tujuh.

169 19 0
                                    








"Wah. Tak kusangka, kau ternyata lebih pintar dari anjingku ya?"























"Apa apaan? ngapain ada disini?" Lee zin. Cowok dengan perban di tangannya itu bertanya setelah menyadari keberadaan Vasco.

"Aku datang bukan untuk membantu kalian" Jawab Vasco dengan nada bicaranya yang aneh.

Mereka sekarang berada di depan sebuah tempat proyek pembangunan yang belum selesai. Ini tempat yang paling cocok untuk menyekap seseorang, bukankah adegan seperti ini juga pernah muncul di drama? Kali ini yang akan menjadi pahlawan adalah mereka. Vasco, Zin dan Park Hyungseok.

"Omong-omong Vasco, kamu datang sendiri?" Tanya Park Hyungseok, setelah mengedarkan pandangannya. Heran, biasanya, Pria dengan telinga besar akan terus mengikuti Vasco bagaikan ekornya.

Vasco menggeleng. "Hm? Nggak kok. Aku bawa teman." Spontan ucapan vasco membuat Hyungseok dan Zin menatapnya bingung, karna sekarang belum terlihat siapa teman yang dimaksud oleh Vasco.

Sampai akhirnya, Rayel menampakkan batang hidungnya. Layaknya seorang pemeran utama, dia datang paling terlambat, gadis itu berdiri di samping Vasco dengan napas tersenggal senggal. Bahkan, gadis itu bisa saja pingsan karna harus mengejar Vasco dari sekolah ketempat jauh seperti ini.

Kedatang-an nya yang tak diundang, membuat Hyungseok dan Zin mendelik, terutama Zin, sepertinya cowok itu sudah siap untuk mengomeli Rayel lagi.

Yah, ini bukan pertama kalinya. Semenjak pertemuan mereka yang tidak mengenakkan, seriap bertemu, Zin selalu melontarkan kritik pada gadis pindahan dari jepang itu.

"Kau gila ya?! Kenapa seorang gadis ikut ke tempat seperti ini?"

Mendengar hal itu, Rayel hanya tersenyum seraya melepaskan ikat rambutnya, membuat rambut hitamnya terurai bebas. Gadis itu meregangkan otot kaki dan tangannya sebelum menjawab, "Vasco tidak bisa memukul orang, aku akan menggantikannya"

Zin mengerutkan keningnya selagi berdecak, "Memangnya kau tahu apa soal berkelahi?"

"Aku? aku bahkan bisa mengalahkanmu dengan satu kakiku."

Mendengar jawaban yang terdengar mengejek dan menantang, Zin maju beberapa langkah mendekati Rayel. "Oh? aku tak sabar menantikan gerakanmu yang pastinya akan membuatku tertawa itu."

"Shhh si brengsek ini." Rayel sudah mengangkat tangannya, hampir melayangkan pukulan pada Zin. Tapi kalau dipikir-pikir, dia menjadi orang yang sangat lemah kalau benar benar melawan orang yang tangannya patah. Dia menurunkan kembali tangannya dan mundur beberapa langkah.

"Ayo masuk." Perintah dari Vasco membuat semuanya setuju dan mengangguk.






















"Kenapa kita harus sembunyi seperti ini? Aku malu, tahu. Ayo maju saja dan serang mereka, dengan begitu masalah selesai kan?" Rayel bergumam kesal, meskipun begitu dia juga bersembunyi selagi mengintip diam diam.

"Diam bodoh, kalau tidak bisa sabar kau pulang saja. Lagipula kenapa Vasco membawa anak manja sepertimu?"

Kepala Rayel di pukul lumayan keras oleh cowok disebelahnya, siapa lagi kalau bukan Zin? Jika dijabarkan, mungkin dia adalah haters nomor satu Rayelle. Rayel meringis lalu mengusap usap kepalanya.

ADI0S. (LOOKISM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang