O4

1.1K 72 7
                                    
























"Rafael ganteng banget anjir"

"Iya kan! Muka nya itu loh songong ganteng, Tapi Arhan lebih ganteng sih"

"Justin dong lebih ganteng"

"Eh menurut lo, siapa yang lebih ganteng, Lun?"

Luna yang sedari tadi hanya memakan roti sembari bermain game di ponsel pun menoleh sesaat ke arah segerombolan teman kantor nya.

"Ya...lebih ganteng bapak gue sih"

Kirana, Teman satu divisi Luna hanya mendecak melihat respon Luna.

"Lo kenapa ga pernah tertarik untuk bahas cowok sih? Lo bukan lesbi kan?"

Sontak saja pertanyaan spontan itu membuat nya tersedak hingga terbatuk-batuk. Dengan cepat, Kirana memberikan sebotol air kepada Luna dan Luna langsung meminum itu.

"Astaga, gue masih doyan cowok ya"
Ujar nya sambil melemparkan tatapan kesal.

"Eh woi, udah mau mulai rekaman nya ini! Cepetan ke lapangan!"

Sahutan pimpinan yang baru saja menampakkan diri dari balik pintu membuat mereka segera beranjak keluar. Tak lupa juga membawa beberapa perlengkapan rekaman nanti.

Hari ini adalah hari kedua projek, yang dimana kegiatan hari ini ialah menciptakan sebuah rekaman iklan.

Lokasi rekaman berada di Lapangan, tepat mengenai paparan sinar matahari. Cuaca saat ini lumayan terik, sehingga ini mungkin akan menjadi hari yang paling melelahkan sekaligus menjadi tantangan yang cukup berat.

Saat di lapangan, Luna membantu tim untuk mempersiapkan alat rekaman. Para pemain diminta untuk menunggu di dalam ruangan agar tidak cepat berkeringat.

Setelah 30 menit berlalu, Akhirnya para pemain menampakkan diri. Luna serta teman nya membagikan sebuah payung secara satu persatu.

Rafael menerima payung dari Luna. Walaupun perempuan itu sudah pergi, Tetapi tatapan nya masih belum putus.

"Are you looking at her?"

Rafael menoleh ke arah samping dan menemukan Ivar yang sedang menatap nya.

"No, i'm not"

Justin terkekeh melihat Rafael tetap pada pendirian. Padahal, Justin sudah mengetahui jika Rafael sudah beberapa kali tertangkap basah menatap Luna.

"Well, you're such a big liar. Anyway, please open the umbrella, it's getting hot here"

Rafael mendengus kesal mendengar tuturan Justin barusan. Ia memberikan payung itu langsung ke tangan Justin lalu pergi begitu saja.

Nathan menyadari perubahan ekspresi dari Rafael. Lantas, Ia menghampiri Justin untuk menanyakan keadaan adik nya itu.

"What's wrong with Rafa? He seems mad"

"I don't know, i'm just joking with him and he has gone out"

"We all know that Rafa isn't in good condition, he got fever until this morning, maybe his emotional still unstable"

Seketika timbul perasaan bersalah dalam diri Justin. Ia tidak menduga jika Rafael akan kesal padanya. Justin melihat Rafael yang masuk kedalam gedung.

Bukan hanya Nathan, ternyata Luna juga menyadari permasalahan itu. Luna juga sadar jika seperti nya Rafael tidak dalam kondisi yang sehat.

Perlu dicatat juga, Hampir semua orang yang mengenal Rafael sudah mengetahui satu fakta bahwa Rafael sangat tidak suka ada orang lain yang menganggunya apabila ia dalam kondisi fisik yang kurang baik.

"So, what am i going to do right now?"

"Just leave him alone"

Justin hanya bisa pasrah mendengar ujaran dari Nathan.

Luna mendengar seluruh percakapan kedua insan itu. Sempat berpikir sebentar apakah Rafael akan tetap ikut serta dalam proses rekaman atau tidak, segera ia menanyakan perihal itu kepada pimpinan nya.

"Bang, Rafael tetap ikut rekaman atau engga?"

"Kayaknya untuk Rafael, Kita bikin terpisah. Ternyata semalam dia jatuh sakit, barusan gue dapet info dari staff Timnas"

Luna mengangguk paham. Walaupun Luna dikenal sebagai orang yang tidak memperdulikam keadaan sekitar, Ia tetap memiliki sisi kekhawatiran, tidak hanya kepada Rafael, Namun untuk semua orang.

•••

Rekaman masih berlangsung sampai sekarang. Sudah memakan waktu sekitar 1 jam dan masih terus berlanjut.

"Lun, lo boleh ambilin kamera lensa gue di ruangan kita ga?"

Luna mengangguk kemudian pergi berjalan ke dalam gedung. Terlihat suasana sedikit sunyi mengingat semua pemain dan staff berada di luar gedung.

Setelah menemukan lensa yang dicari, segera ia kembali menuju ke lapangan. Akan tetapi, sesaat ia melewati lobby hall, sekilas menangkap sosok Rafael yang sedang termenung dengan posisi tertidur di sofa.

Awalnya, ia berniat untuk pergi saja, Namun disisi lain ia merasa kasihan kepada pria itu. Beruntungnya, Luna selalu membawa obat herbal 'tolak angin' bersama nya.

Setelah berdebat dengan diri sendiri, akhirnya memutuskan untuk menolong Rafael. Kakinya melangkah mendekati pria tersebut. Rafael yang menyadari keberadaan seseorang yang mendekatinya pun langsung menoleh.

Mereka sempat bertatapan untuk beberapa detik sebelum Rafael membuka suara.

"What are you doing? Don't bother me"
Tanya Rafael dengan nada datar.

"Sorry for distrubing you, but i want to tell about the advertisement, we decided to record you when you already feel healthy"

"It's that so? Okay, thankyou"
Rafael memutuskan kontak mata dengan Luna dan ingin tidur sejenak.

"And i want to give you this. I always drink this whenever i feeling not well. I'll put this on the table"

Rafael membuka matanya setelah mendengar penjelasan itu. Ia memposisikan dirinya untuk duduk. Rafael menoleh sebentar ke arah obat itu lalu kembali menatap Luna.

Beberapa detik kemudian, Rafael beranjak dari duduknya.

"Please, Do my recording today. I dont want to postponed my job"

Sebelum melewati Luna, Tangan nya mengambil obat herbal pemberian Luna kemudian menyimpan nya didalam kantung jaket.

Luna sedikit bingung dengan perubahan sikap Rafael. Padahal, Rafael awalnya secara kasar mengusir Luna untuk pergi.

Luna tak mau mengambil pusing. Yang terpenting sekarang, Ia merasa lega karena tidak jadi untuk menambah waktu jam kerja.

•••

HALOO GUYS!
Aku baca respon kalian setelah baca cerita ini dan aku seneng banget!!!
Btw aku sedih karena play off Timnas u23 tgl 9 mei nnti ga bakal ditayangin :"(
BTW JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAA SUPAYA AKU SEMANGAT BUAT NULIS NYA!!!
TERIMA KASIH!!!

Espresso + Rafael StruickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang