O5

745 62 11
                                    






Di bawah sinaran bulan purnama, terlihat Luna sedang mengerjakan tugas kuliah. Diiringi dengan beberapa lagu sebagai pendampingnya malam ini. Dengan fokus dan teliti, ia menyelesaikan satu persatu soal.

Walaupun saat dikelas, Luna tidak begitu sering memerhatikan dosen yang sedang memaparkan materi, tetapi ia sering mengulas kembali materi tersebut ketika ia berada di kamar. Menurutnya, Ia merasa jauh lebih fokus ketika belajar tanpa ada gangguan suara sedikit pun.

Nilai akademik Luna tidak terlalu bagus dan juga tidak terlalu buruk. Yang terpenting untuknya ialah Luna selalu menghargai dan menikmati setiap kegiatan yang ia lalui.

Jam sudah menunjukkan pukul 23.40. Bertepatan dengan tuntas nya beberapa tugas yang Luna kerjakan. Sepertinya sudah hampir 2 jam lebih sorot matanya tidak lepas dari layar laptop.

Drrtt drttt

Pandangan Luna beralih ke ponsel. Layar ponsel menampilkan bahwa Windy sedang menghubungi. Ia menggeser icon ke arah kanan dan menghidupkan fitur speaker.

"Iya Win, Kenapa?"

"LUNA! LO GA BILANG KALO LO KERJA BARENG MARSEL YA!"

Luna diam sejenak. Sengaja ia tidak memberitahukan Windy dengan tujuan agar perempuan itu tidak recok dan melemparkan banyak pertanyaan kepadanya dan hal itu sudah terjadi beberapa detik yang lalu.

Ia mendecak, "iya, Kenapa?"

"Lo kok ga ngasih tau gue sih? Kalo gitu kan gue bisa pura-pura jadi staff lo"

"Yang gila aja lo"

"Jadi lo hari ini habis dari kerja lah ya? Jumpa Marsel ga tadi?"

"2 hari belakangan ini bukan bagian gue, jadi gue ga ada kesana. Kenapa?"

"Gapapa sih. Masa ada cerita lucu, Marsel sering banget cerita sama gue. Hari ini katanya Rafael aktif banget anaknya. Padahal baru aja ia sembuh, trus si Arhan ngejek Rafael, Katanya Rafael bakal jadi brand ambarssador nya Tolak angin karena habis minum itu langsung sehat hahaha"

Tidak ada respon yang keluar dari mulut Luna. Apa jangan-jangan Rafael meminum obat pemberian nya? Ia pikir Rafael hanya akan mengambil lalu membuang nya.

"Woi! Lo kok diam? Nanti lo yang ngasih tolak angin itu?"

"Memang gue"
Lirihnya pelan.

"LAH SERIUSAN?!"

Bodoh bodoh bodoh
Batin Luna sembari memukul mulutnya yang tidak sengaja berbicara terus terang.

"WOI JAWAB GUE!"

"Ck, banyak tugas gue, besok lagi ya telfonan nya"

Setelah itu, Luna memutuskan panggilan secara sepihak. Ia merapikan meja belajar nya kemudian menghempaskan diri ke atas tempat tidur.

•••

Esok paginya, semua pemain tampak sedang melalukan warming up di lapangan sebelum memulai latihan. Rafael meregangkan otot pada seluruh tubuhnya dengan tujuan agar terhindar dari cedera.

Nathan tiba-tiba hadir disebelah Rafael, "How's your feel right now? Getting better?"

Rafael menganggukkan kepala. Memang sekarang sudah merasa jauh lebih baik, sehingga bisa melakukan aktifitas latihan seperti biasa.

Sepertinya Rafael harus mengucapkan terima kasih pada Luna, Namun apa daya jika rasa gengsi dalam dirinya jauh lebih tinggi.

Kemudian semua pemain diminta untuk jogging mengelilingi lapangan. Saat berlari, Sorot mata Rafael menangkap adanya Luna yang berada dipinggir lapangan bersama crew lainnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Espresso + Rafael StruickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang