02. Kode Terpecahkan

74 9 4
                                    

alooo creepys... boleh minta tolong kalau ada typo atau pengulangan kata di dalam cerita, tolong diingetin ya, komen aja di bagian mananya nanti saya revisi lagi.

***

Hari ini berjalan begitu cepat, matahari segera menghilang di ufuk barat, menyisakan suara hewan yang menyambut malam. Angin mulai berhembus pelan, merontokkan daun yang sudah lemah tangkainya. Burung hantu bernyanyi ria membuat suasana malam yang tidak biasa. Di tengah perumahan kota, di salah satu rumah kediaman keluarga Dirgantara terdengar suara riuh keributan kecil para penghuninya.

"Kalian beneran mau ke tempat ini? Hah!?" Cakra menekankan pertanyaannya. Laki-laki itu tampak gelisah dengan rencana kedua adik kembarnya.

"Ya emang kenapa Abang? Kejadian di sana juga udah lama kan, jadi aman." si sulung Nara mencoba meyakinkan kakak laki-lakinya.

Kukukuku... Kukukuku...

"Kok ada suara burung hantu ya bang? Padahal ini di tengah kota bukan pinggir hutan." Arra mencoba mengalihkan arah percakapan, namun pada dasarnya perempuan itu merasakan hal janggal di sekitarnya.

"Pertanda kali." jawabnya singkat.

"Ish apalah Abang... Jangan nakut-nakutin dong. Kita harus positif thinking! Ya kan Nar?"

"Harus itu!" kata Narra dengan tegas.

"Iya kan. Abang kaya Mas Sagara aja, nething mulu padahal belum apa-apa, berangkat aja belum, nyusun rencana juga belum. Harusnya Abang kasih saran atau apa gitu, semua anggota juga udah pada setuju kok, tinggal Abang Cakra, Abang Jio, Alana sama Keyvara. Mba Sky sama Mas Sky juga ok-ok aja." Arra meracau panjang lebar.

"Gue tahu Arra, ini cuma firasat gue aja yang gak enak." kata Cakra sambil memasang wajah serius. Kedua tangannya menyilang di dada, memandang kedua adiknya yang mulai lesu karena tidak menemukan persetujuan.

Narra dan Arra saling pandang kebingungan, karena bagaimana pun jika kakak laki-lakinya itu tidak mengizinkan mereka pergi, otomatis orang tua mereka pun akan melarang mereka untuk pergi. Arra mulai malas dan kembali sibuk berkutat dengan buku catatan miliknya, meringkas dan mencatat hal-hal yang menurutnya penting dan janggal dalam kasus ini. Narra menepuk pundak Arra dan tersenyum, mencoba menenangkan dan menyemangatinya. Akhirnya Cakra keluar dari kamar adik kembarnya itu.

"Tenang aja Ra, Narra bakal bujuk Abang kok. Tunggu ya!" kata saudari dari Arra itu sambil melenggang pergi menyusul kakak laki-lakinya, berencana untuk membujuk dan meminta persetujuannya.

"Apalah dia apalah, gini amat hidup. Coba hubungi Moreno aja deh, barangkali udah berhasil mecahin kode angka sama huruf itu." Arra meraih benda pipih miliknya yang sedari tadi ia letakkan di atas nakas, mencari kontak dengan nama Slenderman di salah satu aplikasi chat. "Mana ya? Ah ketemu juga. Chat atau telepon? Kalau dichat pasti dia slr, telepon aja deh."

Tut...

"Hallo Ra? Ada apa?"

"Hai Ren. Udah berhasil mecahin kodenya?"

"Belum, ini gue lagi jemput Gio buat bantu gue mecahin tuh kode, sebenarnya gue punya sahabat yang jago urusan beginian sih tapi dia lagi di luar kota jadi gak bisa bantu."

"Oh ok deh, ntar kalo udah ada hasilnya tolong kabarin ya."

"Ra? Lo udah bilang ke Abang lo soal ini?"

"Udah, cuma belum dapat persetujuannya, Nara lagi usaha bujuk lagi, Arra sebenarnya udah males kalau Abang udah nething duluan."

"Wajar sih, btw lo udah ngabarin Alana sama Keyvara?"

Creepy's MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang