Bagian 3

22 2 1
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

Tirta terus menyenggol lenganku, bosan dengan segala gangguan dari Tirta dan Ambar aku melirik ke arah mereka "apa?" Tanyaku.

"Umm, tadi malam itu kamu cuma iseng bilang gitu kan?"

"Tentang mau rebut Harta?" Ucapku

Tirta membekap mulutku dengan telapak tangannya "ck, heh mulut, kalau ada yang denger?"

"Kenapa?" Tanyaku, aku tidak masalah jika ada yang mendengar.

"Bisa dirujak kamu sama Bia, kalau sampai ke telinganya"

Aku mencebikan bibirku "dia perduli?, bukannya sering ga peduli ya sama Harta?"

"Emang ga perdulian anaknya, tapi Harta tuh udah kaya hak paten, milik Bia, dia gasuka ada yang buat perhatian Harta teralihkan, pokonya Harta tuh harus selalu ada buat Bia jika Bia butuh"

"Aku ga takut sama Bia, kalian ngira aku bakal kalah?" Aku merenggut kesal, meskipun terlihat lemah aku itu lumayan cerdik, ada otak kenapa meski pakai otot?

Ambar melirikku dari atas sampai bawah "kalau dari segi fisik kamu bisa kebanting dari Bia, doi kan ikut pencak silat"

"Aku ga niat mau berantem fisik, aku jago manifulasi, tenang aja" aku menganggukan kepala meyakinkan mereka berdua.

Kemudian aku melanjutkan mengerjakan PR kimia yang diberikan Bu endang dipenghujung kelas tadi, selagi ada waktu untuk mengerjakan aku tidak masalah mengerjakan tugas rumah disekolah.

Tirta mencolek pundakku sekali lagi, namun aku malas meladeninya sehingga aku terus saja mengerjakan kegiatanku.

Namun sepertinya tekat Tirta menggangguku lebih kuat dari pada tekat mengerjakan tugasku sehingga aku merasakan telapak tangan Tirta berada di wajahku, Tirta menolehkan wajahku untuk melirik ke luar kelas.

Aku menaikan alisku sebelah kiri, ada Harta dan Bia tengah berjalan melewati kelasku, aku melepaskan tangan Tirta kemudian kembali mengerjakan tugasku.

"Yaaa!" Tirta menyentak tanganku "ternyata kamu ga serius, syukurlah" Tirta terlihat melakukan high five.

"Aku serius" ucapku.

Tirta langsung memegang pinggang Ambar yang berdiri didekat tempat duduknya, menghalau badannya agar tidak kehilangan keseimbangan.

"Sumpah!?" Teriak keduanya berbarengan, aku hanya memberikan cengiran.

"Ko ga disamperin? Kerjar gitu?"

"Aku kan bilangnya mau rebut Harta dari Bia, bukan mau ngejar Harta"

"Lah gimana sih?" Tirta dan Ambar saling lirik menyampaikan kebingungan satu sama lain.

"Gini ya, aku emang bakal rebut Harta, tapi bukan dengan cara ngejar Harta secara terang-terangan, bahkan jika perlu Harta yang aku buat mendekat" jelasku pada keduanya.

LOOK AT ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang