BAB 3.

30 14 58
                                    

Lyra merentangkan langkahnya dengan cepat melalui lorong sekolah yang ramai. Suasana di sekitarnya dipenuhi dengan riuh rendah murid-murid yang bergerak kesana kemari, seakan-akan waktu istirahat adalah saat yang ditunggu-tunggu untuk bersosialisasi. Namun, bagi Lyra, waktu istirahat adalah saat yang paling dia nantikan untuk sekadar menyantap makanan ringan di kantin.

Saat dia membelok di tikungan lorong, pandangannya tiba-tiba tertuju pada jam dinding yang menunjukkan bahwa waktu istirahat sudah hampir berakhir. Dengan langkah yang lebih cepat, Lyra berusaha mengejar waktu, tanpa menyadari kehadiran seseorang yang bergerak dari arah yang berlawanan.

Tabrakan itu terjadi begitu cepat, sebelum Lyra sempat bereaksi, tubuhnya sudah bersentuhan dengan seseorang yang berdiri di depannya. Dia mendongak dengan cepat, dan mata mereka bertemu dalam kejutan yang sama.

"Maaf!" seru Lyra, segera menarik langkah mundur untuk memberikan ruang pada orang yang baru saja dia tabrak.

Sosok yang berdiri di hadapannya adalah Scott, seorang kakak kelas yang dikenalnya hanya dari jarak jauh. Lyra merasa sedikit canggung karena tidak terbiasa berinteraksi dengan siswa-siswa yang lebih tua.

Scott, yang terlihat agak terkejut oleh kejadian tak terduga itu, tersenyum ramah. "Tidak apa-apa," ucapnya, mencoba meredakan ketegangan yang mungkin dirasakan Lyra.

Lyra mengangguk cepat, mengucapkan permintaan maafnya sekali lagi sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin, dengan hati-hati memastikan tidak akan ada tabrakan kedua kali.

. . . . . . . . .

Lyra, Cassie, Genny, dan Lila berjalan melintasi lorong sekolah menuju kantin, membicarakan rencana untuk proyek besar mereka dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan. Mereka tenggelam dalam diskusi, tak menyadari bahwa langkah mereka telah membawa mereka ke tempat yang tidak terduga.

Saat melewati sudut lorong, mereka melihat sesuatu yang membuat mereka terdiam. Lana, salah satu siswi populer di sekolah mereka, sedang berdiri di dekat jendela dengan seorang laki-laki yang mereka kenal sebagai Derek, kakak kelas mereka yang tampan dan karismatik. Kedua sosok itu terlihat tenggelam dalam percakapan, dengan senyum-senyum yang tak terbendung.

Lyra mengepalkan tangannya, mencoba memahami apa yang dia lihat. "Apa yang mereka lakukan di sana?" bisiknya, suaranya penuh dengan campuran kebingungan dan keheranan.

Cassie menyipitkan matanya, mencoba memperhatikan detail lebih lanjut. "Sepertinya mereka sedang asyik berbincang," katanya dengan nada penasaran.

Genny mengangguk setuju. "Ya, terlihat seperti mereka sedang menikmati waktu mereka bersama."

Lila menatap dengan pandangan tajam. "Tapi Lana tidak pernah terlalu akrab dengan Derek, kan?"

Mereka bertiga menggeleng, menyatakan ketidaksetujuan mereka. Memang, Lana dan Derek bukanlah pasangan yang sering terlihat bersama. Kehadiran mereka di situ cukup mencolok bagi para gadis itu.

Mereka terus memperhatikan dari kejauhan, mencoba menangkap lebih banyak detail tentang interaksi antara Lana dan Derek. Setiap senyum dan gelak tawa Lana membuat mereka semakin penasaran.

"Apa yang sebenarnya terjadi di sana?" tanya Lyra, suaranya penuh dengan keingintahuan yang tak terbatas.

Cassie merenung sejenak sebelum menjawab, "Kita tidak akan tahu kecuali kita mendekat dan mendengar percakapan mereka."

NOCTURNE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang