Matanya membelalak kaget ketika melihat sosok Azka yang tiba-tiba berubah menjadi wanita yang sangat menyeramkan.
Matanya berwarna merah menyala seperti api unggun yang berkobar-kobar di tengah malam yang gelap nan sunyi. Kuku sosok itu sangatlah tajam juga panjang seperti bambu runcing sampai hampir membuat kaki Vica berdarah karena sosok itu menarik paksa Vica untuk masuk ke dalam.
“Kemarilah, aku ingin menghisap sukmamu,” kata sosok itu sambil terus menyeret kakinya.
“Lepaskan aku!” seru Vica.
“Oh, tentu tidak. Aku tak mau melepasmu sebelum aku menghisap sukmamu,” jawab sosok itu.
Langkah kaki seseorang terdengar sedang menginjak-injak rumput dan tanah. Suara itu membuat sosok wanita itu terkejut dan menghilang dalam sekali kedip.
Vica terkejut akan hal itu. Dirinya lalu penasaran. Langkah kaki siapa yang membuat sosok wanita itu ketakutan lalu menghilang? Berbekal rasa penasarannya, ia melihat ke belakang. Ternyata, Azka berdiri tepat di belakangnya.
“Masuk.” Suara Azka terdengar datar tanpa sedikitpun. Vica lalu berdiri dari tanah. Kakinya terasa berat seperti ada ‘tangan’ yang menahan kakinya untuk berdiri.
Azka hanya berdiri di belakangnya, tak bergerak sama sekali bagaikan patung yang hanya ditugaskan sebagai pajangan museum.
Keesokan paginya, ia bangun pagi seperti biasanya. Kakinya melangkah menyentuh kayu dan berganti menjadi rerumputan menuju kamar mandi.
Matanya yang awalnya sayu, kini kembali segar karena cipratan air yang mengenainya. Saat ia sedang menggosok giginya, tak sengaja dari cerminnya, ia melihat sosok perempuan yang sama seperti yang ia lihat kemarin sore.
Kepalanya tertoleh ke belakang dengan sikat gigi masih di dalam mulutnya. Namun, tak ada siapapun di belakangnya.
Ia lalu mengelus dadanya, merasa lega karena tak ada apa-apa. Kemudian, kepalanya kembali ke arah cermin cekung itu dan yang ada di pantulan cermin itu bukanlah dirinya. Melainkan sesosok wanita buruk rupa dengan mata yang hampir terlepas.
Jantungnya terasa seperti akan lepas dari tempatnya. Rasa dingin menjalar dalam tubuhnya, seolah-olah ada ‘banyak’ sosok yang mengerumuninya di kamar mandi kayu dan remang-remang. Sikat giginya terlempar jauh dan terjatuh tak berdaya di atas kayu yang menjadi lantai kamar mandi itu.
Perlahan, kakinya berjalan mundur, menjauhi cermin yang memantulkan sosok mengerikan itu. Kedua netranya terpaku pada cermin cekung itu. Kulit sosok itu pucat pasi, rambutnya panjang nan kusut, matanya melotot pada Vica seakan-akan ia akan menerkam Vica saat itu juga.
Ia ingin berteriak meminta tolong, namun suaranya seakan-akan tersangkut dalam tenggorokannya. Rasa takut semakin membungkamnya, sampai ia masih terpaku di sana.
Pelan-pelan, wanita itu keluar dari cermin itu dan mendekati raga Vica yang kaku. Mulutnya yang hampir sobek itu menganga memperlihatkan giginya yang tajam dan beberapa di antaranya berlubang. Bau busuk mulai tercium, menusuk indra penciumnya sehingga membuat Vica nyaris muntah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Truth
Fantasi[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] "Aku harus bisa kembali menggunakan ilmu itu bagaimana pun caranya sebelum terlambat atau aku akan menyesal." -Ataya Vica. Tentang seorang gadis berumur 15 tahun yang bernama Ataya Vica. Ia memiliki kepribadian yang pen...