"Ma, aku mau ngomong sesuatu."
Veranda yang baru saja selesai bersih-bersih lantas mengernyit saat menantu kesayangannya itu menatapnya dengan serius. Ia pun mengangguk lalu mengikuti Gracio yang berjalan ke halaman belakang rumah.
"Kamu mau ngomong apa Cio?" Tanya Veranda.
Tak disangka Gracio tiba-tiba saja bersimpuh di kaki Veranda hingga membuat wanita itu terkejut.
"Aku mau buat pengakuan dosa, ma! Aku mau jujur semuanya sama mama!" Lirih Gracio yang kini telah menitikkan air mata.
"Nak, jangan kayak gini! Ayo, bangun!" Veranda berjongkok dan berusaha menarik Gracio untuk berdiri. Namun lelaki itu tetap pada posisinya hingga mau tidak mau Veranda pun berjongkok untuk menyamai tinggi Gracio.
"Ma, aku udah ngelakuin kesalahan yang fatal. Sebenarnya.."
Veranda mendengarkan dengan seksama cerita Gracio. Ekspresi terkejutnya sangat jelas bahkan ia pun ikut menangis setelah mendengar pengakuan Gracio.
"Maaf udah bikin mama sama Shani kecewa. Tapi percaya sama aku, ma. Aku nggak pernah ngelakuin itu! Aku cuma korban! Mama boleh benci sama papa, sama aku juga! Mama juga boleh nggak anggap aku sebagai mantu mama lagi. Tapi aku mohon jangan pisahin aku sama Shani! Aku sayang banget sama Shani! Aku rela ngelakuin apa aja yang penting mama nggak misahin kami!"
"Mama percaya kamu, Cio. Semua orang punya dosa dan kesalahannya masing-masing. Mama cuma sedih karna ternyata sebaik apapun suami mama, masih ada yang tidak suka sama dia. Mama juga lega karna kamu udah ngaku kesalahan kamu. Mama justru marah kalo denger ini dari orang lain. Kamu tenang aja. Mama nggak akan misahin kamu sama Shani. Dari awal ketemu juga mama udah yakin kamu pasti bisa lindungin Shani. Kamu ngelakuin itu semua juga buat lindungin dia, kan?"
Gracio mengangguk membuat Veranda tersenyum tipis. Wanita itu menarik Gracio ke dalam pelukannya. Ia sudah sangat menyayangi Gracio, menganggapnya seperti anak kandung sendiri.
"Aku janji akan cari bukti biar Shani percaya kalo bukan aku pembunuhnya tapi papa! Kasus ini serahin sama aku! Walaupun pelakunya papa aku sendiri, tapi papa jelas udah salah!"
Gracio melepaskan pelukannya lalu menatap Veranda dengan sendu.
"Ma, aku titip Shani ya? Mungkin selama beberapa hari ke depan aku nggak akan ke sini buat jengukin dia. Mama pura-pura nggak tau aja aku kemana. Aku mau ngumpulin semua bukti dan nyari tau siapa aja yang terlibat dalam pembunuhan papa Keynal."
"Iya. Mama pasti jagain Shani. Kamu juga selama pergi jaga diri baik-baik. Mama doain yang terbaik buat kamu, buat kalian."
*****
Shani menatap dirinya di pantulan cermin. Perfect. Hanya dengan riasan yang berkesan natural dan gaun selutut sudah bisa memancarkan aura kecantikan Shani yang semakin hari semakin bertambah. Merasa puas dengan penampilannya, Shani pun menyusul Gracio yang sudah menunggunya di luar.
"Udah siap, sayang?" Gracio tersenyum manis ke arah Shani yang terlihat begitu cantik hari ini.
"Wah..kalian mau nge-date, ya? Rapih banget diliat." Goda Veranda yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Iya, ma. Hari ini kan weekend, jadi aku sama Shani mau jalan-jalan." Ucap Gracio yang sudah mengambil tangan Shani untuk ia genggam.
"Iya, deh. Kalian hati-hati di jalan. Mama juga mau me time hari ini." Kekeh Veranda.
"Oke, mam. Kita berangkat dulu." Shani memeluk mamanya sebentar lalu berpamitan.
"Hari ini terserah kamu. Aku bakal bawa kamu kemana pun kamu mau." Ucap Gracio setelah mereka masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheat On Me If You Can (COMPLETED)
FanfictionShani Nagelina Harlan berpikir jika kehidupannya sangat bahagia. Karir yang bagus ditambah suami yang tampan juga mapan. Bahkan ia sangat besar kepala karena berhasil menaklukkan hati seorang Gracio Arseno Harlan, lelaki yang menjadi rebutan para wa...