III - Me and London

11 5 0
                                    

Keesokan harinya, aku bergegas berangkat menuju bandara. Tak lupa aku berpamitan dengan kakak sepupuku. Lalu, aku bilang ke bapak indekos bahwa aku akan pindah ke London.

Aku menaiki salah satu taksi. Taksi ini melaju dengan cepatnya, karena di kejar jadwal waktu penerbangan.

Aku tergesa-gesa. Aku terpontang-panting. Bergegas menuju pesawat. Aku hampir telat, pesawat itu sedang boarding, untungnya aku sudah di dalam pesawat.

Aku menarik napas sedalam-dalamnya, tak lupa aku mengambil ponsel, lalu aku mengubah menjadi mode pesawat.

Aku terduduk paling belakang kelas ekonomi, kursi ini ada tiga bagian, tapi hanya di isi satu, hanya aku. Aku bisa melihat dari jendela, awan-awan mengambang di atmosfer.

Seorang anak desa, yang dulunya di kira 'Bodoh' ternyata bisa kuliah di luar negeri.

Perkataan memang menyakitkan, bisa saja di bawa selama hidupnya. Tapi, jika kamu diam. Diam di sini berarti, diam untuk berbuat seolah-olah kau bisa membuktikan, dari omongan menyakitkan menjadi menyenangkan.

Aku tertidur di pesawat ini.

Pukul 18:06, hari di mana mulai malam. Pesawat telah transit. Semua penumpang turun ke bandara. Aku turun dari pesawat, langkah demi langkah diiringi gerimis.

Aku berniat mencari makan, karena penerbangan masih lama. Aku berjalan-jalan, banyak sekali barang-barang branded, yang menjual dari tas, sepatu, baju, hingga koper. Aku memutuskan untuk makan-makanan Indonesia.

Tempat ini ramai, rata-rata pengunjung dari Indonesia dan Barat. Aku memesan satu nasi padang dan minuman es teh.

Aku menunggu, tapi tiba-tiba.

"Halo Raven." Seseorang memegang bahuku.
"Eh! Ayam-ayam!" Aku sontak latah. "S-s-sir?"
"Yeah, this is me," Jawab pengurus beasiswa.
"Why are you here sir? isn't it in London?" Aku keheranan.
"Haha, aku ke sini, ada pekerjaan." Pengurus beasiswa berbicara bahasa Inggris.
"Oh." Jawabku singkat.
"Kamu nanti pas terbang bareng ya?" Pengurus beasiswa tersenyum.
"Iya sir." Aku tersenyum.

Penerbangan kami di mulai. Aku masuk ke dalam pesawat. Yang aku pikir, aku akan terduduk di kursi kelas ekonomi. Kenyataannya aku duduk di kursi kelas bisnis.

Aku tertidur pulas malam itu.

***

Di fajar, aku terbangun. Ternyata aku sudah sampai di London kota dengan julukan "The Smoke" Atau "Big ben". Aku sudah di kota impian, dengan rumah khas eropa. Yang pernah aku kunjungi di kota tua.

"Wah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah." Aku terkagum dengan kota itu.
"Indah bukan?" Tanya sir di sampingku.
"Iya sir benar banget!" Aku memandang langit yang sebentar lagi mau terbit.

Janji DukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang