18. Ruang Bk

315 18 1
                                    

Dan disinilah semua anak Tsm2, Candra dkk, Dimas dkk dan juga Iqbal dkk diruang Bk membuat sang guru tercengang melihatnya dan segera memijit pelipisnya sakit.

"Apa yang sebenarnya terjadi ? " tanya guru Bk membuat mereka diam dengan wajah datar.

"Tak mau menjawab heh ? Mau saya panggilkan semua orang tua kalian ? " ancamnya menbuat mereka saling melirik.

"Biar ini menjadi masalah aku, bang Candra, bang Dimas, bang Gama, bang Gimi lalu kedua kembar itu dan yang lainnya tolong biarkan mereka pergi" Ujar Al memecah keheningan membuat mereka langsung protes hingga menimbulkan kesingingan.

"Diamm" Perintah guru Bk membuat mereka diam.

"Kalo begitu kalian pergi" putus guru Bk membuat mereka protes namun segera di tenangkan Vano.

"Pak, meskipun kami tidak terlibat perkelahian namun kami masih terlibat di dalamnya jadi kami memutuska untuk dihukum bersama" Ujar Vano bijak dan diangguki mereka.

"Kami juga" Ucap teman teman Candra, Dimas dan sikembar serempak.

Hah~

Guru bk hanya bisa menghela nafas melihat itu. "Jadi apa permasalahan kalian hingga ribut dan berkelahi di sekolah ? " tanya guru bk.

"Ini hanya masalah keluarga, biar kami yang menyelesaikan masalahnya" Ujar Dimas tajam membuat lagi lagi guru bk itu menghela nafas.

"Dimas, kamu ini udah kelas dua belas masih aja buat masalah, yasudah sebagai hukuman kalian berdiri dilapangan sambil hormat di tiang bendera selama jam pelajaran berakhir" Perihnya dan langsung dipatuhi mereka semua.

Melihat anak didiknya yang langsung keluar tanpa sepatah katapun lagi lagi mengehela nafas dan segera mengikuti langkah mereka semua.

Sesampainya mereka segera berbaris sesuai tingkatan mereka tak lupa tokoh utama dalam perkelahian di biarkan di depan.

Melihat anak muridnya sudah berdiri dengan teratur guru bk itu kemudian mengeluarkan pengeras suara yang sedari tadi ia pegang.

"CEK CEK, DENGAR INI BUKAN MASALAH SIAPA YANG MULAI DULUAN DAN SIAPA YANG MENYERANG DULUAN, KALIAN INI SUDAH BESAR HARUSNYA KALIAN INI BISA MEMBEDAKAN MANA YANG BENAR DAN MANA YANG SALAH, HARUS NYA KALIAN INI POKUS BELAJAR BUKANNYA NYARI RIBUT TERUS, MAU JADI APA KALIAN KEDEPANNYA JIKA TERUS TERUSAN MENCARI MASALAH"ucapnya yang sontak mereka mendatarkan wajahnya, dan hal itu pula membuat mereka yang berada di dalam kelas mencuri curi pandang dengan apa yang sebenarnya terjadi mau itu kelas satu maupun kelas dua dan tiga.

"DAN INI JUGA KAMU DIMAS, LUKY, ARIF, ARFAN, HARI, ZAKKY KALIAN INI UDAH KELAS TIGA MASIH AJA NYARI RIBUT, SUKUR SUKUR WAKTU PERTAMA MASUK KELAS TIGA KALIAN GAK PERNAH NYARI RIBUT LAGI EH MALAH SEKARANG KUMAT LAGI INGET KALIAN INI SEBENTAR LAGI LULUS JADI SEBAIKNYA PERSIAPIN DIRI KALIAN DENGAN BELAJAR BUKANNYA BAKU HANTAM YANG DI KERJAINNYA, INI JUGA KAMU EDO, DENI DAN APALAH INI KAMU CANDRA, GAMA, GIMI KALIAN INI UDAH MAH KALIAN TUH UDAH KELAS DUA DITAMBAH KALIAN INI OSIS BUKANNYA NUNJUKIN KE ADIK KELAS KEARAH YANG BENER MALAH IKUT IKUTAN BAKU TOJOS MAU TERLIHAT KEREN HAH ? KALIAN INI YA HAH~, INI JUGA KAMU GALANG, GILANG KALIAN INI ANAK BARU BISA BISANYA KALIAN MALAH BIKIN ULAH DISINI, DAN KALIAN IQBAL, AKHTAR, JACK, IMANUEL, WILDAN, HARU, VANO DAN SELURUH ANAK ANAK KELAS TSM2 KALIAN INI YA SLALU BIKIN MASALAH, BISA GAK KALIAN INI AKUR HAH ? BAPAK GAK AKAN TOLERANS SAMA KALIAN MESKIPUN KALIAN ANAK ANAK DARI DONATUR DI SEKOLAH INI ! ORANG TUA KALIAN INI NYUMBANGIN DANA KESEKOLAH BERHARAP KALIAN BISA JADI ANAK ANAK YANG PINTAR DAN BISA SUKSES DI MASA DEPAN BUKANNYA JADI BERANDALAN KAYAK GINI YANG KERJAAN NYA TAWURAN".

"JANGAN ULANGI KESALAHAN KALIAN KALI INI, INGAT DISINI KALIAN ITU TANGGUNG JAWAB KAMI JADI JANGAN PROTES ! DISINI TEMPAT NYA BELAJAR MENCARI ILMU BUKAN BUAT TAWURAN, KALO MAU TAWURAN SANA DILUAR SEKOLAH KALIAN INI, JIKA HAL INI TERJADI LAGI BAPAK GAK AKAN SEGAN SEGAN BUAT PANGGIL ORANG TUA KALIAN KEMARI".

"KALIAN PAHAM ? ".

"PAHAM PAK" Ujar mereka serentak.

"YASUDAH KALIAN NIKMATI SAJA HUKUMAN KALAN" balasnya lalu pergi meninggalkan mereka yang menggerutu kesal.

Al hanya diam menunduk di tengah tengah Candra dan Dimas. "Kenapa ? Pusing ? " tanya Dimas sambil mengelus rambut Al membuat seluruh pasang mata menatapnya.

Al mendongak menatap abangnya. "Maaf" lirinya dan dibalas senyuman oleh Dimas, hal itu sontak membuat pekikan histeris dari ketiga bangunan yang membuat teriakan itu menjadi menggema.

Semuanya menatap kearah bangunan kelas mereka yang kini sudah dipadati oleh siswa maupun siswi yang ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi oleh pentolan sekolah mereka.

Hal itu sontak membuat mereka yang berada di lapangan terkejut namun detik kemudian mereka melambai lambaikan tangan. "Yoo liat berasa jadi seleb gue hahaha" Ujar Riko sambil melambaikan tangannya dan disambut sorak sorai dari mereka.

Yang lainnya pun ikut melambaikan tangannya kecuali yah taulah yah.

Candra mendekati Al yang menatap datar kedepan. "Mereka orang itu al ? " bisik Candra yang hanya di dengar oleh nya dan dimas.

"Iyah" dinginnya.

"Abang gak bakal biarin mereka dekat dengan mu Ezra" bisik Dimas menatap tajam kearah Galang dan Gilang.

Merasa ditatap mereka menatap balik dan mendapati Dimas yang menatapnya tajam membuat keduanya semakin mempertajam tatapan mereka.

Skipp~.

Waktu sudah menunjukan jam pulang dan mereka seketika bubar kekelas mereka masing masing.

"Tunggu dikelas" ujar Dimas lalu pergi diikuti teman temannya.

"Van, tolong jaga dia sebelum kita datang" Ujar Candra.

"Oke bang" balas Vano membuat Candra pergi diikuti yang lainnya.

Disisi Galang dan Gilang ia sudah kembali dan kedapatan Daddy nya sudah pulang menatap keduanta tajam.

"Apa yang kalian lakukan ? " dinginnya membuat kedua bersaudara itu terdiam.

"Sudahlah Dad biarkan mereka istirahat terlebih dahulu" Sahut Abang pertamanya Revan Pranata Adritama.

Hal itu membuat Daddynya menghela nafas lalu pergi meninggalkan mereka, keduanya mendekati abang tertuanya.

"Apa abang mendapati alamat nya ? " tanya Gilang antusias.

Revan hanya menoleh lalu kembalu berjalan untuk duduk. "Abang ketemu papa namun seseorang menghalangi abang untuk berbicara dengannya" balasnya dengan menghela nafas lelah.

"Siapa? " tanya Galang dan dibalas gelengan si empu.

"Tapi dia memanggil Papa dengan sebutan Papa, abang yakin kalo dia salah satu anak nya" balas Revan sedikit ragu.

"Biarkan kami yang mencari tau nya, Abang istirahatlah" Ujar Galang.

"Tapi abang pengen ketemu Mommy" Lirinya sambil menutup mata dengan kedua tangannya.

"Bukan hanya abang tapi kami juga" Desak Gilang membuat Revan menatapnya lalu mengelus kepalanya sayang.

"Maafin abang ya, andai saja waktu itu abang gak nurutin Daddy buat pergi bermain bersama anak rekan kerjanya mungkin Abang bisa mencegah Mommy pergi" Lirihnya.

"Nggak bang ini bukan salah abang, ini salah Daddy yang udah biarin Mommy pergi" Kesal Gilang.

"Tidak ini salah wanita ular itu" Dingin Galang membuat suasana menjadi lebih mencekam dengan dendam ketiga bersaudara itu.

Kenapa bisa mereka tau ? Sebab setelah mereka beranjak dewasa mereka semakin mendapati banyak bukti yang mengarah ke perpisahan kedua orang tuanya dan membuat mereka serentak mencari tau kebenarannya.

Hingga dimana mereka menemukan fakta yang selama ini mereka cari dan hal itu membuat mereka membenci Daddy nya namun segera di lerai oleh abang nya dan disanalah mereka akhirnya mendengar hal yang sejujurnya terjadi dari Daddy mereka.
Meskipun kecewa Daddy meminta maaf kepada mereka dan berjanji akan membawa mereka kembali pada Mommy mereka, namun sampai saat ini hal itu belum terjadi membuat mereka kesal namun segera di tahan.

Cowo Tapi Cewe ? {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang