06

64 23 14
                                    

Pukul 10 pagi Shafira dan ibu nya berangkat menuju kota Bandung. Mereka berangkat menggunakan kereta karena ayah dan bang Jeffrey sudah berangkat terlebih dahulu. Sepanjang perjalanan sang ibu tidak berhenti memberikan nasihat kepada Fira. Ayah dan ibu memang tidak pernah melarang anak-anak nya untuk mengejar mimpinya. Selagi positif, mereka akan selalu mendukung apa yang anaknya ingin lakukan. Tapi tetap saja, yang namanya orang tua pasti khawatir ketika sang anak berada jauh dalam jangkauan nya.

"Kamu tuh disana jangan lupa makan toh, de. Di rumah aja kamu makan nya nggak bener. Nanti disana makan nya harus teratur ya. Jangan sampe sakit. Nanti kalau sakit siapa yang jagain hayo? gaada ibu di sana. Kamu harus bisa urus diri kamu sendiri." Ucap sang ibu.

"Iya, Bu. Adek bisa jaga diri kok. Gak bakal sampe sakit. Ibu tenang aja." Jawab Fira tersenyum.

"Kabarin ibu tiap hari. Kalau ibu telfon tuh angkat, bukannya di diemin. Kamu punya handphone kan? Handphone tuh jangan di pake nonton Korea mulu, telfon dari ibu juga harus di angkat." Tambah ibu.

"Jangan lupa shalat juga. Kalau subuh tuh bangun. Kamu kalau di bangunin sama ibu suka susah. Nanti awas loh kalau sampe gak shalat. Kamu tuh udah dewasa, udah baligh. Jangan sampe lupa ibadah." Sambungnya lagi.

"Iya ibuku sayang, Adek gak bakal lupa shalat. Nanti subuhnya adek bunyiin alarm biar bangun." Jawab Fira.

Sang ibu mengusap kepala anaknya. Menciumnya berkali-kali, dan membawanya kedalam dekapannya.
"Kamu tidur aja, nanti kalau udah sampe ibu bangunin." ucapnya. Sang anak mengangguk, ia memejamkan matanya di dalam dekap hangat sang ibu.

Sedewasa apapun seorang anak. Ia tetap akan menjadi anak kecil di mata orang tuanya. Begitupun dengan Shafira. Sedewasa apapun dirinya, Ia tetap akan menjadi putri kecil yang manja di hadapan ibunya.

***

Tepat pukul 12.30 kereta yang di tumpangi oleh Shafira dan ibunya berhenti di stasiun Bandung. Mereka segera turun dan mencari keberadaan Jeffrey. Karena katanya, ia yang akan menjemput mereka begitu tiba di stasiun.

"Abang!" Panggil Fira ketika ia menemukan Jeffrey sedang duduk di salah satu kursi sembari menyesap kopinya.

"Ayok samperin abangmu." Ucap ibu. Dan mereka berjalan menuju tempat dimana Jeffrey duduk.

"Abang udah lama nunggu nya?" Tanya sang ibu.

"Ngga kok, baru aja nyampe." Jawabnya sembari membawa membawa koper yang ibunya geret.

"Langsung jalan aja yuk." Ucapnya menggiring sang ibu dan Fira menuju parkiran mobil.

"Ibu di belakang aja sama Fira." Ucap sang ibu ketika Jeffrey hendak membukakan pintu samping kemudi.

"Ibu di depan aja, aku sendiri gapapa kok." Ucap si bungsu menimpali. Sang ibu mengangguk dan tersenyum tipis, lalu ia duduk di Samping Jeffrey.

Sepanjang perjalanan Fira menatap ke arah jendela. Macetnya kota Bandung tidak separah kemacetan ibu kota. Sehingga perjalanan mereka tidak berlangsung lama.

"Lah, udah nyampe?" tanyanya dengan ekspresi bingung karena Jeffrey tiba-tiba memasukan mobil nya ke arah garasi sebuah perumahan. Sedangkan Jeffrey hanya berdeham sebagai jawaban.

"Ibu sama Fira langsung masuk aja. Nanti kopernya Jeff yang bawain." Ucapnya. Lalu setelah itu, ia membuka bagasi mobil untuk membawa koper yang ia maksud. Kemarin, dirinya dan sang ayah hanya membawa perlengkapan rumah seperti alat mandi, alat makan, alat tidur dan lain sebagainya. Sedangkan baju-baju di bawa oleh Fira hari ini di dalam kopernya.

Dibukanya pintu rumah Fira dan ibunya terkekeh melihat ayah yang tertidur di sebuah sofa dengan setelan boxer dan kaos partainya. Keringat nampak bercucuran di pelipisnya, menandakan kalau dirinya sedang dalam kondisi lelah. Sepertinya, ia baru saja selesai menata barang-barang besar seperti kasur dan lemari baju.

Fira merangkak untuk membangunkan sang ayah, niat hati untuk menyuruh ayahnya itu pindah ke kamar. Karena tidur di sofa hanya akan membuat tubuhnya semakin terasa remuk. Namun tiba-tiba ibunya melarang, biarkan saja katanya. Mungkin ayahnya terlampau lelah dengan kegiatan yang telah ia lakukan.

"Ibu istirahat aja dulu, pasti cape abis perjalanan jauh. Adek juga, istirahat dulu aja." ucap Jeffrey. Ibu dan adiknya hanya mengangguk dan menuruti perintah Jeffrey untuk beristirahat.

***

Pukul 9 malam, Fira dan keluarga nya berkumpul di ruang tengah. Mereka tengah membicarakan tentang bagaimana kehidupan Fira setelah besok mereka tinggalkan dirinya sendirian.

"Kalau berangkat sekolah kayaknya jalan kaki juga bisa, sambil jalan pagi. Soalnya disini udara nya enak, gak semacet Jakarta. Tapi bangun tidur nya harus pagi-pagi jangan kesiangan." ucap Jeffrey.

"Harusnya tadi sore tuh Abang bangunin aku. Anterin aku ke sekolah sambil jalan sore. Aku kan belum tahu sekolah nya dimana. " Protes si bungsu.

"Besok di anterin Harsa, anak komplek sebelah. Dia juga sekolah disana, nanti Abang kenalin. Biar punya temen juga." Jawab abangnya.

"Harsa itu anaknya Bu Vina bukan sih, bang? yang tadi ngobrol sama ibu di warung depan?" Tanya ibunya.

"Iya, itu. Dia satu tahun lebih tua dari Fira." jawabnya.

"Duh, dek. Jadiin pacar aja sekalian. Harsa ganteng loh, sopan juga, rugi kalau cuma temenan." Sambungnya dengan sifat ibu-ibunya yang mulai muncul.

"Iya, dek. Mana orang tua nya juga kaya. Masa cuma jadi temen." Ucap ayahnya ikut menggoda.

"Duh, Bu. Apa kita jodohin aja ya?" Sambungnya.

"Dih apaansih. Aku belum tertarik pacaran, baru aja masuk SMK." Jawab Fira dengan wajah cemberut.

"Hahahahah bercanda kok, dek. Belajar aja dulu yang bener. Masalah jodoh itu udah ada yang ngatur. Jadi jangan khawatir." Ucap ayahnya.

"Abang udah kasih Harsa nomor WhatsApp kamu, bentar lagi pasti dia chatt." Ucap Jeff sambil mengotak atik ponselnya.

"Buat apa bjir, malu ah."

"Ya kenalan dulu lah, biar punya temen. Abang juga udah titipin kamu sama dia, jadi nanti kalau ada apa-apa tinggal tanya Harsa aja." jawabnya.

Fira hanya menatap abangnya datar. Duduk di kota orang selama dua hari saja dia sudah berkenalan dengan anak komplek sebelah. Sepertinya, keturunan dari ayah dan ibu itu memang memiliki sifat mudah akrab dari lahir, pikirnya.


--

Terimakasii buat kalian yang udah nemenin cerita aku sampe sinii. Tunggu update terbarunya yaa!! Kritik dan saran bisa kalian tulis di kolom komentar yaa!!

Turning Seventeen || KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang