menyiapkan mobil. Matanya berbinar melihat seorang pria yang baru saja melewati rumahnya, dengan motor sport gagah yang ia tumpangi membuat penampilannya semakin keren di mata gadis itu.
"Kenapa dia ganteng banget, gue kan jadi tambah suka" gumamnya tanpa sadar. Membuat supirnya yang daritadi mendengar terkekeh pelan.
"Ayo non mau berangkat sekarang" ucap seorang pria paruh baya yang tak lain adalah supirnya.
Ucapan itu seketika kembali menyadarkan dirinya, entah kenapa akhir-akhir ini fikiran nya di penuhi oleh pemuda itu, entah perasaan suka atau sebatas kagum saja.
"Eh ayo berangkat sekarang aja," ucapnya lebih dulu masuk ke dalam mobil.
Jalanan Ibu Kota kini cukup padat di isi oleh kendaraan beroda dua. Ataupun empat. Auretta menatap ke arah jendela yang terbuka, menikmati angin sayup yang mengusap lembut wajahnya.
Ada perasaan aneh di dalam dirinya, ketika mengingat kembali kejadian kemarin. Saat dirinya di hukum oleh ketua OSIS.
"Jadi pengen buat kesalahan tiap hari ini mah biar di hukum sama dia" ucapan Auretta sontak membuat supirnya menggelengkan kepala, dengan tingkah laku majikan nya itu.
Mobil Audi hitam Auretta terparkir di depan gerbang Sekolah. Matanya menatap lesu gerbang yang sudah di tutup rapat.
Terdengar dari arah dalam, suara seorang pria menggunakan mic yang Auretta dapat kenali dengan mudah. Siapa lagi jika bukan guru BK. Biasa lah dirinya langganan BK jadi tak perlu di ingat ingat lagi guru yang ada di sana.
"Nona saya pamit dulu" ucap sang supir namun di abaikan begitu saja.
Dengan kesadaran sepenuhnya, Auretta memanjat gerbang, yang masih dapat di lihat oleh guru BK atau bahkan semua murid yang ada di lapangan itu. Dengan ekspresi biasa biasa saja tanpa ada rasa malu sedikit pun.
Kakinya dengan santai melangkah menuju barisan,"heh siapa itu yang telat sini kamu!"dengan malas Auretta melangkah maju.
Kini dirinya sudah menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sana. Para Siswa maupun Siswa sudah mulai berbisik-bisik tak jelas.
"Malu maluin kaum hawa aja itu orang, udah tau Cewe. Malah telat dan ga tau malu, seenaknya aja manjat gerbang udah kaya monyet aja." Mata Auretta melotot, mendengar perkataan salah satu Siswa yang seakan meminta untuk di robek bibirnya.
Dengan cepat Auretta merebut mic yang ada di genggaman pak Bombom alias guru BK yang selalu memarahinya.
"Heh itu yang ada di sisi kiri. Barisan paling depan kelas 10, yang bedaknya menor plus bibirnya doer titisan nek lampir, sini lo kita duel aja, berani beraninya ngomongin gue ya!" ucap Auretta tak kaleng-kaleng membuat gadis yang tadi berbicara itu terdiam menunduk ciut, karena malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Açãobutterfly nama yang cantik dan indah untuk sebuah judul novel, namun bukan hanya cantik dan indah tapi ada berbagai makna yang terselip di dalamnya. "gue bakalan buat lo jatuh cinta bagaimana pun itu" ujarnya dengan yakin dan penuh percaya diri. "...