• bab 2 •

50 13 2
                                    

.

.

.

Pukul 08.00, hari minggu sekolah libur.taufan keluar dari kamarnya ia menuju kamar mandi dan bergantian pakaian.ayahnya yang sedang bersiap pergi kerja melihat taufan tapi ia abaikan.taufan berjalan menuju meja makan.

"Ee...ayahh....makan nasi lagi?" Tanya taufan dengan sedikit ragu.

"Ya, makan tuh diatas meja" ujar ayahnya.

"T-tapi ayah, taufan ingin makan lauk lain" ujar taufan yang berharap dikasih lauk.

"Jangan bantah, makan saja yang ada diatas meja!" Ujar ayahnya kesal.

"T-tapi ayahh..." Ujar taufan yang dipotong pembicaraan nya.

//Brak...

Suara pukulan meja membuat taufan terkejut."jika tidak mau gak usah makan!!" Ujar ayahnya kesal.taufan hanya diam ia tidak berani membantah.taufan pun mengambil nasi, sedangkan ayahnya sudah pergi kekantornya.beberapa menit taufan sudah selesai, ia langsung pergi ke kamar dan beranjak tidur.

"Kenapa gue gak beruntung dalam keluarga.....bundaa.....taufan capek bund" ujar taufan sambil menahan tangisnya.taufan mengambil buku dan bolpoin untuk menulis diary, sambil nahan tangisnya, beberapa menit ia mendengar suara pintu terbuka.

"Siapa itu? Ayah? Atau orang lain?" Batin taufan.taufan pun mengusap air mata biar gak ketahuan dan segera keluar dari kamarnya, ia mengendap-ngendap dan disana ia melihat seseorang yang ia kenali yaitu Supra Leondra yang sedang menutup pintu.taufan langsung berlari ke arahnya karena supra dokter yang disuruh maripos dulu.

"Om supra....." Teriak taufan yang gembira.

"Eh..taufan, kok di rumah? Gak ikut ayah?" Tanya supra.

"Enggak, ayah gak ngizinin taufan ikut" ujarnya.

"Haduh, kebiasaan amato, ninggalin anaknya sendirian" batin supra."yaudah, main sama om aja ya" ujarnya.

"Tapi taufan ingin tidur siang om, boleh kan?" Tanya taufan.

"Ya tentu dong" ujar supra.

Taufan pun pergi ke kamar, "om tunggu diluar aja tidur atau ngapain gitu, bye om taufan tidur dulu ya".supra hanya mengangguk kepala, terakhir dengan gelengan kepala dan berkata dengan nada kecil, "anak sepolos, segembira, dan selucu itu gak ada kasih sayang sama ayahnya....huft andai saja leona gak meninggal mungkin taufan sudah bahagia tanpa ada luka sedikit pun" ujarnya.

Ya dulu saat umur 10 tahun, taufan selalu dipukul hanya karena masalah kecil atau dijadikan melampiaskan amarah sang ayah.sampai saat ini ia selalu mendapat luka, terkadang ia barcode saking capeknya dipukul oleh ayahnya, tetapi ia ketahuan oleh supra dan tidak melakukan hal itu lagi.

Taufan dari kecil tak ada teman, ia selalu dikurung di rumah.makin lama ayahnya merasa benci pada anaknya.kini taufan sudah terbiasa oleh kehidupannya yang selalu dipukul entah perbuatan salah atau tidak.jika taufan membentak ayahnya, rotan akan mengenainya.

Supra berjalan menuju kamar taufan, ia membuka pintu dengan pelan-pelan agar tidak membangunkan taufan.supra melihat taufan sudah tertidur pulas, ia mengelus rambutnya.

"Kuat ya taufan, om yakin jika taufan kuat dalam hal ini bunda kamu akan bangga dengan taufan dan kamu akan mendapat teman yang lebih baik dari siapapun" ujar supra yang berdiri.

Supra melihat meja belajar taufan yang berantakan, ia berjalan menuju meja belajar taufan dan membereskan buku yang berantakan.disaat membersihkan meja ia tertuju pada sebuah buku dengan judul diaryku.supra tidak membuka buku tersebut.Supra hanya meletakkan buku diary taufan, ia melangkah keluar dan menelefon amato.

I've Granted Father's WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang