"Info kontrakan kosong yang murah dong, Bin. Angker juga gak apa-apa." Bang Chan menelpon Changbin sembari menenteng totebag dan membuka pintu ruang inap. Di sana sudah ada Seungmin yang berjaga, duduk berlunjur bermain game, berbagi hospital bed dengan Felix.
"Kerjaan saya intel ya, Pak. Bukan agen properti."
"Ya, siapa tau ada rumah sitaan koruptor atau bekas markas bandar narkoba yang kosong. Agak jauhan dari sini, Bin. Ntar imbalannya gue jajanin dakjal."
"Apa, Bang?!" Seungmin yang sedang fokus bermain Free Fire di ponsel seketika mengerutkan kening.
"Ceker pedas tanpa tulang itu loh, Min," jelas Bang Chan.
"Dakbal itu namanya, DAKBAL!" seru Seungmin gemas sambil memukulkan botol air mineral bekas ke betis abangnya.
"Nah, iya itu yang dibilang Seungmin, Bin. Oke, gue tunggu infonya. Se-ce-pat-nya." Bang Chan memutuskan panggilan padahal Changbin belum menyetujui mengenai kontrakan angker tersebut.
Kedua kakak beradik yang penuh cinta kasih itu segera ke rumah sakit tak lama setelah mendapat kabar dari Hyunjin. Seungmin tiba lebih dulu. Bang Chan menyusul setelah pekerjaannya selesai.
Teriakan Seungmin sepertinya menjadi obat bagi Felix. Pemuda bersurai blonde yang sebelumnya tidak sadarkan diri di hospital bed itu berangsur-angsur mulai membuka mata.
"Piyik," panggil Seungmin pelan, menunduk pada laki-laki yang terbaring di sebelahnya. "Ingat gue gak?"
Dia pikir amnesia.
"Si guguk. Sempit nah, sempit," keluh Felix sambil mendorong pinggul saudaranya itu agar menyingkir. "Duduk di kursi sana, loh. Ini buat pasien."
Tidak menghiraukan ucapan Felix. Seungmin tetap memilih berada di kasur empuk itu daripada duduk di kursi atau karpet plastik bergambar cewek seksi yang digelar Bang Chan.
"FELIX!" Dari pintu masuk sembari membawa se-plastik telur gulung, Hyunjin berlari lalu memeluk dan mengguncang kuat tubuh Felix sampai Seungmin yang duduk di sebelah ikut terguncang pula. "Maaf gara-gara aku, kamu jadi begini."
"Gak, Hyunjin. Bukan salahmu, kok. Memang aku aja yang lagi gak fit," jawab Felix dengan suara bergetar karena guncangan dari temannya yang dramatis itu.
"Min, Njin, makan dulu," tawar Bang Chan, menunjuk rantang di atas nakas. Pasalnya mereka berdua dari tadi belum makan. Kemudian dia membawa semangkuk bubur untuk Felix. "Gimana? Kalau buburnya kurang lembut nanti abang blenderkan lagi."
"Buburnya kok diaduk kayak begitu sih, Bang?" tegur Seungmin sambil menggigit ayam bakarnya.
"Aku juga tim bubur diaduk." Hyunjin menanggapi. "Diaduk domba."
"Yep. Rasanya lebih nyatu," sahut Bang Chan.
"Apalagi kalau nyatuinnya pakai masalah orang," celetuk Seungmin.
Hyunjin mengerjap, mahasiswa akhir yang hampir drop out ini menganggap serius ucapan Seungmin. "Ntar malah bingung, dong. Kok ada masalah agama, ekonomi segala politik juga di buburnya. Ya, 'kan?"
Seungmin bergeming, berhenti mengunyah, melihat ke atas sebentar. "Gak usah diseriusin, Anjay. Gue jadi ikut mikir."
"Oh ya, Min. Instagrammu apa? Temenan yuk. Sekalian like semua postinganku, ya." Hyunjin berpindah duduk di sebelah Seungmin.
"Gak main begituan. Ngabisin kuota."
"Yah." Kedua pundak Hyunjin turun. Agak kecewa. "Kalau gitu, apa username-mu di Apk ojol?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Sunshine
Fanfiction❝Kita adalah ketidaksengajaan yang diatur baik oleh Tuhan❞ Menyandang nama sebagai putra kepala Distrik 9 membuat Felix menjadi incaran. Dia kunci dari sesuatu yang berharga---sehingga selama 10 tahun, keberadaannya berusaha disembunyikan. Drama |...