batang kelima

1K 112 6
                                    

Langkah itu dengan hati-hati keluar dari dalam kamar mandi, dengan tubuh yang masih lembab Riki mengusak rambutnya yang basah dengan handuk kecil di pundaknya, baru selesai membersihkan diri.

Ia kemudian mengambil ponselnya di nakas di dekat kasur, "Hoon-" Panggilannya terhenti saat ia memutuskan untuk menutup mulutnya, mendapati orang yang hendak ia suruh pergi mandi ternyata sudah tertidur pulas.

Masih dengan jaket yang baru dilepas separuh tubuh, dengkuran halus terdengar dari Sunghoon, membuat Riki tanpa sadar tersenyum kecil melihat itu.

Ia memutuskan untuk mengambil sekotak rokok dari dalam saku jaketnya di sisi kasur, lalu pergi ke dekat balkon dan bersandar di ambang pintu sambil menyalakan rokoknya. Riki membuka ponselnya sambil menghembuskan asap dari mulutnya perlahan.

Mata tajamnya seketika terpaku pada gelembung notifikasi yang baru saja masuk ke ponselnya, menampakkan sederet pesan dari sebuah nomor tak dikenali.

Malam itu, rasanya malam lebih dingin dari biasanya.

Unknown :Saya mohon, bertemulah dengan saya sekali lagi saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Unknown :
Saya mohon, bertemulah dengan saya sekali lagi saja

Unknown :
Saya berjanji ini yang terakhir

Mata tajamnya menatap pada kolom notifikasi yang sudah menghias layar lockscreen-nya beberapa jam lalu, juga yang telah memenuhi pikirannya selama itu juga.

Asap mengepul dari belah bibirnya bersamaan dengan suara keluhan berat, Riki hancurkan rokok di jarinya yang sudah hampir habis ke dalam asbak, terlihat sudah penuh juga karena entah sudah berapa batang yang ia habiskan sedari tadi.

Meski malam terasa sejuk dan damai, namun berbanding terbalik dengan isi kepala pemuda Desember itu, rasanya seperti ada gambaran iblis dan malaikat yang sedang bertengkar menyuarakan pendapat mereka di hadapannya sekarang.

Sangat berisik, membuatnya merasa pusing dan muak.

Tangannya terangkat hendak menempelkan rokok yang baru ke bibirnya, namun sebuah tangan lentik lebih dulu menahannya. Riki menoleh sambil mendongak hanya untuk memandang wajah bantal Sunghoon yang tengah memasukkan kembali batangan itu ke dalam kotaknya.

"Gua kira ada yang bakar sampah malem-malem gini." Ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.

Membuat Riki mendengus geli karena itu, "Maaf jadi keganggu." Balasnya sembari merangkul pinggang yang lebih tua yang berdiri tepat di sampingnya.

Sunghoon merunduk pada Riki, surai lembut itu ia elus perlahan lalu menyelipkan jemarinya ke sela helaian rambut Riki dan menyisirnya tak menentu, sesekali memainkannya dengan iseng.

"Aku mau pulang." Pintanya memecah keheningan.

Riki sempat terdiam sejenak, sebelum akhirnya ikut mengeluarkan suaranya. "Udah larut, besok aja." Balasnya singkat.

Terdengar helaan nafas mengudara, memang berat ini sudah dini hari, "Ayah bisa ngamuk."

"Nanti biar aku yang maju."

"Cari mati, ya?!"

Riki tak kembali menyahut setelah suara dengan nada kesal itu Sunghoon berikan. Sejenak Sunghoon merasa aneh dengan itu, lelaki itu jadi berpikir apa yang salah dengan Riki.

"Are you okay?" Tanyanya memecah keheningan.

Tak ada jawaban dalam beberapa menit, membiarkan angin malam menyapu surai halus mereka dengan pelan, membelai kulit yang nyaris kedinginan itu.

Riki hirup dalam-dalam aroma tubuh Sunghoon yang entah kenapa bisa membuatnya merasa lebih tenang, beberapa kali mendusalkan wajahnya di perut Sunghoon membuat empunya melempar protes kecil.

"Nope." Balas Riki dengan singkat.

Sunghoon mengerti itu, dan ia tak berniat sama sekali untuk betanya lebih lanjut, karena ia tau yang lelaki itu butuhkan hanya waktu.

Keduanya kembali terdiam, Riki kini bersandar pada pinggang Sunghoon sambil memejam, sedangkan yang lebih tua lebih memilih kembali mengelus surai Riki sambil matanya menatap ke arah luar balkon, pemandangan kota malam yang sepi namun juga ramai pada saat bersamaan.

"Hoon." Panggil yang lebih muda membuatnya menoleh.

"Hm?" Sautnya.

Riki mengangkat kepalanya, lalu menatap pada lelaki Park sambil menariknya pelan hingga berada di hadapannya sekarang, membuat Sunghoon mau tak mau bersandar setengah duduk di meja yang berada di depan tempat Riki duduk.

Tangan si lelaki Jepang melingkar pada tubuh Sunghoon, "Stay here tonight." Pintanya pelan.

Jemari lentik milik Sunghoon terangkat pada tenguk Riki, kemudian mengusapnya menuju rahang yang lebih muda lalu berakhir menangkup wajah yang terlihat sendu itu.

Ia bawa wajahnya mendekat pada milik Riki dengan perlahan, matanya tak lepas menatap netra kelam milik lelaki itu yang juga menatapnya begitu dalam. Sampai akhirnya ia rasakan benda kenyal yang menempel di bibirnya begitu lembut, Sunghoon pejamkan matanya.

Perasaan hangat seketika menjalar pada tubuh keduanya, Riki mengeratkan pelukannya pada Sunghoon saat ia mulai melumat bibir manis lelaki itu yang langsung mendapat balasan.

Kali ini hanya sebatas lumatan kecil yang saling memberi kenyamanan, usapan lembut Riki rasakan pada rambut belakangnya oleh Sunghoon.

Setelah beberapa saat Sunghoon melepas tautan bibir mereka, yang mana mata sayunya langsung bertemu dengan nerta tajam milik Riki saat ia membukanya.

Sunghoon mengangguk pelan kemudian, "Okay." Ucapnya singkat.

Kemudian ia kembali terpejam saat dahi mereka bersentukan hingga ujung hidung mereka saling berciuman. Keduanya sama-sama bisa merasakan nafas hangat satu sama lain yang menerpa wajah di antara hembusan dingin angin malam.

Setidaknya malam ini Riki bisa mendapatkan ketenangan dengan Sunghoon di sisinya.

Ia hanya butuh Sunghoon.



















Ia hanya butuh Sunghoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dikit aja hehehe

Vote!

Ini gambaran NikHoon tadi xhsiaksbxhsk guemesh ueueue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini gambaran NikHoon tadi xhsiaksbxhsk guemesh ueueue.

Like Cigarette | NikHoon • EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang