Bagian 6

1.8K 243 25
                                    

Shani berjalan gontai menuju kamarnya. Setelah menghadiri pemakaman Oniel, ia langsung bergegas kembali ke rumahnya sementara Feni ia utus untuk menyelidiki penyebab kematian Oniel.

"Hufftt.. padahal sedikit lagi aku udah tau semuanya. Aku yakin ada yang sengaja ngebunuh Oniel dan merekayasa kematian itu seolah-olah dia bunuh diri. Apalagi bukti-bukti yang mau Oniel kasih liat udah nggak ada di apartemennya." Sepanjang jalan Shani tak henti-hentinya memikirkan kematian Oniel yang menurutnya sangat aneh.

Pintu kamarnya telah terbuka dan secara bersamaan pula Gracio keluar dari kamar mandi. Shani yang melihat kehadiran suaminya lantas tersenyum simpul. Lelahnya sirna begitu saja saat orang yang ia rindukan telah ada di hadapannya saat ini.

"You're home." Gracio menyambut. Mengeratkan lilitan handuk yang ada di pinggangnya dan berjalan menuju walk in closet.

"Sayang.." Shani mendekati Gracio. Memeluk tubuh tegap suaminya yang selama dua hari ini ia rindukan. "Miss you so bad!" Bisiknya tak lupa memberikan kecupan singkat di punggung basah Gracio.

"Kamu mandi, gih. Aku tau kamu nyampenya malam, makanya aku siapin air hangat." Gracio berbalik dan mengusap pipi Shani dengan lembut.

"Thanks, love. Aku mandi dulu kalo gitu. Kamu udah mam? Dinner bareng mau? Aku masakin makanan kesukaan kamu." Tawar Shani sementara tangannya ikut menggenggam tangan Gracio yang ada di pipinya.

"Boleh. Sekalian aku mau ngomong sesuatu." Ucap Gracio dengan wajah datar. Shani tentu menangkap maksud lelaki itu.

Kamu benar-benar mau ceraiin aku, Cio? Sekarang? Tapi maaf, aku nggak akan biarin itu terjadi.

Shani tersenyum tipis. Sebelum ia membersihkan tubuhnya, Shani mengecup pipi Gracio lalu melenggang menuju kamar mandi.

"Kita akhiri semua drama ini." Bisik Gracio sembari menatap punggung Shani yang telah hilang dari pandangannya.

****

Gracio memperhatikan Shani yang sedang asik memasak. Bahkan dari jauh pun Shani terlihat sangat menarik. Baju kaos kebesaran Gracio membuatnya terlihat mungil ditambah hot pants yang memperlihatkan kaki jenjangnya yang putih. Jangan lupakan rambut basah yang masih acakan itu.

"Damn! Kenapa dia jadi hot begini?!" Gracio mengumpat setelah ia merasakan hawa panas saat melihat penampilan Shani. Ya, wanita itu memang sangat berbahaya. Hanya dengan sikap dan penampilannya saja dapat membuat singa di dalam dirinya keluar.

Segera ia membuang pandangan dari Shani sebelum rencana perceraiannya gagal. Jangan sampai hanya karena tergoda tubuh sang istri Gracio melupakan tujuannya.

"Sayang, makanannya udah mateng! Mam, yuk!" Panggil Shani. Ia kemudian menata semua makanan di atas meja.

Shani memang jarang berada di rumah, tetapi wanita itu cukup lihai di dapur. Dan di ranjang tentu saja.

"Kenapa nggak keringin rambut dulu? Masih basah tuh." Gracio duduk di kursi khusus kepala keluarga. Ia menatap Shani yang tengah mengambilkannya makanan.

"Nggak sempet, yang. Takut lama, sama nanti kamu kelaperan kalo nungguin aku. Udah, nggak papa. Kita makan aja dulu."

Gracio hanya mengangguk. Toh, dia hanya basa basi saja tadi. Sebenarnya mah nggak peduli.

"Jadi, gimana temen kamu yang meninggal itu?" Tanya Gracio memulai percakapan sebelum akhirnya memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Cheat On Me If You Can (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang