01. Bangku Pojok

45 3 0
                                    

Suatu hari di sebuah kelas ...

"Selamat pagi ...." Seorang guru bernama Pak Surya, guru kimia kelas XI sains di SMA Bintang Harapan menyapa para anak didiknya.

"Pagi, Pak Surya ...," sapa para penerus bangsa berseragam diiringi sebuah senyuman manis terukir di wajah ceria mereka, yang sepertinya telah siap menyerap materi.

Pak Surya tersenyum seraya meletakkan beberapa buku di mejanya. "Mari kita mulai pelajaran kali ini," ujar Beliau penuh semangat. Meraih spidol hitam dan bersiap memulai pelajaran.

Tok ... tok ... tok ....

Pintu  kelas diketuk. Semua menoleh ke arah pintu, termasuk Pak Surya. Di pintu sudah berdiri Ibu Fatonah, kepala bagian staf tata usaha. Dengan segera Pak Surya mendekat dan mengikuti Ibu Fatonah keluar kelas.

Sepuluh menit kemudian ...

Pak Surya telah kembali. Kali ini membawa seorang anak laki-laki, yang memakai seragam khas Bintang Harapan. "Hari ini kalian mendapat teman baru. Silahkan memperkenalkan diri," ujar Pak Surya seraya menepuk pundak si anak baru, yang bertampang usil dan mencurigakan.

"Pak, maaf boleh pinjam spidolnya?" ujar si Anak Baru kepada Pak Surya, yang segera memberikan spidol hitam, yang memang sejak tadi dipegangnya. Pemuda itu menulis sebuah kalimat dengan tiga kata di papan tulis sebelum berbalik dan menatap seluruh teman barunya. Tersenyum dan memamerkan dua lesung pipi, yang membuatnya terlihat tampan. "Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Andrean Beau Garçon," ujarnya seraya menunjuk deretan kata di papan tulis. "Saya pindahan dari ...." Andrean seolah sengaja menggantung kalimatnya. Menaik-turunkan kedua alisnya seolah memberi kode agar teman-teman barunya menebak tempat dia berasal.

"Kalau dilihat dari namanya sih kayaknya pindahan dari Prancis, ya?" tebak salah seorang siswi berkacamata dari arah pojok kelas.

"Pindahan dari tadi apa dari semalam, Bro Andrean?" celetuk siswa lain dari arah pojok kanan kelas. Sebuah cengiran mengiringi ucapan pemuda berbibir tebal itu.

Andrean tersenyum lagi. "Oh, bukan. Saya pindahan dari Yogya," jawabnya seraya melempar cengiran, yang membuat wajah setengah bulenya itu, kian tampan walaupun tetap mencurigakan.

"Wah ... tampang bule ternyata anak pribumi juga!!!" Seorang siswi berceletuk karena merasa tertipu oleh penampang wajah Andrean, yang setengah bule itu. "Nama lo juga diambil dari bahasa Prancis, kan." Siswi bersurai sebahu itu kembali berceletuk.

Andrean mengangguk. "Kebetulan gue setengah Prancis. Kalian boleh panggil gue Andre." Tersenyum lagi untuk kesekian kalinya.

"Sorry nih Bro Andre, nama tengah lo Bau, ya? Bau apa nih? Bau menyan apa bau kentut?" Sebuah celetukan terdengar lagi. Kini berasal dari barisan tengah kelas. Seisi kelas tertawa termasuk Andrean.

"Lu jarang mandi ya, Bro. Makanya dikasih nama Bau?" celetukan lain terdengar.

Andre hanya terkekeh kecil walau sedikit dongkol karena nama indahnya menjadi bahan lelucon.

"Sudah. Kalian lanjutkan nanti saja perkenalannya. Nah, Bau, kamu duduk di sana, ya." Pak Surya menyudahi acara perkenalan dan menunjuk bangku kosong di barisan ketiga.

"Andre, Pak. Bukan bau." Andre protes mendengar ucapan Pak Surya. Tak lama, pemuda itu mengedarkan pandangan, menatap seluruh bangku kayu, yang berjajar rapi. Semuanya berpenghuni kecuali satu bangku yang ditunjuk Pak Surya untuk dia tempati dan ... "Saya di sana saja, ya, Pak." Andre menunjuk sebuah bangku kosong di pojok kiri kelas. Tepat di bawah jendela.

Salah seorang murid laki-laki mengangkat tangan kanannya lalu berdiri. "Maaf banget nih, Bro Bau. Itu bangku enggak boleh ada yang menempati masalahnya. Katanya sih, itu bangku ada penunggunya," ujar pemuda bergigi kelinci itu dengan nada dan tampang serius. Pernyataannya diangguki oleh seluruh penghuni kelas.

Barudak Random (One Shoot Random SKZ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang