Seisi markas gempar dan ribut dengan kepulangan Renjun, Jaemin, dan Jisung. Mark dan Chenle kalang kabut, panik mempersiapkan dipan sementara Donghyuck dan Jeno langsung mencabut Jaemin dari papahan Renjun dan Jisung yang kelelahan. Semua anggota, bahkan Jeno yang biasa tenang berebut bertanya, membuat ruangan berisik bukan main.
"Aku harus menjahit luka di kepala Jaemin." umum Renjun kepada seisi ruangan, membungkam kekacauan semua anggota markas.
"Menjahit? Yakin, Renjun?" tanya Donghyuck, skeptis. Meskipun seantero markas tahu bagaimana Renjun terbiasa melakukan pertolongan pertama, Renjun adalah penulis lirik, bukan tenaga medis berlisensi.
Renjun menghela nafas bergetar, "Ya, itu harus."
Darah di kepala Jaemin mulai mengering sebagian, namun manusia manapun dengan mata berfungsi bisa lihat luka tersebut butuh pertolongan secepatnya.
"Aku belum pernah menjahit kepala manusia langsung, tapi orang tua ku pernah mengajari cara membuat sutur."
"Renjun, kepala beneran menempel pada manusia hidup! Ini terlalu berisiko!" sambat Mark; rasional, panik, dan terdengar marah.
Sesudah berjingkrak-jingkrak mencuci tangan, Renjun mengencangkan sarung tangan final di depan Jaemin yang masih tak sadarkan diri. Tangan Renjun bergetar meski ia tetap mempersiapkan diri untuk melakukan operasi—meminta Jaemin ditelentangkan dan menyuruh Donghyuck dan Chenle mendesinfektan lukanya.
Mark tidak perlu mengingatkan dirinya. Renjun orang yang paling tidak percaya diri di dalam markas ini, sekaligus satu-satunya harapan mereka.
"Kalian mau membiarkan Jaemin berdarah sampai mati?"
Seisi ruangan hening mendengar gelegar teriakan Renjun sampai Jeno angkat bicara. Sang pemilik rumah menyerahkan satu set peralatan bedah ke tangan Renjun, "Tolong Jaemin, kumohon."
Jeno menatap Renjun lekat-lekat, bentuk kepercayaannya pada yang lebih tua. Tidak ada lagi yang berani menentang jika Jeno telah ambil alih komando. Renjun menelan ludah, mengambil nafas dalam-dalam untuk membajakan mentalnya.
"Baiklah, mari kita mulai."
Operasi kecil-kecilan berlangsung nyaris tiga jam akibat kegugupan dan minimnya pengalaman Renjun. Separuh durasi operasi, Donghyuck dan Mark perlu memapah Renjun bergantian karena rasa sakit yang menekan kakinya kian menjadi-jadi. Namun Renjun menggigit bibirnya dan mendorong maju; menusuk, menyilangkan benang pada kulit kepala Jaemin, yang mahkotanya sudah dipangkas pendek oleh Chenle.
Ketika kasa perban terpasang dengan rapi pada lingkar kepala Jaemin Renjun jatuh terduduk, kakinya menyerah, juga berdarah-darah akibat kena hantaman besi siang tadi sampai sekarang sudah berhenti. Lelah menggerogoti seisi tubuh Renjun, juga seisi markas yang sama tegang menahan nafas. Begitu Jaemin dinyatakan stabil, semuanya langsung terdispersi, beristirahat dengan cara masing-masing. Mark dan Donghyuck langsung mencari air minum, sementara Chenle memapah Jisung yang juga terguncang akibat kejadian hari ini.
Renjun memutuskan follow up kondisi Jaemin bisa dilakukan sambil duduk disampingnya. Diiringi naik turun ritmis dada Jaemin, Renjun yang teramat lelah terhempas pada kursi terdekat, mengejar nafas. Renjun tersenyum samar, balas budinya untuk Jaemin datang lebih cepat dari yang ia kira. Tuhan masih memberi kesempatan untuk Jaemin, dan juga Renjun, dalam bentuk operasi yang sukses.
Ternyata, Renjun tidak sendiri. Di sisi kasur Jaemin yang lain, Jeno terduduk bersimpuh di kaki ranjang sahabatnya.
Sebrang-sebrangan dengan Renjun, bibir Jeno bercuap lembut dari balik tangan Jaemin dalam genggamannya, "Renjun, terima kasih…"
Kelopak mata Renjun yang sedari tadi sudah mengancam tertutup membelalak terbuka. Suara Jeno berdengung terlalu rendah di telinga Renjun, sampai tidak bisa menangkap maksud kata-kata si empunya. Renjun melompat dalam duduk, menjawab, "Maaf, kamu bilang apa tadi?"

KAMU SEDANG MEMBACA
gasolina [noren | reupload]
FanfictionIni akhir dunia. Virus aneh serupa apokalips zombie menjalar cepat menyerang pinggiran kota Seoul. Di tengah mencari suaka bagi dirinya dan Chenle, sahabat baiknya, nasib membawa Renjun bertemu kembali dengan Jeno, teman sekelasnya dulu saat SMA. An...