"Gue gabut banget ya tuhan, keluar yuk Naz" ajak Nai pada Nazwa.
"Gas anjir daritadi nungguin"
"Hahahaha" keduanya tertawa, karena mereka benar benar telah bosan dan kebingungan apalagi yang akan dilakukan diapartemennya.Saat ini menunjukkan pukul tujuh malam, Nai dan Nazwa biasanya pergi ke tempat buku. Namun ini hari libur, jadi perpustakaan itu tutup. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk membeli makan.
"Nai nyate yuk" kata Nazwa yang sambil membonceng Naira.
"Hah kenapa" saut Naira, sepertinya itu sudah menjadi hal biasa ketika naik motor jika wanita selalu menjawab pertanyaan dengan kata "hah".Nazwa tak ingin dirinya kesal, akhirnya dia menancap gas dengan kecepatan semakin laju, dan angin angin meniup rambut mereka, dengan udara dingin yang menusuk kulit. Tak memakan waktu lama, Nazwa membelokkan motornya pada akringan sate ayam.
"Oh sate" celetuk Nai pada sahabatnya itu.
"Iye sate, lu dikasih tau dimotor kek orang budek soalnya" Nazwa yang sambil memarkirkan motornya itu menjawab celetukan Nai dengan mata menyipit, tapi Nai tidak menghiraukan dan malah cengengesan.Saat Nazwa hendak memakirkan motornya, Nai berjalan lebih dulu menghampiri abang sate itu, asap sate membuat perut Nai semakin keroncongan dan merasa lapar. Sehingga membuatnya sedikit berlari kecil untuk menuju gerobak itu, tapi...
Bruk, gadis itu terjatuh saat kakinya tak sengaja menyandung kerikil kecil ditanah didepan orang yang berjalan kearahnya, tapi demi menghilangkan rasa malunya, dirinya malah menuduh orang lainlah yang menabraknya."Lo kalo jalan liat liat dong!" Gadis itu berteriak pada laki laki remaja yang sudah jelas itu tidak mungkin seusianya.
Nai mengulurkan tangannya kepada laki laki itu, kode agar dirinya membantu Nai bangun kembali. Namun nihil, lalu Nai menarik tangannya kembali, karena ternyata laki laki itu lebih memilih meninggalkannya begitu saja tanpa membantunya berdiri kembali. Benar benar menjengkelkan bukan.Laki laki berusia 25 tahun itu membukakan pintu mobilnya, Nai dari arah jauh memperhatikannya hingga laki laki itu masuk kedalam mobilnya "awas ya lo" gumamnya.
Lalu Nazwa menghampirinya "makanya kalo jalan liat liat" meski begitu Nazwa selalu memperhatikan langkah kecilnya Nai, karena dirinya menganggap bahwa Nai adalah adiknya meski dirinya hanya berselisih satu tahun. Nai dan Nazwa melanjutkan aktifitasnya yang akan dia lakukan, setelah setengah jam ditukang sate, mereka berdua telah selesai menghabiskan hidangannya yang dipesan."Enak Nai, besok makan sini lagi" ucap Nazwa pada Nai.
"Njir, sekalinya enak keterusan makan disini, tapi boleh deh hehe" jawabnya sambil menggoyang-goyangkan kakinya.
Mereka berdua sempat membuat sedikit percakapan, lalu setelahnya membayar pesanan dan jalan kembali pulang, karena mereka tak tahu tempat mana lagi yang akan dituju.Tak memakan lama untuk mencapai apartemen tujuannya, kini mereka berdua telah sampai. Saat mereka berdua hendak menaiki lift, Nai bertemu lagi dengan seorang pria yang berpapasan dengannya diluar. Hingga membuat Nai membesarkan matanya, sedangkan Nazwa hanya membuat ekspresi heran dan bertanya tanya pada dirinya sendiri "ada apa ini".
"Loh?" Ucap pria berkumis tipis itu.
"Lah? Lo ngikutin gua? Wah gila nih orang" suara lancang itu dengan spontan keluar dari mulut Naira.
"Gila? Yang gila siapa ya? Apakah anda butuh kaca mba?." Ujar pria itu sambil merogoh saku jas kerjanya dan menunjukkan ponselnya yang terdapat kaca di case ponsel miliknya.
Naira sudah terlalu lama diluar, sehingga dirinya merasa lelah dan membalas ucapannya saja tak mampu, dan membuatnya terus mengeratkan genggamannya pada Nazwa. Sedangkan Nazwa yang disampingnya itu sibuk memainkan ponsel karena dirinya tengah saling mengirim pesan kepada kekasihnya.Lift itu berhenti dilantai tujuh, semua keluar secara bersamaan. Tampaknya mereka tinggal di tingkat lantai yang sama. Namun...
"Nama saya bukan Gila, saya Juan" ucap Juan pada Naira dan Nazwa sambil menjalankan dirinya menuju kamarnya yang berlawan arah dengan Nai dan Nazwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naira's Mistake
Teen Fiction"Lu gila ya? Gua udah kasih semuanya buat lu, tapi lu malah selingkuh? OTAK LO DIMANA JUANNNN?!". Naira berteriak pada kekasih sialnya itu, dirinya sudah benar benar sangat muak, dan marah, semarah marahnya. "Jadi lo udah putusin dia Nai? Lo diselin...