Shani mengeratkan genggamannya saat Gracio benar-benar akan pergi. Walaupun lelaki itu mengatakan akan kembali sebelum makan malam, namun Shani belum rela jika harus ditinggal selama itu. Entah urusan apa yang dimaksud oleh Gracio, Shani tidak peduli. Intinya, sepenting apapun urusan suaminya itu, Shani lah yang harus menjadi prioritas utama dan bukan yang lain.
"Kamu udah pengangguran masih ada aja urusan penting!" Shani mendumel, benar-benar kesal jika ditinggal pergi walau hanya sebentar.
"Bentar aja, sayang. Aku mau kelarin urusan sama klien yang udah terlanjur kerja sama di perusahaan. Kalo udah selesai semua aku pasti bakal pulang! Aku janji! Aku juga nggak tega ninggalin kamu sendiri. Ijinin aku, ya?" Gracio memberi tatapan andalannya sebagai senjata jitu untuk mengambil hati Shani.
Dan tentu saja itu berhasil. Shani tidak akan pernah bisa mengatakan tidak jika kedua mata itu telah memperlihatkan binar yang dalam sekejap menyihir hati semua orang. Tatapan yang cukup berbahaya yang sayangnya begitu memikat.
"Fine! Tapi awas aja kalo kamu telat pulang! Jangan harap malam ini tidur di kamar!" Ancam Shani yang akhirnya membuat senyum Gracio mengembang. Dengan sedikit sogokan kecil berupa kecupan di pipi sudah pasti akan membuat Shani semakin merelakannya pergi.
"Muaachh!! Makasih sayang! Tunggu aku pulang! Aku pake mobil kamu, ya?" Gracio dengan semangat memasuki mobil Shani. Ia juga melambai ke arah sang istri sebelum akhirnya meninggalkan rumah.
Shani tersenyum sembari membalas lambaian itu. Dan tepat saat mobilnya hilang dari pandangan barulah senyum itu luntur dalam sekejap. Shani dengan wajah tanpa ekspresinya menghubungi seseorang sementara ia berjalan terburu-buru menuju garasi.
"Ikutin suami saya dan jangan sampai lolos! Saya nyusul!" Shani mematikan panggilan lalu memasuki salah satu mobilnya yang ada di garasi guna mengejar Gracio.
Jangan kalian pikir Shani akan membiarkan suaminya pergi begitu saja. Shani tidak akan pernah berubah. Apapun yang mencurigakan dari Gracio, ia akan segera menyelidikinya.
"Oke, Cio. Apa lagi yang kamu sembunyiin dari aku?" Shani memakai seatbelt nya lalu melajukan mobilnya ke tempat di mana Gracio berada.
*****
Feni yang baru saja keluar dari rumahnya dikejutkan dengan kedatangan Gracio. Ia mulai gugup apalagi saat lelaki itu menatapnya dengan penuh intimidasi.
"Kamu mau kemana?" Tanya Gracio saat melirik koper yang ada di tangan Feni serta pakaiannya yang terlihat rapih.
"Bukan urusan kamu!" Feni menarik kopernya dan bermaksud menghindari Gracio. Ia menabrak bahu lelaki itu dengan sengaja dan mempercepat langkahnya namun segera ditahan oleh Gracio.
"Jelas urusan aku! Kamu salah satu komplotan papa! Kamu nggak akan bisa kabur!" Cecar Gracio membuat Feni mengeraskan rahangnya. Ia berbalik menatap Gracio yang juga menatapnya.
"Aku nggak ada sangkut pautnya dengan kematian om Keynal! Aku cuma mata-matain Shani dan ambil informasi pribadi yang diminta sama papa kamu!" Feni mengaku.
"Aku nggak peduli! Aku tau rencana kamu yang mau nyakitin Shani! Aku nggak akan biarin kamu nyakitin orang yang paling berharga dalam hidup aku!" Gracio mengeratkan cengkramannya pada lengan Feni membuat wanita itu meringis kesakitan.
Walaupun sebenarnya ada yang lebih sakit dari sebatas cengkraman itu. Sakit yang sanggup menitikkan air mata Feni saat melihat tatapan kebencian dari salah satu orang yang membuatnya rela memberikan seluruh hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheat On Me If You Can (COMPLETED)
FanfictionShani Nagelina Harlan berpikir jika kehidupannya sangat bahagia. Karir yang bagus ditambah suami yang tampan juga mapan. Bahkan ia sangat besar kepala karena berhasil menaklukkan hati seorang Gracio Arseno Harlan, lelaki yang menjadi rebutan para wa...