8 tahun yang lalu
Jasper melempar pena tinta kearah pintu balkon di kamar Rasya. Dalam hitungan menit gadis yang sedang mengenakan satu set baju dan celana pendek piyama itu membuka pintu dan memberi isyarat dengan tangan dan bahunya seolah berkata dengan annoying "Kenapa sih?". Mulutnya tak bisa berbicara dengan baik karena mengenakan masker hitam yang seolah menarik kencang wajah mulusnya.
"Lo sendirian malem ini??" Tanya Rasya yang dibalas dengan anggukan.
"Gue temenin sampe lo tidur deh, Cakra bilang kalo lo benci sendirian malem-malem."
Sebagai tambahan Cakra juga berpesan kalau mati lampu, Rasya jangan ditinggal sendirian. Bila perlu seret buat diajak nginep dirumah Jasper saja. Tapi mengingat sifatnya yang pemalu dan masih canggung dengan ortu Jasper tampaknya lebih mudah jika Jasper saja yang menemaninya di sebelah.
Jasper membuka jas hujannya yang sudah basah kuyup di area teras rumah Rasya. Seolah peka dengan keadaan ketika membuka pintu Rasya dengan sigap menyodorkan keset kaki dan memberi sandal rumah milik Cakra untuk dipakai Jasper. Hal kecil memang tapi Jasper merasa sedikit tersentuh, apalagi ketika Rasya membuat secangkir cokelat hangat untuk mereka nikmati berdua. Bahkan pembantu rumah tangga dirumahnya tidak akan seperhatian ini, apalagi ibunya yang super sibuk sebagai anggota dewan.
"Perut rasanya anget, nyaman banget." Komentar Jasper.
"Mau nambah lagi cokelat panasnya?" Tawar Rasya yang kini sudah membersihkan masker lumpur merapi dari wajahnya itu. Rasya menyebutnya lumpur merapi karena teksturnya yang seperti tanah namun sedikit berwarna abu-abu.
"Udah cukup kok. Eh tapi apa Lo gak bosen nonton titanic mulu?" Tanya Jasper yang hafal kebiasaan Rasya movie night di kala sendirian.
Tentu saja celotehan Jasper tidak digubris sama sekali dan Rasya tetap akan menangisi kisah tragis tak nyata antara Jack dan Rose meski sudah ia tonton sebanyak dua milyar kali. Termasuk sex in the car scene yang selalu dilewatkannya setiap Jasper menemaninya nonton.
"Gak usah di skip lah, kenapa emangnya?" Protes Jasper yang merebut remote dari tangan Rasya dan mencegahnya untuk mempercepat dan melewati adegan itu.
"Weird aja liatnya bareng lo."
"Padahal kalo gak ada gue pasti adegan itu lo ulang-ulang terus kan??" Jawab Jasper sekenanya yang berpikir paling Rasya protes dan memukul bahunya tidak terima atas celaan Jasper.
Tapi reaksi yang diberikan Rasya justru tak pernah dikiranya. Rasya melengos lengkap dengan semburat merah yang tiba-tiba muncul di pipinya. Reaksi yang cukup mengelitik hingga Jasper berpikir untuk menggodanya sedikit lagi.
"Nih kita tonton bareng, biasa aja sih. Cuma adegan gini doang mah kan kita udah usia legal buat nonton." Rasya memundurkan kembali sehingga adegan panas antara Jack dan Rose bisa disaksikan bersama.
Jasper hanya tersenyum ringan dan bersemangat saat menonton setiap scene cumbuan mereka. Saat anggota tubuh pemerannya menempel di kaca mobil begitu pula suasana panas dan brutal mulai tercipta disepanjang film, entah mengapa Jasper memperhatikan Rasya yang kini semburat merahnya menjalar hingga ke telinga dan lehernya. Wait?? Rasya saat ini tidak berdandan sama sekali, dan dia memang cantik sih tapi apa memang dari dulu ia secantik dan seglowing seperti sekarang ini?? Ah mungkin karena sehabis memakai masker wajah jadi ia terlihat segar alami."Kenapa muka Lo merah banget?? Mikir jorok ya?? Apa inget kenangan sama mantan??" Goda Jasper.
Sontak bantal guling melayang mengenai wajah tampan Jasper.
"Apa sih Lo berisik! gue gak pernah gituan tau! Pacaran aja belum pernah!!" Bantah Rasya masih dengan semburat merah penuh di wajahnya.
"Whoaa, asyik banget ciuman itu bikin hormon lo berpacu cepet trus kayak deg-degan ibarat melayang-layang diawan." Ucap Jasper yang mengira ia akan dimarahi Rasya karena mendeskripsikannya dengan lebay atau kembali dilempar dengan bantal.
