9

693 62 8
                                    

Pagi-pagi sekali, Fourth berdiri di depan jendela rumah. Kemarin selang infusnya sudah di lepas, Dokter Winny juga sudah memberikan beberapa obat dan saran agar staminanya bisa lebih stabil.

Beberapa hari ini dia belum melihat Gemini menyambanginya, dan itu terjadi sejak terakhir mereka melakukan hubungan intim di petang lalu. Mungkin saja pria tinggi itu sibuk, ada urusan di studio rekaman atau luar kota.

Prim juga tak pernah muncul, karena terakhir kali Fourth bertanya pada para pelayan ternyata gadis itu sedang menginap di rumah orang tuanya, sudah berhari-hari yang lalu. Mungkin ada acara penting, Fourth tak tahu menahu lebih banyak.

Tangannya dengan telaten sangat hati-hati membuka kulit apel hijau, para pelayan mondar-mandir membereskan ruangan, Fourth hanya menyaksikan. Perasaannya tak enak, dan sekarang mood nya buruk.

gelombang rasa mual tiba-tiba melanda. Perasaan ini asing, namun meresahkan. Untuk sesaat, pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan yang masih ada - bisakah dia hamil?

"Tuan?" Seorang pelayan mendekat, masih menenteng handuk kecil "tuan benar-benar pucat"

Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan pikiran. Kemungkinan kehamilan tampak besar, beban yang sepertinya bertambah belakangan ini. "Aku akan ke kamar" dia melangkah gontai, membiarkan rasa tak nyaman mengacak-acak isi perutnya.

Huekk....

Suara keran di kamar mandi mengucur deras, Fourth menahan nafas. Berteriak sekuat tenaga hingga pelayan yang tadi kembali muncul, benar-benar tak kondusif. "Tolong telfon Dokter Winny"

"Ba-baik tuan..."

Sekarang dia meluangkan waktu sejenak untuk mengumpulkan pikiran. Kemungkinan kehamilan merupakan hal yang mengasyikkan sekaligus menakutkan, penuh dengan emosi yang campur aduk. Namun saat Fourth kembali berdiri memegangi wastafel, mau tak mau rasa pusing mendera hebat.

"Tuan... Kami sudah menghubungi Dokter Winny" pelayan itu telaten, membatunya duduk ke sisi ranjang. Wajah pucat nya tak bisa berbohong, bahwa kondisi saat ini tak memungkinkan "aku akan mengambil air hangat..."

Fourth diam beberapa saat, suasana hening dan air keran dari kamar mandi masih terdengar. Tangisannya pecah, dia memeluk dirinya sendiri sangat erat. Jika dia benar-benar hamil, Bagaimana Gemini akan bereaksi sekarang? Dan bagaimana dia bisa mempertahankan bayi ini? sebuah pengingat bahwa dalam kekacauan hidup, ada hal yang konstan – cinta di antara mereka sebagai penguat.

Tapi sekarang, Fourth bahkan tak yakin, bahwa sang suami masih mencintainya.

Jelas suara pintu terbuka, Winny nampak panik bahkan tak sempat mengetuk sebelum masuk. "Apa yang terjadi?"

"Aku benar-benar mual..."

Guratan wajah manis itu menyedihkan, dan dia tau sang pasien baru saja menangis. Tak ingin banyak basa-basi lagi, Winny duduk di sisi ranjang mengeluarkan sebuah testpack dari dalam tas nya. "Berhubung ini masih pagi, kita bisa melakukan tes urine"

Fourth menggenggam sebuah kotak kecil di tangannya, menarik napas dalam-dalam. "Bagaimana jika aku gagal?"

"Aku yakin, kau benar-benar hamil"

"Lalu, bagaimana jika aku gagal mempertahankan bayi ku?"

Winny mengernyitkan dahi, wajahnya heran. "Jangan mengkhawatirkan hal lain, sekarang cepat test dulu" melihat pria manis itu berlalu, perasaannya ikut campur aduk. Dia tak pernah ingin terlibat dalam perkara rumah tangga orang lain, tapi sekarang bahkan dia enggan melepaskan Fourth sendirian disini. Seolah dia baru saja membangun hubungan yang kuat bersama pria itu, miris.

"Winny..." Fourth mengintip di pintu kamar mandi, matanya berair dan bibir mungilnya bergetar "aku hamil..."

Helaan nafas lega terasa jelas, sekarang winny hanya menggenggam tangannya sendiri kemudian memejamkan mata mengucap banyak syukur. Hatinya berdebar-debar, terlebih saat Fourth menyambanginya dengan tangis kuat tak terkendali.

.
.
.
.
.

"Kau sudah pulang" Fourth tak dapat menahan senyum, Gemini duduk di sofa dengan nyaman, sepertinya sedang lelah, terlebih sekarang sudah hampir malam. "Eumm... Gemini..."

"Apa?"

Pria manis mengatupkan bibir, sepertinya sang suami sedang dalam kondisi tak baik. Terlebih saat sosok itu berdiri melewatinya tanpa meminta pembicaraan panjang, benar-benar mengecewakan.

"Dimana Prim? Apa dia belum pulang?"

"Belum Tuan..."

"Baiklah, siapkan air hangat untukku. Dan besok jika Prim kembali, masakkan pasta kesukaannya"

Sayup-sayup terdengar pembicaraan dibelakang sana, dari balik punggungnya Fourth hanya menyimak dengan raut kecewa. seharusnya sekarang Gemini sudah tau kabar gembira ini, tapi bukan waktu yang tepat.

"Tuan Fourth?"

Langkahnya terhenti, sang pelayan mendekat mengulurkan tangan berisi buah jeruk manis. Mata Fourth berbinar, sejak pagi tadi dia benar-benar mengidamkan buah ini. "Darimana bibi tau?"

"Dokter Winny yang bilang" wanita itu tertawa pelan "kenapa tuan Fourth tidak memintanya langsung pada kami?"

"Humm.. aku takut merepotkan"

"Tuan masih sama saja, sejak dulu melakukan apapun seorang diri"

Fourth masih menatap buah jeruk itu, hatinya menghangat "terima kasih bibi..."

"Iya tuan, silahkan di makan. Di dapur aku sudah menyiapkan banyak jeruk manis, tuan bisa memakannya kapan saja"

Dia mengangguk senang, bahkan sekarang ada orang yang juga turut serta menjaganya serta sang bayi. Fourth melangkahkan kaki ke arah kamarnya sendiri, apa dia bahkan sadar bahawa sekarang dirinya telah tersisihkan.

Entah sejak kapan dia akan paham, bahwa kamar yang ia tempati sekarang adalah ruangan semu sejak sang suami menggeserkannya. Fourth menggigit jeruk manisnya, terdiam kaku tepat di depan pintu kamar.

Ternyata Memilih Gemini, telah menghancurkan hidupnya.

Andai saja dulu dia bersikeras melanjutkan pendidikannya, andai saja dulu dia tak mengikuti kemauan pria itu untuk buru-buru menikah. Andai saja...

Rasa manis dalam buah jeruk itu mendadak masam, isakan Fourth membuka cerita di malam kelam. Kakinya berusaha mengumpulkan kekuatan, dan dadanya meraup udara dengan rakus. Sesak jika dipikir-pikir lagi, kedua orang tuanya meninggal. Dan kini dia hanya sendirian jika Gemini menelantarkannya, tak ada siapapun lagi

"INGAT INI, AKU SUDAH BERJANJI, DAN LELAKI SEJATI TIDAK AKAN PERNAH MENGINGKARI JANJINYA"

Cuaca gelap di hari itu membentangkan harapan semu, kata itu masih terbayang di benak Fourth. Dia membalik tangan untuk melihat telapaknya, dia bahkan tak bisa menuntut apapun. Pernikahannya dengan Gemini bukanlah pernikahan yang sah dihadapan hukum, pria yang telah bersumpah menjalani hidup bersamanya telah berpaling.

"Jika aku lemah, apa aku berdosa?" Jarinya menelusuri garis hidup, garis hati yang entah sejak kapan telah hancur berkeping-keping.

Fourth membuka pintu kamar, mengintip kedalam sana tersenyum miris dan berjalan gontai ke atas ranjang. Dia masih sempat mengusap perut rata berucap janji tanpa dasar apapun, sangat pelan hingga dia bahkan tak merasakan belaian itu.

Masa berganti, hidup terlewati.

Mengira disaat-saat seperti ini, tangan sang pujaan hati akan membekam memberi kehangatan pada janin nya, hanya omong kosong.

Kenyataannya kini dia terbaring, merasakan udara dingin seorang diri. Mustahil meminta kasih, hampir tak pantas memperjuangkan perasaannya sendiri.

.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Jangan lupa follow komen dan ninggalin jejak dulu 💜🙏🏻😭 

Up-nya kita buru-buru in, maap🙏🏻

Replaced Love [Geminifourth]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang