"Eh, Bau, lo mau makan apa? Biar gue yang pesan makan. Lo pesan minum, ya." Abimana atau yg akrab dipanggil Bima, mencolek lengan Andre. Keduanya tengah berdiri di pintu kantin.
"Lo mau makan apa, Bim? Gue samain saja sama lo deh biar enggak ribet. Lo mau minum apa?"
"Oke deh. Gue mau tijus gula batu, ya," ujar Bima seraya melangkah ke arah stan soto ayam di pojok kanan kantin.
Tak lama kemudian ....
"Nih, Bim. Tijus lo." Andre meletakkan sebuah gelas di depan Bima, yang sudah mulai menyantap sotonya. Kuah soto tampak merah menggoda karena banyaknya sambal yang dituangkan Bima.
"Makasih, Bau. Tuh makan soto lo. Gue kasih sambal sesendok doang. Enggak apa-apa, kan?" Bima menarik gelasnya, meletakkan gelas di sebelah kanan. Kembali menyantap sotonya dengan lahap.
"Makasih, Bim. Gue kebetulan enggak suka makanan terlalu pedas." Andre mulai menyantap sotonya. Tak kalah lahap dari Bima.
Tak lama, soto di mangkuk Andre telah tandas tanpa sisa. Pemuda tampan itu menenggak air mineralnya. "Gue duluan ya, Bim. Nih duit sotonya. Es nya gratis. Lo enggak usah bayar." Andre meletakkan selembar uang di meja dan berlalu cepat dari hadapan Bima.
"Tumben bener tuh anak mau jajanin gue." Bima menggeser mangkuk kosongnya dan meraih gelas. Menyeruput isinya lewat sedotan.
UHUK. UHUK. CUIH. CUIH.
Bima mengeluarkan kembali minumannya ke dalam gelas. Berkali-kali meludah karena rasa asin yang pekat di mulutnya.
"ANDRE BAU!!! SETAN LU YA!!! LO MASUKIN APA KE TIJUS GUE, KAMPRET!!!" Bima berteriak sekencangnya. Bima berlari keluar kantin. Mencari tertuduh, yang kini entah bersembunyi di mana.
....
Beberapa hari kemudian ....
Kelas XI Sains 3, berkumpul di laboratorium biologi untuk meneliti sistem pencernaan cicak.
Andre, yang kebetulan ditugasi untuk menyediakan cicak, membawa satu kantung penuh cicak pesanan dari rumah. Entah darimana si tampan Andre bisa mendapatkan begitu banyak cicak hidup.
"Ayo. Ayo. Yang butuh. Yang butuh. Cicaknya nih. Cicaknya. Seribu dapat satu. Dua ribu dapat dua," teriak Andre seraya mengelilingi laboratorium.
Duak.
Andre, yang berada tepat di tengah laboratorium, mendadak tersandung kaki meja. Entah sengaja atau benar-benar kecelakaan. Kantung cicak pun terlepas dari genggaman tangan Andre dan terbang bebas dengan bibir kantong yang terbuka. Para cicak bersorak dan melompat menyambut kebebasan mereka.
Seekor cicak berlari ke arah Harsa. Naik ke sepatu dan merayap cepat masuk ke dalam celana abu-abunya. "Aaaaa!!! Cicak kampret!!!" teriak Harsa histeris tanpa sadar. Harsa menghentak-hentakkan kaki kanannya agar si cicak tak tahu diri itu keluar. Sayangnya, si cicak bukannya keluar tapi kian merayap naik. Membuat pemuda berbibir tebal itu kian histeris. Apalagi saat Harsa merasa cicak itu kian merayap ke atas.
Suasana kacau. Beberapa murid sesama laki-laki berusaha membantu Harsa. Yang lain membantu mengumpulkan lagi cicak.
"Ada apa ini?" Suara menggelegar milik Bu Farida, guru biologi, yang baru saja masuk ke dalam laboratorium, membuat suasana mendadak tenang. Sunyi.
Tatapan tajam Nu Farida tertuju pada Harsa, yang sudah menangis karena gagal mengeluarkan cicak, yang kini bersembunyi di dalam celana boxernya, celana abunya sudah tergeletak di lantai. Bu Farida mengalihkan pandangan mencari tertuduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barudak Random (One Shoot Random SKZ)
ФанфикKumpulan one shoot random Stray Kids. Cerita lokal. Warn ⚠️ - Fanfic of Stray Kids - Full narasi - One Shoot - Cerita random - Baperan jangan baca