CHAPTER 04

455 51 12
                                    

"Dia masih marah padamu? Tolong jepit," pinta Jisoo namun tidak pernah mengalihkan pandangannya dari pasiennya yang tak sadarkan diri.

"Agaknya, aku tidak tahu dia tidak membawa ponsel atau dompetnya, oke?" Jawab Seulgi.

"Apa yang terjadi?" Jihyo mendongak dari majalah yang sedang dibacanya,

“Dia datang ke apartemenku hari itu, kesal dan sebagainya, ketika aku bertanya tentang hal itu dia tidak mengatakan apa-apa. Lalu kami bermain video game dan dia menjadi lebih baik lalu aku bertanya lagi, dia memberitahuku bahwa dia bertengkar dengan Jennie untuk beberapa alasan bodoh. Aku tahu itu bukan tempat untuk mengganggu mereka tetapi aku tidak dapat menahannya. Aku benar-benar mengusirnya untuk memperbaiki masalah mereka. Keesokan paginya, yang dia katakan kepadaku hanyalah 'kamu bukan temanku lagi'."

Jisoo meminta perawat untuk menyeka keringatnya. "Ah, ada sedikit pendarahan di sini," gumamnya dalam hati.

"Siapa Jennie?" Jihyo bertanya lagi.

"Dia akan segera menjadi istri, tebas, pacar palsu, tebas musuh bebuyutan, tergantung siapa yang memintanya," jelas Jisoo.

"Kenapa aku tidak diberitahu tentang hal ini?" Jihyo mengerutkan keningnya.

"Kamu terlalu sibuk membius orang,"

"Hei, aku mencari nafkah, you know."

"Kamu membuat orang tertidur, duduk dengan nyaman ATAU mengerjakan teka-teki silang yang tak ada habisnya sementara kita melakukan pekerjaan sebenarnya di sini" kata Jisoo sejujurnya.

"Aku sudah bilang padamu untuk ikut anestesi bukan operasi. Salahmu bukan salahku." Jihyo melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh. "Jadi bagaimana dengan Jennie ini?"

“Kami belum mengetahui apa pun selain itu. Kami belum pernah melihatnya.” kata Seulgi.

"Sekarang kemungkinan besar kita tidak bisa bertemu dengannya dalam waktu dekat. Terima kasih kepada Seulgi"

"Yah! Itu bukan sepenuhnya salahku."

"Hentikan"

"Teman-teman, kita sedang menjalani operasi di sini. Berhentilah bertengkar, ya? Jisoo, berapa lama lagi kamu akan menyelesaikannya?" Jihyo memeriksa arlojinya.

"Beri aku waktu sebentar, maka dia milikmu sepenuhnya, Seulgi"

"Bagus, ceritakan lebih banyak lagi tentang ini nanti" bisik Jihyo pada Seulgi.

Lisa sedang menulis di bagan pasiennya ketika Seulgi mendekatinya.

“Aku masih belum berbicara denganmu,” katanya datar.

"Lisa, ini sudah berhari-hari. Kamu tidak bisa diam saja selamanya."

"Lihat aku."

"Tidak adil!" Seul mengerang. "Kamu melemparkanku ke kolam taman di depan ratusan orang ketika kita masih kuliah. Aku memaafkanmu!" Seulgi cemberut.

"Ingat berapa lama waktu yang kamu perlukan untuk menerima permintaan maafku? Berbulan-bulan. Lagi pula, ini hari ulang tahunmu."

"Bukan itu intinya,"

“Bukan aku saja. Anak-anak juga ikut berkontribusi di dalamnya,” ungkapnya.

"Tapi kamulah otaknya! kamu yang membuat ide itu dan kamu menyuap mereka dengan makanan untuk melaksanakan rencana jahatmu! Ha!"

"Siapa yang memberitahumu hal itu?" Lisa mengerutkan keningnya.

"Jihyo dan Jisoo. Sekarang kita seimbang"

"Aish pengkhianat," gumamnya. "Belikan aku makan siang dan aku sebut saja impas," Lisa menyeringai nakal.

"Hey!"

HOME (JENLISA) IDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang