Mobil kembali melaju menuju tujuan awal mereka. Tak ada pembicaraan di dalam kendaraan berjenis sedan itu. Baik Namjoon maupun Rea terhanyut dalam kegiatannya masing-masing.
Drrtttt... Drrtttttt...
Getar yang di susul suara nada dering ponsel Namjoon memecah atensi kedua manusia di bangku penumpang. Rea sempat menoleh pada sang atasan yang kini menerima panggilan dari benda pipih yang diletakkannya di telinga kanan.
"Ya?" ucap Namjoon yang kemudian di susul keheningan sejenak karena si penelpon sedang berbicara.
"Baiklah, tunggu saya sebentar. Saya akan segera kembali," tutupnya sekaligus memasukkan kembali gawai ke dalam sakunya.
"Pak kita kembali ke rumah sekarang!" perintah pria Kim itu pada sang sopir yang segera dituruti tanpa banyak pertanyaan. Justru gadis Jeon di samping Namjoon lah yang kini menjadi penasaran dengan perintah tiba-tiba dari atasannya itu.
"Sajangnim? Kembali ke rumah? Rumah anda? Kita tidak jadi ke Gangnam?" tanya Rea beruntun.
"Ya," jawabnya singkat.
"Kenapa?"
Tak ada jawaban setelahnya. Pria Kim itu justru mengambil kembali gawainya dan kini entah apa yang di lakukannya dengan benda pipih berlabel apel yang sudah tergigit miliknya itu hingga membuat Jeon Rea mengerucutkan sedikit bibirnya, merasa kecewa dengan tanggapan Mr. Ice itu.
Dasar manusia es, gerutu Rea dalam hati. Dunia itu berputar, sekarang kau mengabaikanku tapi nanti kau yang akan mengemis perhatianku, lihat saja.
"Apa yang kau katakan di dalam hatimu Rea-ssi?"
Kembali terkejut dengan perkataan sang atasan yang bahkan tak menoleh sedikitpun pada Rea, gadis itu membulatkan kedua bola matanya. Membeku sejenak dalam posisi itu kemudian meraih kesadaran dengan mengelak dari pertanyaan Namjoon.
"Apa? Saya tidak mengatakan apa-apa," elak si gadis Jeon.
"Jangan mengumpat meski di dalam hati karena saya pasti akan tahu."
Jeon Rea menelan ludahnya sendiri karena begitu tak percaya dengan tebakan Namjoon. Jadi apakah benar bahwa Namjoon bisa membaca pikiran Rea?
Sekitar tiga puluh menit yang terasa begitu lama menurut Rea yang merasa bosan dengan ketenangan yang seperti tempat pemakaman itu. Padahal di dalam mobil ada tiga manusia, tapi bahkan satu pun tak bersuara. Ingin berinisiatif memulai pembicaraan tapi Rea takut di abaikan lagi. Ah sungguh menyebalkan.
Kini mobil sudah memasuki satu gerbang tinggi menuju sebuah pelataran yang cukup luas untuk bisa di sebut sebagai halaman rumah. Rea mengamati sekitar dari dalam kendaraan beroda empat itu. Kini kendaraan yang mereka tumpangi berhenti di depan pintu yang sepertinya adalah pintu utama dari bangunan yang entah bisa di sebut rumah atau istana? Tak sempat berpikir terlalu jauh, pintu di samping Rea terbuka dengan sendirinya sehingga membuat gadis itu terlonjak kaget. Lebih di buat terkejut saat sebuah suara nyaring nan manja khas anak-anak terdengar di rungu Rea.
"Daddy?"
Tak cukup hanya suara, kali ini netra Rea membulat saat dalam pandangnya kini berdiri sesosok gadis cilik yang senyumnya berubah dari merekah kini surut di ikuti dengan dahi yang berkerut menunjukkan raut kebingungan.
"Kau siapa? Di mana daddy ku?" tanyanya di hadapan Jeon Rea yang turut bingung.
Daddy? Kenapa dia menanyakan daddy nya padaku? Celetuk Rea dalam hatinya.
"Daddy di sini princess."
Suara yang sangat Rea kenali membuatnya menoleh ke samping. Terlihat bangku di sebelahnya kosong menandakan pria Kim yang bersamanya sudah turun. Namun sebuah pemandangan menakjubkan membuat Rea membolakan mulutnya. Gadis kecil itu berlari kemudian memeluk pria berlesung pipi yang kini berjongkok menyejajarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. ICE KIM
FanfictionJeon Rea sudah menyimpan sebuah rasa suka yang aneh pada seorang pria misterius dari kantor pusat perusahaannya. Di saat semua orang tak menyukai keberadaan pria itu, Rea malah selalu berpikir positif dan bahkan membelanya. Mr. Ice Kim, itu julukan...