6. Zahra

1.2K 121 18
                                    

Zahra mengusak rambut basahnya.

Gadis itu baru selesai mandi, ia keluar untuk mengambil air di dapur.

Rumahnya sepi, dia sebenarnya tinggal bersama ibu dan kakak perempuannya.

Ibunya bekerja sebagai perawat dirumah sakit besar dan pulang tak menentu.

Sementara kakaknya adalah penyandang tuna rungu dan tuna wicara.

Jadi saat ibunya tidak ada, Zahra merasa hanya tinggal sendiri.

Ia menenggak air dinginya lalu meletakkan gelas kosongnya ke tempat cuci.

Setelahnya selen mengecek keadaan kakaknya yang terlihat tertidur pulas membelakanginya.

Zahra lalu melangkah kembali ke kamarnya.

Merasa ada yang mengawasi Zahra mengedarkan pandangannya pada seluruh bagian rumahnya.

Tidak ada apa apa.

Zahra lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Ia mengecek ponsel miliknya, tidak ada pesan dari Zayn setelah remaja itu makan malam.

Zahra menoleh kearah pintu, ia merasa ada orang yang berjalan.

" Mah?!" Panggilnya.

Tidak ada jawaban.

Zahra kembali mengalihkan pandanganya pada ponselnya.

Suara senandung lirih samar Zahra dengar.

Suara yang tidak asing tapi selen lupa.

Dengan penasaran Zahra melangkah keluar kamarnya.

Seperti sebelumnya, tidak ada apa apa.

Zahra jengah, namun terselip rasa takut.

Sudut matanya menangkap bayangan seseorang yang sedang berdiri.

Jantungnya berdetak kencang.

Zahra meneguk ludahnya.

Perlahan menoleh untuk mendapati sesorang tengah berdiri di lorong dapurnya.

Sosok tinggi yang membelakangi lampu.

Siulan lirih menyadarkan Zahra, namun tubuhnya seperti kaku tak bisa bergerak.

Siulan itu begitu lirih namun menusuk tepat di tulang Zahra.

Mulutnya terbuka tanpa suara, apalagi saat sosok itu memutar bilah pisau dan berjalan pelan menghampirinya.

Langkah sepatu pantofel bertabrakan dengan lantai terdengar memekakkan telinga.

Dengan tertatih Zahra berjalan mundur masuk kembali ke kamarnya.

Tanganya bergetar memutar kunci yang menggantung di pintu, ia memukul tangannya yang bergetar.

Zahra menyambar ponselnya.

Tangisannya pecah saat knop pintu diputar perlahan lalu menuntut seperti ingin mendobrak.

Tanganya bergetar menekan satu persatu kontak di ponselnya.

Mamahnya jarang sekali memegang ponsel saat bekerja.

Zahra mencobanya sekali dan benar, ponselnya tak terhubung.

Zahra lalu beralih ke Zayn.

Panggilan terhubung namun tak kunjung diangkat.

Tak biasanya, Zayn selalu mementingkan selen.

Zahra berteriak saat bilah pisau menancap pada celah pintu.

Dance With The Devil [21+⛔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang