Act 1: α Cen

201 33 8
                                    

"yang benar saja?! Kita batal pergi ke penacony lagi?!"

Sebuah teriakan menggelegar dari sebuah ruangan, yang sepertinya suara seorang gadis.

Teriakannya cukup mengganggu, tapi tak bisa dipungkiri bahwa wajar jika dia kaget. Setelah jalur utama mereka ke penacony di alihkan ke Xianzhou oleh para stellaron hunter, juga kejadian terjebak didalam perut monster sebelum pergi untuk mencuci kereta Astral Express-

-Sekarang mereka harus membatalkan niat mereka lagi untuk sementara waktu?

Padahal dia sudah sangat tak sabar untuk pergi ke planet mimpi tersebut...

"Yah, aku tau kau pasti kecewa." Seorang wanita muda berucap, menghela nafasnya lembut. "Tapi kita agak terpaksa, mengingat bahwa ini adalah panggilan darurat."

Gadis yang berteriak tadi terduduk di sofa dengan pasrah, masih dengan wajah cemberutnya.

Yang lain memperhatikannya dalam diam, sebelum kemudian keheningan diantara mereka semua dipotong oleh lelaki bersurai abu-abu.

"Tapi aku penasaran, siapa orang yang memanggil meminta bantuan ini? Dia sepenting itu ya..? Sampai-sampai beliau mengirim ini."

Ia menatap benda yang tergeletak di meja. Sebuah bunga namun entah bagaimana masih bisa bertahan diluar angkasa dan mereka terima.

Sebuah bunga berwarna merah dengan gradiasi putih ditengahnya.

Meski terlihat indah, tapi entah mengapa itu sekarang terlihat akan layu. Padahal saat mereka menerimanya, bunga itu terlihat baik-baik saja...

"Sangat penting."

Alisnya terangkat penasaran, begitu juga oleh teman perempuannya tadi.

"Ini adalah tanda minta bantuan dari salah satu anggota the nameless, sebut saja namanya Toliman."

"Apa-apaan itu? Namanya jelek banget." Komentar si gadis, ikut diangguki oleh lelaki muda tadi, tapi langsung kicep setelah di tegur oleh pria berambut hitam.

"March, Caelus.."

"Ehehe maaf."

Wanita berambut merah itu kemudian tertawa lembut, merasa geli pada kalimat rekan timnya "Haha, aku tahu namanya terdengar aneh. Tapi itu cuman nama samaran."

"Nama samaran?" March juga Caelus semakin penasaran. Apalagi ketika nama panggilan tersebutlah yang menambah rasa penasaran mereka.

"Benar.. nama samaran untuk sementara waktu."

"Himeko, bagaimana kalau kita memutar isi pesannya saja?" Welt, seorang pria tertua diantara mereka semua berbicara. "Lagipula, gadis itu jarang sekali meminta bantuan..."

"Aku rasa dia cuman mau minta dijemput setelah cukup lama pergi, bukan benar-benar terlibat masalah."

"Kenapa kau berpikir begitu Dan Heng?" Bingung March, memperhatikan ekspresi wajah Dan Heng yang menjadi serius.

"Yah, kemungkinan juga iya. Toliman bisa dibilang ahli, tanpa bantuan orang lain pun, dia bisa menyelesaikan beberapa masalah. Mengingat wataknya itu seperti apa." Himeko cuman bisa tersenyum untuk meredakan keseriusan lelaki tersebut. "Aku tak tahu apa masalahmu dengannya setelah dia pergi begitu saja, tapi marah berlama-lama tak akan menyelesaikan masalah, bukan?"

Dan Heng terdiam, menundukkan kepalanya agak frustasi.

Di sisi lain dua teman dekatnya yang memperhatikan itu jadi agak prihatin.

Terlebih lagi, sebenarnya siapa sosok yang disebut "Toliman" ini sampai membuat Dan Heng yang selalu tenang- dan kalem jadi sekedar itu?

Memangnya dia sepenting itu ya?

𝘼𝙎𝙃𝙀𝙎 𝙏𝙊 𝘼𝙎𝙃𝙀𝙎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang