"Rea-ssi?" panggil Namjoon yang entah untuk ke berapa kalinya.
"Ne Sajangnim?"
Namjoon melemparkan sebuah berkas di meja kerjanya yang mendarat persis di dekat Rea.
"Laporan seperti itu apakah pantas ada di meja saya?" tanya Namjoon dingin tanpa menatap Rea sama sekali. Fokus pandangannya hanya ada pada layar monitor di hadapannya.
"Jadi apa yang harus saya lakukan Sajangnim?" tanya Rea dengan polosnya hingga membuat Namjoon menoleh.
"Tentu saja kau harus mengembalikan pada orang yang membuatnya. Apakah hal seperti ini tak diajarkan Valerie padamu?" tanya Namjoon dengan wajah kesalnya.
Entahlah apakah di sini Namjoon yang memang tak memiliki kesabaran yang baik atau justru Rea yang memang terlalu lamban dalam mempelajari sesuatu? Tapi tunggu, ini bahkan belum satu hari Rea bekerja, mana bisa secepat itu menyesuaikan diri kan? Apalagi basicnya bukanlah seorang sekretaris.
Ah dasar saja standar Sajangnim yang terlalu tinggi. Pantas saja kata Valerie seonbaenim sekretarisnya selalu berganti dalam kurun waktu yang terbilang singkat. Jadi seperti ini perangainya? Tapi bisa-bisanya aku masih menyukai mulut pedasnya itu? Wahhh aku benar-benar sudah menjadi bucinnya sajangnim. Rea berucap dalam hatinya.
"REA-SSI!" bentak Namjoon yang akhirnya membuat gadis Jeon itu tersadar.
"Ii...iya Sajangnim?"
"Kau mengerti atau tidak?"
"Eoh?"
Namjoon menghela napas kasar mendengar respon Rea.
"Keluarlah!" usir Namjoon menahan diri.
"Ya?" Rea kembali bingung. Apalagi tiba-tiba saja Namjoon malah mengusirnya.
Dan sekali lagi respon Namjoon adalah menghela napasnya dengan kasar. Meski kesal karena Rea ternyata tak sesuai dengan standarnya tapi pria Kim itu berusaha menahan diri. Yaa.. bagaimanapun ia sendiri yang memilih Jeon Rea sebagai sekretarisnya 'kan?
"Keluar dan buatkan saya kopi!" perintah Namjoon. Namun sialnya Rea malah masih diam mengernyitkan dahinya.
"Jeon Biseo? Apakah selain lamban dalam bekerja kau juga tuli?" tanya Namjoon yang benar-benar terdengar pedas di telinga Rea. Sebenarnya bukan Rea tak dengar, tapi gadis Jeon itu hanya bingung saja.
"Eh? Tentu saja tidak. B...baik Sajangnim, akan saya buatkan." Rea membungkuk memberikan salam kemudian undur diri untuk melaksanakan perintah dari pria dingin yang dicarinya sejak dari cabang Busan itu.
Di dalam pantry Rea terus saja merutuk meski tangannya tetap cekatan membuatkan kopi untuk sang atasan, Kim Namjoon.
"Sial sekali. Aku tak menyangka bahwa pria es itu begitu menyebalkan. Bisa-bisanya aku menyukainya selama tiga tahun?" gerutunya pada diri sendiri. Ia pun bingung mengapa sejak di Busan ia tak pernah melihat letak menyebalkan dari seorang Kim Namjoon? Bahkan gadis itu mengamini setiap sumpah teman-temannya yang ingin dia berjodoh dengan Mr. Ice Kim itu.
"Jika tahu dia semenyebalkan ini aku juga–"
"Kau sedang apa Rea-ssi?" Tiba-tiba suara Valerie terdengar di rungu Rea sehingga membuat gadis Jeon itu terlonjak.
"Ah kamjagiya," kejut gadis itu. "Seonbaenim? Kau mengejutkanku saja," ucap Rea sembari mengurut dadanya akibat keterkejutan itu.
"Ah maafkan jika kedatanganku mengejutkanmu Rea-ssi," ucap Valerie.
"Gwaenchanayo Seonbae. Ada apa?" tanya Rea tak mempermasalahkannya.
"Kau sedang apa?" tanya Valerie mengulang pertanyaannya di awal tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. ICE KIM
FanfictionJeon Rea sudah menyimpan sebuah rasa suka yang aneh pada seorang pria misterius dari kantor pusat perusahaannya. Di saat semua orang tak menyukai keberadaan pria itu, Rea malah selalu berpikir positif dan bahkan membelanya. Mr. Ice Kim, itu julukan...