00. Prolog

149 20 57
                                    

ألْسَّــــــــــلاَمُ عَلَيْكـُم وَرَحْمَةُ اللَّـهِ وَبَرَكَاتُة

ﺑِﺴْــــــــــــــــــﻢِﷲِﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢ

Yang udah baca cerita pertama aku, 'Tinta yang Permanen' (TyP), pasti sudah pada kenal sama tokoh Nelie & Arya. Yup! Ini adalah lanjutan dari TyP dengan tokoh utamanya yaitu Aretha-putri tunggal si tokoh utama dalam TyP.

Yuk markiding ... Mari kita reading :)

Ingin bersedekah? Silahkan Vote

___________________

Seorang Ayah memperhatikan putrinya yang tengah melamun di jendela kamarnya. Satu bulan terakhir, hanya menangis dan melamun yang dilakukan gadis dengan nama Aretha tersebut. Gadis yang dulu ceria dan aktif, kini telah menjadi gadis yang penyendiri dengan tangisan yang selalu menyelimuti harinya. Sang Ayah lantas masuk, untuk memastikan apakah putrinya baik-baik saja. Apa yang sebenarnya telah terjadi pada putrinya hingga menjadikannya seperti sekarang ini.

"Apa yang menyebabkan kamu menjadi gadis yang murung seperti ini, Nelya?" tanya sang Ayah pada putrinya tersebut.

Aretha menggeleng samar, kala pertanyaan dari sang Ayah terlontar untuknya. Perlahan buliran kristal cair keluar dari kedua netranya, membasahi pipi hingga rasanya semua kepedihan yang dipendamnya tidak dapat lagi ia rahasiakan.

"J-jika semisal aku melakukan sebuah dosa besar, akankah Ayah membenciku selamanya?" tanya Aretha dengan penuh rasa takut yang dicampuri dengan rasa bersalah.

Sang Ayah kembali bertanya. "Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu? Apa yang telah kamu perbuat sehingga dapat merubah pola hidupmu, Nelya?"

Seperti halnya bangkai. Se-bau-baunya bangkai, pasti akan tercium, hingga bangkainya dapat ditemukan. Begitupun dirinya, ia berusaha untuk mengungkapkan apa yang telah menjadi ganjalan hidupnya akhir-akhir ini, sebelum akhirnya, sang Ayah tahu dari orang lain mengenai dirinya. Aretha membuang nafas gusar, perlahan ia menghapus air matanya dan berusaha untuk mengungkapkan apa yang telah terjadi pada dirinya.

"Maafin Aku, Ayah! A-aku telah melakukan perzinahan ... T-tapi, aku tidak berniat sama sekali untuk melakukannya, semuanya terjadi di luar batas kesadaranku!" ucap Aretha dengan air mata yang kembali membanjiri kedua pipinya.

Arya, sebagai seorang kiyai pemilik pesantren An-Nur tersebut seketika bungkam akan curahan hati putri tunggalnya. Jika memang benar perzinahan itu telah dilakukan putrinya, identitas dirinya akan tercoreng buruk, ketika semua orang mengetahui, apa yang telah dilakukan putri dari sang kiyai yang cukup dikenal sampai pelosok negeri.

"Apakah Ayah gagal dalam mendidik kamu selama ini? Sebisa mungkin Ayah membuatmu gadis yang tertutup, tapi ini yang kamu lakukan? Inikah balasan kamu untuk Ayah! Berbaur dengan banyaknya lelaki, keluyuran sana-sini, hingga berujung perzinahan!" bentak sang Ayah dengan penuh rasa amarah dan kecewa pada putri tunggalnya yang ia besarkan seorang diri.

Arya mengangkat tangannya, bersiap untuk menampar putrinya yang telah mengungkapkan sebuah dosa yang telah ia lakukan. "Lelaki mana yang membuat kehormatanmu jatuh?" tanya Arya dengan tegas.

"Azhar!" jawab Aretha begitu lirih yang kemudian menutup kedua telinganya--tak kuasa untuk mendengar bentakan yang akan dilontarkan oleh Arya untuknya.

Lantas membuat Arya mengurungkan niatnya untuk menampar Aretha, kala ia mendengar nama lelaki yang telah membuat kehormatan Aretha jatuh.

Sang Ayah kembali terdiam, berdiri mematung menanggapi jerit tangis putrinya kala itu. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Bukan rasa benci lagi yang ia rasakan kali ini, melainkan rasa bersalah pada putrinya, yang telah membuat Aretha berlarut-larut dalam kesedihan akibat rahasia yang dipendamnya seorang diri, hingga membuat mental Aretha hancur.

Penulis Seperti Bunda | on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang